Sefryana Khairil
338 Halaman
Gagas Media, Oktober 2013
Rp. 53.000,-
Pembaca tersayang,
Musim panas di Tokyo selalu memiliki banyak warna. Sefryana Khairil, penulis Sweet Nothings dan Coba Tunjuk Satu Bintang mengajak kita berkeliling negeri sakura bersama dua wartawan bernama Thalia dan Tora.
Keduanya dipertemukan oleh sebuah lensa. Lalu, Danau Shinobazu membuka mata keduanya tentang bahwa kenyataan sering sekali berbeda dengan asumsi mereka pada awalnya. Thalia dan Tora berbagi tawa dan saling menyembuhkan. Hingga mereka sama-sama ragu, benarkah semuanya hanya sekadar kebetulan? Atau ini adalah satu dari misteri Ilahi yang mereka belum temukan jawabannya?
Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari timur yang sarat akan aroma lembut bunga sakura.
Enjoy the journey,
EDITOR
Musim panas di Tokyo selalu memiliki banyak warna. Sefryana Khairil, penulis Sweet Nothings dan Coba Tunjuk Satu Bintang mengajak kita berkeliling negeri sakura bersama dua wartawan bernama Thalia dan Tora.
Keduanya dipertemukan oleh sebuah lensa. Lalu, Danau Shinobazu membuka mata keduanya tentang bahwa kenyataan sering sekali berbeda dengan asumsi mereka pada awalnya. Thalia dan Tora berbagi tawa dan saling menyembuhkan. Hingga mereka sama-sama ragu, benarkah semuanya hanya sekadar kebetulan? Atau ini adalah satu dari misteri Ilahi yang mereka belum temukan jawabannya?
Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari timur yang sarat akan aroma lembut bunga sakura.
Enjoy the journey,
EDITOR
Tokyo: Falling adalah seri terakhir Setiap Tempat Punya Cerita (STPC)
dari GagasMedia. Aku yang sempat kecewa dengan karya Sefryana Khairil
sebelumnya, Coba Tunjuk Satu Bintang, sangat berharap Tokyo bisa mengobatinya.
Aku pikir aku baru bisa beli novel ini sebulan setelah terbit (karena biasanya
novel baru baru tersedia di Rumah Buku kira-kira sebulan setelah terbit). Tapi
ternyata tiga hari setelah tanggal terbitnya (6 Oktober), novel ini sudah
tersedia. Yaaa aku ngga punya pilihan lain selain beli dan membacanya langsung,
kan? :p
Tokyo: Falling mengikuti perjalanan dua wartawan, Thalia dan Tora
yang meliput kegiatan, pameran, festival dan tempat-tempat menarik di Tokyo saat
musim panas 2012. Keduanya tidak sengaja bertabrakan dan menyebabkan lensa
milik Thalia rusak. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, Tora mau mengganti lensa
tersebut. Tapi lensa itu termasuk barang langka dan barang yang serupa harus
melalui pemesanan yang cukup lama. Tora lalu memutuskan untuk meminjamkan lensa
miliknya. Jadi, dia harus menyesuaikan jadwalnya dengan Thalia. Selain tugas
meliput, keduanya juga punya agenda pribadi yang saa, bertemu dengan mantan. Thalia
berharap dia bisa menjalin hubungan lagi dengan Dean, yang sibuk melulu dengan
pekerjaannya. Sedangkan Tora mencari Hana, perempuan keturunan Indonesia-Jepang
yang sudah menjadi pacarnya selama lima tahun terakhir.
“Mungkin saja itu
seperti melawan ketakutan – kita melakukan hal yang kita nggak suka, ternyata
membuat kita jatuh cinta, atau bahkan tergila-gila.” – halaman 49
Horeeee, Tokyo: Falling sama sekali tidak mengecewakan! Cerita perjalanan
Thalia dan Tora dijabarkan dengan bahasa yang enak dibaca dan mengalir.
Deksripsi tentang Tokyonya sangat detail, sampai ada beberapa bagian yang menganggu.
Tetapi aku suka. Detail itu mengingetin aku sama demam cosplay, anime dan manga yang pernah menjamur di Indonesia.
Kapan ya itu? Kayaknya duluuuu banget sebelum demam K-Pop masuk hahahaha. Bagian
kesukaan aku adalah Festival Tanabata Shitamachi, dimana Thalia memakai yukata dan geta. Thalia dan Tora juga main tangkap ikan mas dengan jaring
kertas. Aaah, aku selalu pengen coba permainan itu. Dan ending-nya . . hmm, aku nggak tau harus ngerasa kecewa atau senang.
Tapi ending seperti ini lebih baik
daripada ending yang klise dan
gampang ditebak :D
Walaupun enak dibaca, aku sempet
ngerasa bingung saat point of view
berubah di tengah-tengah cerita, dari Thalia ke Tora maupun sebaliknya. Mungkin
tujuannya untuk memberitahu pembaca tentang apa yang yang dirasakan
masing-masing tokoh dalam waktu yang bersamaan. Tapi itu malah membuat aku
bingung. Karena pada awalnya Thalia dan Tora punya bagian masing-masing dan
tidak bercampur aduk.
Untuk tokohnya, Thalia dan Tora
cukup menarik tapi mereka berdua itu, gimana ya, terlalu mirip. Tak hanya dari
segi pekerjaan dan masalah pribadi, kepribadian mereka juga cukup mirip
sehingga kadang tertukar. Aku bisa bilang gitu karena asalnya kan Thalia yang
katanya ‘takut mengambil resiko’. Tapi kenapa di akhir-akhir, justru Tora juga
mempunyai sikap yang sama? Padahal kalau menilik dari segi shio dan zodiak, mereka
sangat jauh berbeda. Yaaa, aku lalu berpikir, jangan-jangan kebersamaan mereka
selama sepuluh hari itu membuat mereka saling ‘menularkan’ sifatnya pribadi,
yang baik dan buruk. Daaaan komen terakhir yang selalu aku sebutkan adalah . . typo! Hanya ada beberapa sih, tapi tetep
saja bikin kesel. Aku bahkan nemuin kalimat yang belum selesai! Kalimat yang
belum selesai itu memang tidak menganggu cerita. Tapi tetep aja terasa janggal
:O
At last, Tokyo: Falling tetap
saja sebuah bacaan menyenangkan, ceria dan hangat seperti musim panas di Jepang.
Pengalaman Thalia dan Tora juga memberikan kesan tersendiri. Seri terakhir SPTC
ini tentunya patut dikoleksi. Recommended!
Sedikit sebel sama Tora waktu hampir di akhir-akhir cerita. Sebel gara-gara Tora 'cemen'. Bukannya ngungkapin perasaannya malah balik mundur :~ *spoiler nggak sih bagi yg belum baca? :p*
ReplyDeleteBtw, katanya bakal ada STPC season 2 lho dari GagasMedia :D
Wahhh, ending ceritanya tidak bisa ditebak!? Aduuuuh, kudu baca cepat-cepat nih
ReplyDeleteEntah kenapa ya, kurang suka sama novel Sefryana Khairil yang ini. Mungkin karena saya begitu menunggu sekian lama terbitnya novel STPC ini terus pas keluar ternyata tidak sesuai ekspektasi. Agak-agak sinetron sih menurutku. Untungnya, novel ini 'ditolong' dengan perjalanan mereka ke Tokyo. Cuma itu daya tariknya buat saya. :))
ReplyDelete