Christian Simamora
430 halaman
GagasMedia, 2013 (cetakan kesembilan, edisi repackege)
Rp. 65.000,-
Kami ‘bersahabat’
sejak kecil.
Tepatnya, kalau ada kata lain untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui ‘sahabat’, maka kata itulah kami.
Berbagi cerita, berbagi rahasia. Bahkan, tanpa disadari, kami pun membagi cinta.
Tapi, apakah kau tahu, rasanya saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki?
Percayalah, ini lebih buruk dari sekadar patah hati.
Ini bukan kisah cinta yang ingin kau alami.
Tepatnya, kalau ada kata lain untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui ‘sahabat’, maka kata itulah kami.
Berbagi cerita, berbagi rahasia. Bahkan, tanpa disadari, kami pun membagi cinta.
Tapi, apakah kau tahu, rasanya saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki?
Percayalah, ini lebih buruk dari sekadar patah hati.
Ini bukan kisah cinta yang ingin kau alami.
Semenjak kesemsem sama omelette
bikinan Jandro di All You Can Eat, aku jadi penasaran dengan novel seri JBoyfriend
lainnya. Lalu muncul kabar Pillow Talk
dicetak ulang membuat aku kegirangan sendiri. Sebelumnya Bang Ino, demikian si
penulis sering disapa, melempar tiga opsi cover
baru untuk novel yang aslinya terbit tahun 2010 ini dan betapa senangnya cover kesukaanku terpilih! Mari kita
lihat, apakah isinya bisa se-‘ehem’ cover-nya?
:p
Pillow Talk menceritakan persahabatan antara Emilia dan Joshua yang
sudah terjalin dari kecil. Emi dan Jo, biasa mereka dipanggil, selalu berbagi
dan selalu tahu cerita kehidupan masing-masing. Dari hal-hal tidak penting, masalah
kerjaan sampai sex life. Hubungan
mereka sangat dekat sampai membuat pacar masing-masing cemburu buta. Begitu
Dimas, melamar Emi, Jo lah menjadi orang pertama yang ditemuinya. Jo tidak
percaya Emi yang sudah lama menganut open-relationship,
serius dengan hubungan monogaminya dengan cowok yang lebih tua 15 tahun dan
berpikir untuk menikah. Jo ingin melarang Emi tapi dengan itu dia akan
membeberkan bahwa selama ini dia memendam perasaan khusus, lebih dari sahabat,
terhadap Emi. Tanpa Jo ketahui, Emi juga sempat memendam rasa untuk Jo. Semua
itu tetap tersimpan dengan rahasia karena keduanya mengetahui bahwa hubungan
sahabat-jadi-pacar membuat Emi trauma. Jadi kesempetan mereka untuk menjalin
hubungan lebih jauh sudah tertutup rapat.
“Aku sebenernya pengen ngelupain kamu – beneran pengen banget. Tapi kalo aku ngelupain kamu . . . aku juga lupa caranya bahagia.” – halaman 420
Emang sih cerita
sahabat-jadi-pacar dalam Pillow Talk
ini bukan sesuatu yang baru lagi, tapi dengan balutan humor dan sisi ‘dewasa’,
hal itu masih bisa dinikmati. Sayangnya, aku merasa ceritanya terlalu
dipanjang-panjangkan. Seperti tokoh yang, bisa dibilang, hanya sekali lewat
dibahas habis-habisan atau pergolakan batin Emi dan Jo terlalu didramatisir.
Cerita baru mulai terasa bergerak *thank
God* mulai halaman 100an. Tapi aku tetap enjoy koq bacanya. Selain cover-nya,
aku juga senang dengan isinya yang sesuai dengan harapanku. Deskripsi fisik
karakter yang bikin mikir yang ‘aneh-aneh’, bagian-bagian ‘panas’ yang bikin
kipas-kipas dan lainnya hehe *dirty
mind*. Favorite part? Ketika Emi dan Jo liburan di Bali dong :p
Pembuka bab dan judulnya yang sama ‘ehem’-nya dengan cover :p
Nggak tega ngegunting paperdoll-nya!
Aduuh, aku merasa telat banget ya
baru baca novel ini sekarang. Tidak
hanya karena melewatkan ceritanya yang asyik, tapi juga aku agak nggak nyambung
sama referensi popular culture-nya
yang kebanyakan udah nggak populer lagi. Jika aku membacanya empat tahun yang
lalu, mungkin semua itu akan lebih menarik dan mendukung cerita. But better be late than never. Di novel
ini aku menemukan cara menyampaian yang mirip-mirip dengan All You Can Eat
(iyalah, penulisnya kan orang yang sama). Dari kata-kata yang dicetak tebal, icon smiley (J
L)
dan dialog kosong (“…”) bertebaran di mana-mana. Untuk dua hal pertama, aku
nggak masalah sih, mereka malah memberi efek lucu dan pengen ketawa. Tapi untuk
yang terakhir, agak berlebihan dan pemborosan, ya. Aku terpaksa harus
menghitung dan memastikan siapa yang berbicara duluan setelah aksi diam-diaman
itu. Kenapa tidak menulis “Emi tidak mampu menjawab” atau “Jo terdiam sejenak”?.
Ah, mungkin sudah ciri khasnya. What
else? Typo, tanda baca, nama yang tertukar dan aku dapet halaman 223-224
ekstra. Hmm, edisi repackage ternyata
belum tentu edisi revisi :o
At last, jangan lihat ide lama yang ditawarkannya, tapi lihat Pillow Talk sebagai novel yang dapat menghibur,
kocak dan . . um, sexy. Cocok untuk
kamu-kamu yang pengen dibuat melayang-layang sama kesetiaan dan perhatian dari
Jo. Ah, seri JBoyfriend ini semacam guilty
pleasure buatku. Nggak sabar nungguin seri selanjutnya yang memang berjudul
Guilty Pleasure :D
Emang Jboyfriend itu singkatan apa sih, kak? Japan-boyfriend? ._.
ReplyDelete*nggak pernah punya buku Gagas soalnya, jadi nggak tahu xD
JBoyfriend itu artinya cowok-cowok yang dijadiin pacar dan punya nama huruf pertama J ;D
ReplyDelete