Genre:
Komedi/Drama
Sutradara:
Fajar Nugros
Pemain:
Raditya Dika, Eriska Rein, Soleh Solihin, Dewi Irawan,
Meriam Bellina, Bucek, Tyas Mirasih, dan Pamela Bowie
Dika adalah seorang
penulis yang baru saja putus cinta dengan Nina, pacarnya setelah sekian lama.
Semenjak putus cinta ini, dia percaya bahwa cinta bisa kadaluarsa. Kosasih, agen
naskah Dika, mencoba untuk membuat Dika yakin terhadap cinta kembali, seperti
Kosasih yakin dengan istrinya Wanda. Usaha ini, membawa Dika ke dalam
serangkaian perkenalan absurd
Namun, cinta bisa datang tanpa persiapan. Seperti saat Dika bertemu dengan
Jessica, seorang perempuan yang jalan pikirannya sama anehnya dengan Dika.
Semakin Dika kenal dengan Jessica, semakin dia bertanya: apa benar cinta bisa
kadaluarsa?
Di sisi yang lain, Mr. Soe Lim, menawarkan untuk memfilmkan buku Dika, yang
berjudul Cinta Brontosaurus. Tertarik, Dika berusaha untuk menulis skrip film
tersebut. Masalah mulai timbul ketika di tengah jalan, Mr. Soe Lim mencoba
untuk mengubah naskah asli Dika menjadi film horror yang sedang laku
Film ini adalah perjalanan Dika untuk memahami cinta, yang justru dia dapatkan
dari pengalamannya bersama Jessica, teman, dan keluarganya sendiri (sumber)
Cinta Brontosaurus adalah film
kedua yang diadaptasi dari blog-turn-into-novel karya Raditya Dika. Berbeda
dari film sebelumnya, Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus tidak mereka ulang apa
yang ada di versi novelnya. Tapi lebih mengenai apa yang terjadi setelah novel
itu terbit dan bagaimana Dika membuktikan bahwa cinta kadaluarsa itu memang
benar adanya. Film ini mendapat perhatian yang luar biasa sejak hari pertama
penayangannya. Antrian penonton hampir sama panjangannya dengan antrian film
Hollowood seperti Harry Potter, The Twilight Saga, dan Iron Man Trilogy.
Kabarnya porsi film ini ditambah sampe hampir 200 layar. Congrats :D
Penambahan layar itu juga sekaligus
menunjukkan bahwa film itu diterima dan suskes. Aktor utama pria sekaligus
penulis skenario melalui akun @radityadika dan sang sutradara di @captainugros sudah me-retweet
beberapa testimoni dan kebanyakan mereka bilang kalo filmnya lucu, bikin ngakak
sampe nangis. Hmm, jadi takut ketinggalan dan kehabisan nih. Buru-buru deh ke
Blitz PVJ dan mesen tiket buat jadwal yang saat itu juga :D
Jika mau membandingkan, Cinta
Brontosaurus lebih rame dari Kambing Jantan. Ramenya itu dari segi cerita yang nggak
ketebak, akting Raditya Dika yang udah lumayan, dan sindiran langsung untuk
para produser penjual film horror geje. Cerita yang nggak ketebak itu bisa jadi
karena film ini bukan menceritakan ulang kisah Dika yang ditulisnya dalam novel
Cinta Brontosaurus. Ini adalah kehidupan Dika setelah menulis novel itu dan
kemungkinan inilah peristiwa yang menginspirasinya untuk menulis novel
selanjutnya. Semuanya disajikan ada apanya oleh Raditya Dika yang berperan
sebagai tokoh fiksi dirinya sendiri. Jika dalam Kambing Jantan, Dika agak kaku
dan kedengerannya seperti lagi talkshow buku, kali ini dia bisa lebih natural
dan lepas mengekspresikan galau-galaunya akan cinta kadaluarsa (mungkin karena
emang udah hidupnya ya? :p) dengan lawan mainnya, si cantik nan imut Eriska
Rein. Daaaaaaan, selain pencarian cinta yang tak kadarluarsa , jangan lupakan
seluk beluk Dika dan agennya, Kosasih (‘Percaya sama Kosasih!’) dalam deal-deal
dengan produser film. Selama ini banyak yang menyindir film-film horror
Indonesia yang aneh tapi nyata dan bahkan menyelipkan unsur seksual, tapi belum
ada yang menyindirnya dengan film juga (as long as I know). Judul film yang
bikin kita mengerut dahi (‘Suster Push-Up’) dan juga kualitas gambar yang
asal-asalan sepertinya memang sengaja disajikan untuk memperlihatkan betapa
gejenya film tersebut. Gimana ya tanggapan produser yang bersangkutan? Apa
mereka masih berani membuat film macam itu? :p
Eh, tambah deh sama lagu-lagu soundtracknya yang kedengeran kayak RAN,
ternyata mereka adalah HiVi!
Kembali ke pembandingan dua film
adaptasi novel Raditya Dika, untuk urusan jokes, baik Kambing Jantan dan Cinta
Brontosaurus sama garingnya! Untuk Kambing Jantan, kegaringannya itu disebabkan
oleh kekakuan akting dan keanehan pikiran Raditya yang belum dikenal orang.
Sedangkan untuk Cinta Brontosaurus, kegaringannya itu disebabkan oleh jokes yang
sudah sering digunakan di novel Raditya yang lain, di omongin di talkshow,
di tweet (lalu di retweet) dan juga muncul di Malam Minggu Miko. Untungnya masih banyak orang yang
belum tahu dan mereka tertawa. Aku jadi otomatis ikut tertawa dalam studio yang
tidak penuh itu. Andai saja studio itu penuh, mungkin lebih rame ya ;) Selain
soal jokes, aku agak bingung dengan ending yang ditawarkan Dika tentang
ke-kadaluarsa-an cinta. Kenapa Dika bisa-bisanya membuat kesimpulan seperti itu
hanya dengan beberapa mantan? Apa dia tidak menyadari kemesraan yang ditunjukan
kedua orangtuanya? Aku bahkan masih mikir sampe sekarang. Apa aku harus nonton
lagi? -_-
Yah pada akhirnya, walaupun agak
bingung dengan endingnya, aku menikmati Cinta Brontosaurus yang berani menawarkan
sesuatu yang berbeda. Usaha mereka dalam mengulang-ngulang jokes yang sudah mau
kadaluarsa tentang cinta kadaluarsa itu bahkan menggeser beberapa layar yang sebelumnya
ditempati film Hollywood dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Yayyyy, ditunggu
film adaptasi berikutnya :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D