Setelah berganti-ganti infomasi
lokasi, Tulis Nusantara akhirnya ngadain workshop
penulisan di Bandung, tepatnya di Gedung Badan Kesejahteraan Masyarakat di
jalan Burangrang, hari Sabtu minggu lalu, 17 Mei 2014.
Aku sampe di tempat acara sekitar
jam 11 kurang 15 menit dan menjadi pendaftar kedelapan. Setelah kegirangan
sendiri dengan seminar kit-nya, aku
masuk ke ruangan dan menunggu sambil baca-baca. Sampe jam 11 lebih, peserta
yang datang tidak bertambah dan acarapun dipastikan ngaret. Untungnya aku
ketemu dengan Nay, temen kelas #tantanganmenulis, yang ternyata udah
dateng dari tadi. Kita ngobrol banyak tentang penerbit, naskah masing-masing
dan bertanya-tanya kenapa acara belum dimulai juga. Setelah adzan dzuhur
berkumandang, beberapa orang datang dengan bawaan yang lumayan dan tak disangka
ketemu temen kelas #tantanganmenulis yang lain, Andi, acarapun dimulai.
Setelah sambutan singkat dari
perwakilan, sesi pertama diisi oleh Mas Arief dari Plotpoint. Pertama-tama, Mas
Arief memberi penjelasan sejarah singkat tentang Plotpoint. Setelah itu mulai
membahas Kearifan Lokal yang menjadi tema penulisan lomba Tulis Nusantara. Satu
persatu dimintai pendapatnya tentang tema tersebut, sampai tiba ke sebuah
kesimpulan. Kearifan Lokal didefiniskan sebagai cara bijak untuk menyelesaikan
masalah. Masalah yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang berkaitan dengan
lokal, misalnya di kota Bandung. Lalu Mas Arief memberi contoh masalah yang
berkaitan erat dengan Bandung dan tentunya tidak bisa ditemui di kota lain.
Lucunya, saat pencarian contoh tersebut, Mas Arief ternyata punya pengalaman
yang sama dengan salah satu peserta karena sama-sama UNPAD Jatinaggor dan
ngekos di tempat yang berdekatan.
Setelah selesai menjelaskan dan
semua mengerti betul tentang tema lomba Tulis Nusantara tahun ini, Mas Arief
mulai membahas bagaimana membentuk cerita. Cerita dimulai dengan sebuah
masalah. Untuk mencobanya, Mas Arief meminta peserta untuk memikirkan tiga hal,
kondisi awal mula cerita, kondisi akhir cerita dan apa yang menyebabkan kondisi
awal cerita berubah menjadi kondisi akhir cerita. Contohnya nih, mengambil dari
dongeng Little Mermaid.
Kondisi awal mula cerita: Putri
Duyung tinggal di dasar laut yang damai
Kondisi awal akhir cerita: Putri
Duyung menjadi buih
Apa yang menyebabkan kondisi awal cerita berubah menjadi kondisi akhir
cerita: Cinta Putri Duyung kepada Pangeran di
daratan bertepuk sebelah tangan.
Sesederhana itu, kan? Tiga hal itu
lalu dikembangkan menjadi cerita yang lebih panjang dengan menambahkan
deskripsi tokoh Putri Duyung dan Pangeran, setting laut dan daratan, dan
lainnya. Hal penting lainnya, harus ada
perubahan penting sehingga membuat cerita bergerak.
Setelah itu, Mas Arief mengajak
semua peserta untuk berlatih menulis. Ada tiga latihan yang dicoba, menulis
deskripsi tanpa karakter (foreshadowing) seperti
mendeskripsikan ruangan dari gelap ke terang tanpa ada tokoh di sana, lalu
deskripsi dengan karakter kecil seperti kenakalan kucing membuat surat penting
terbuang dan deskripsi karakter utama seperti pegulatan batin seseorang yang
akan bunuh diri. Jujur, aku agak kesulitan saat sesi latihan ini. Dalam lima
menit penuh ketegangan itu, aku cuma berhasil menulis beberapa kalimat. Saat
peserta lain ditunjuk untuk membacakan tulisan mereka, aku juga sedikit minder karena
mereka yang menggunakan bahasa kiasan dan diksi yang wah. Ini sepertinya
membuat seorang peserta, kalo nggak salah namanya Laila, bertanya tentang hal
tersebut. Jawaban Mas Arief adalah membaca yang banyak, terutama jenis gaya
bahasa yang ingin ditiru.
Setelah sesi dari Mas Arief selesai,
Mbak Mira dari Grasindo mengambil alih. Kalo sebelumnya lebih banyak ke proses
kreatif penulisan, kali ini lebih banyak sharing informasi tentang penerbitan.
Lima jenis kartu ukuran sedang dibagikan. Masing-masing kartu memuat informasi
singkat tentang penulisan dan penerbitan. Mbak Mira lalu bercerita tentang
pihak Grasindo yang bergabung dalam acara Tulis Nusantara dan akan menerbitkan
karya para pemenang lomba. Mbak Mira juga menjawab beberapa pertanyaan seputar penerbitan
seperti apa yang dicari penerbit, keunikan naskah sampai kriteria buku best-seller. Di akhir sesi, Mbak Mira membagikan
buku-buku fiksi dan non fiksi terbitan Grasindo yang sebelumnya dijadikan
contoh karya. Semuanya langsung ke depan dan rebutan buku. Aku udah takut nggak
kebagian, jadi pasrah aja nyelipin lengan di antara tubuh peserta lain dan
ambil buku apa aja yang pertama aku pegang. Taunya aku dapet buku Fira &
Hafez karya Fira Basuki. Aku seneng banget! Aku udah lama pengen baca buku ini.
Nggak hanya karena nama penulisnya tapi juga karena beberapa hari lalu aku
mendengar kabar kalau ceritanya akan diangkat menjadi film. Wuhuuuuu!
Jam empat lewat sekian menit,
acara workshop Tulis Nusantara di Bandung selesai. Puas banget. Ketemu temen,
dapet ilmu baru dan buku gratis, hehehehe. Aku juga jadi pengen ngirim tulisan
ke lombanya. Bagi yang nggak sempet ikutan workshopnya di kota masing-masing,
kalian masih bisa ikutan lomba menulis Tulis Nusantara-nya koq. Coba cek
linimasanya @TulisNusantara
untuk syarat dan ketentuannya. Inget deadlinenya 7 Juli 2014 :)
ane di bandung tpi ga tau ternyata ada workshop menulis tulis nusantara hufttttttt
ReplyDeleteSayang banget. Kayaknya beritanya emang kurang tersebar. Kemaren pesertanya juga sedikit.
ReplyDeleteWah sekali-kali pengen ikutan acara beginian semoga ntar bisa ikutan deh biar nambah ilmu :))
ReplyDelete