Monday, July 21, 2014

Mini Reviews: Captain America: The Winter Soldier, The Other Woman and The Amazing Spider-Man 2: Rise of Electro

Captain America: The Winter Soldier


Genre:
Action
Director:
Anthony Russo
Joe Russo
Cast:
Chris Evans, Scarlett Johansson, Sebastian Stan, Anthony Mackie, Cobie Smulders, Frank Grillo, Emily VanCamp, Hayley  Atwell, Robert Redford and Samuel L. Jackson


Dua tahun setelah kejadian di New York, Steve Rogers aka Captain America bekerja di Washington D.C.  untuk S.H.I.E.L.D. sambil terus menyesuaikan diri dengan kehidupan modern. Bersama Natasha Romanoff aka The Black Widow, Rogers menjalani misi untuk menyelamatkan kapal S.H.I.E.L.D. yang dibajak. Tapi ternyata Natasha punya agenda lain, yaitu untuk mengambil data dari komputer kapal tersebut dan memberikannya ke Nick Fury. Fury membutuhkan data tersebut untuk menyelidiki sebuah proyek yang diberi nama Insight. Proyek yang dirancang untuk mengeliminasi orang-orang yang berpotensi menjadi jahat itu membuat Fury diburu. Lalu dia mempercayakan data tersebut pada Rogers dan Romanoff. Selain mengurusi proyek tersebut, mereka juga menghadapi seorang prajurit yang dikenal sebagai The Winter Soldier, yang sepertinya menjadi penjaga proyek tersebut.


Karena aku belum nonton film Captain America: The First Avenger dan The Avengers, aku agak bingung melihat dan mencerna percakapan antar karakter dan apa hubungan mereka sebelumnya. Tapi setelah mengabaikannya, aku bisa menikmati jalan ceritanya. Lagian ceritanya gak terlalu rumit. Tipikal film superhero Marvel lah, aksi si pahlawan bertarung seorang diri, ledakan gede, dan banyak jokes yang oke. But what’s up with great hair and beautiful eyes in this movie? The Winter Soldier bisa-bisa nyaingin Thor nih hehehe.

My favorite scene: pertarungan Captain America di dalam lift. So intense yet awesome!


***



Genre:
Comedy
Director:
Nick Cassavetes
Cast:
Cameron Diaz, Leslie Mann, Nicky Minaj, Kate Upton, Nicolaj Coster-Waldau, Taylor Kinney and Olivia Culpo


Carly Whitten, seorang pengacara mapan di New York, baru mengetahui bahwa pacarnya, Mark King, ternyata sudah menikah dengan seorang wanita bernama, Kate King. Kate sendiri sangat terpukul dengan hal tersebut. Dia kebingungan dan akhirnya malah curhat kepada Carly. Mereka berdua lalu menemukan fakta bahwa Mark juga berselingkuh dengan seorang wanita muda, Amber. Kemudian, mereka bertiga memutuskan untuk berkerjasama dan membalas dendam pada Mark. Tak disangka, rencana tersebut membuat mereka mengetahui bisnis rahasia Mark.


Premis The Other Woman sebenarnya menarik tapi sebenarnya tidak ada hal yang baru. Bagian awalnya termasuk lancar dan menarik. Persahabatan Carly, Kate dan Amber yang tak terduga itu lucu. Tapi perlahan aku, dan mungkin sebagian penonton di studio, agak kebingungan, apakah pria itu adalah Mark yang sama atau orang lain yang sama persis dengannya? Lalu upaya balas dendam ketiga wanita dewasa itu terlihat silly dan nggak penting. Contohnya, Carly diam-diam menambahkan obat pencahar ke dalam minuman Mark. Really? Endingnya juga terasa aneh. Ketika Mark benar-benar tidak bisa mengelak dan kehilangan banyak hal berharga, rasanya .. malah jadi kasian. Mungkin, mungkin ya, balas dendam bukan obat terbaik untuk menghilangkan sakit hati.  

My favorite scene: setiap scene yang melibatkan Amber alias Kate Upton hehehehe.


***



Genre:
Action/Drama
Director:
Marc Webb
Cast:
Andrew Garfield, Emma Stone, Jamie Foxx, Dane DeHaan, Colm Feore, Felicity Jones, Campbell Scott, Embeth Davidtz, Paul Giamatti and Sally Field


Karena terbayang oleh ucapan ayah George Stacy, Peter Parker memutuskan hubungannya dengan Gwen Stacy selepas lulus sekolah. Dia mengisi harinya dengan kuliah, menjadi fotografer lepas dan tetap menjadi Spider-Man. Kehadirannya sebagai pahlawan membuat beberapa orang mengaguminya bahkan sampai terobsesi. Salah satunya adalah Max Dillon, pekerja di Oscorp. Dalam kecelakaan di perusahaan, dia malah berubah menjadi mahkluk berkekuatan listrik. Dia tidak berniat berbuat jahat, tapi mendadak marah karena Spider-Man mempermalukannya di depan masyarakat New York. Orang lain yang menginginkan Spider-Man adalah Harry Osborn, teman lama Peter. Dia diwarisi penyakit langka yang belum terobati. Dia merasa darah Spider-Man bisa menyelamatkannya dari kematian.


Lagi-lagi aku nonton film sekuel yang film pertamanya belum aku tonton. Tapi aku tetep bisa nikmatin The Amazing Spider-Man 2: Rise of Electro koq. Ceritanya bisa dibilang nggak nyambung langsung dengan film pertamanya (mungkin). Aku tinggal nebak-nebak atau baca spoiler-nya di Wikipedia (setelah filmnya selesai tentunya). Kilas balik ke peristiwa di mana ayah dan ibu Peter pergi ngebantu banget dan bisa dibilang pondasi cerita film ini.  Aku suka banget adegan slow motion saat Spider-Man bergelayutan di gedung-gedung tinggi, jokes yang oke, dan cantiknya Emma Stone dalam rambut pirang. Bagian yang aku nggak suka itu kalau Peter lagi emosional. Wajahnya yang mau nangis itu jelek banget, sekaligus nyebelin. Terus saat Peter menemukan tempat rahasia ayahnya, banyak garis sinar gitu yang ngingetin aku sama Star Trek. Hmmm.

My favorite scene: Peter/Spider-Man yang sedang sakit flu harus mengurus penjahat yang mau merampok sebuah toko.

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D