300 Halaman
GagasMedia, Agustus 2014
Rp. 55.000,-
Sebagian besar manusia mengambil keputusan
berdasarkan emosi, begitu ayahku berkata. Jika semua orang mengambil keputusan
berdasarkan logika, tidak akan ada orang yang tertipu.
Jadi, aku mempermainkan pikiran
teman-temanku dan mengambil uang, bahkan apa pun, yang mereka miliki. Kau tak
akan menyangka betapa mudah membuat mereka memercayaiku. Mereka benar-benar
polos. Aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan tanpa kesulitan dan keberhasilan
ini patut dirayakan.
Namun, kali ini, mengapa seperti ada yang
mengganggu nuraniku, menyuruhku berhenti, lalu berbalik arah?
Seorang penipu sepertiku tak akan bisa
terbawa emosi. Tidak akan, meski ada "badai" memorak-porandakan
hatiku sekalipun.
SEVEN
DEADLY SINS adalah kompetisi
menulis novel yang diadakan GagasMedia. Dalam kompetisi ini, penulis ditantang
untuk menulis novel dengan karakter yang tidak sempurna dan memilih kekurangan
tokoh utama dari tujuh dosa mematikan yang telah menjadi inspirasi bagi banyak
penulis dan seniman.
Wrath (amarah), lust (nafsu), gluttony
(kerakusan), greed (keserakahan), sloth (kemalasan), envy (kecemburuan/iri hati), dan pride (kesombongan). Temukan "dosa" dari ketujuh dosa itu
di naskah para pemenang kompetisi ini dan bersiaplah hanyut ke dalam dunia
“ketidaksempurnaan”.
Setelah mengikuti acara Tantangan Menulis dan membuat
review-nya di sini, pihak penerbit
mengirimkan novel Beautiful Liar
ini. Rasanya campur aduk begitu melihat cover
seri pertama dari Seven Deadly Sins ini. Aku memang penasaran dan pengen
banget beli. Nggak nyangka bisa dapetin ini secara cuma-cuma. Huraaaay! Gimana,
ya, cerita tentang ketidaksempurnaan ini? Let’s
review it now :)
Lunetta, yang biasa dipanggil Lulu, pindah dari
Madiun ke Jakarta dan tinggal bersama ibu kandung dan ayah tirinya. Langkah ini
untuk melindungi Lulu dari ayah kandungnya yang merupakan seorang penipu ulung
dikabarkan sedang diburu polisi. Lulu memberontak, menganggap dirinya lebih
baik terus bersama dengan ayahnya, yang dia nilai sangat sempurna dan paling
mengerti dirinya.
Di sekolahnya yang baru, Lulu membidik seorang
laki-laki tampan nan kaya raya, Arvad, untuk ditipu, seperti yang ayah
kandungnya sering lakukan. Dia ingin membuktikan bahwa dia memang anak ayah
kandungnya, mereka tak seharusnya dipisahkan. Rencananya tidak berjalan mulus
karena kehadiran teman baik Arvad, Badai dan guru BK, Miss Nadine, yang
sepertinya bisa membaca pikiran Lulu. Lulu sampai dihukum masuk Japan Club yang
malah semakin mendekatkan dirinya dengan sang ketua yang tak lain adalah Badai.
Keadaan di rumah tidak berbeda, dia menyadari ibu kandung tahu tentang
keberadaan ayah kandungnya.
"Satu
hal yang dipelajari Lunetta dari Papa adalah kalau kita mau berbohong, maka
yakini kebohongan itu sebagai kebenaran. Dengan demikian, orang lain akan
memercayai kebohongan kita." – halaman 47
Beautiful
Liar ini cocoknya mungkin disebut sebagai novel ‘young adult’ kali ya. Ceritanya sih masih seputaran remaja,
sekolah, dan sedikit cinta-cintaan. Tapi konflik hubungan ayah dan anak
perempuan (daddy
issue, perhaps?) lebih dominan dan membuat ceritanya berbeda dari
cerita remaja lainnya. Karena dengan konflik tersebut, Lulu dituntun untuk
berpikir dan bersikap layaknya orang dewasa. Lalu banyak hal unik di dalam
cerita ini, seperti ‘habitat’ menipu dan berbohong Lulu yang disandingkan
dengan kisah kancil mencuri mentimun, twist
tentang Miss Nadine dan fakta bahwa novel ini ditulis dalam 45 hari saja. Wow!
Menurutku, kebiasaan Lulu dalam menipu dan berbohong sepertinya masih ditingkat dasar dan lebih cocok dianggap sebagai ‘kenakalan remaja’. Karena Lulu ternyata nggak pandai-pandai amat mempermainkan teman-teman atau orang yang sering dia temui/kenal dalam jangka waktu yang lama. Dia hanya berhasil dalam penipuan skala kecil seperti memanipulasi pikiran orang asing atau mencuri barang di tempat umum. Pedoman berbohong dari ayah kandungnya pun tidak membuatnya jadi ahli melindungi diri. Buktinya dia juga tanpa sadar sedang dibohongi orang terdekatnya. So saaaad :( Tapi, ya, aku sempet terkagum-kagum dengan kebohongannya.
Menurutku, kebiasaan Lulu dalam menipu dan berbohong sepertinya masih ditingkat dasar dan lebih cocok dianggap sebagai ‘kenakalan remaja’. Karena Lulu ternyata nggak pandai-pandai amat mempermainkan teman-teman atau orang yang sering dia temui/kenal dalam jangka waktu yang lama. Dia hanya berhasil dalam penipuan skala kecil seperti memanipulasi pikiran orang asing atau mencuri barang di tempat umum. Pedoman berbohong dari ayah kandungnya pun tidak membuatnya jadi ahli melindungi diri. Buktinya dia juga tanpa sadar sedang dibohongi orang terdekatnya. So saaaad :( Tapi, ya, aku sempet terkagum-kagum dengan kebohongannya.
Semula berpikir novel ini mengambil setting dan usia karakter yang lebih
luas dan dewasa seperti di kampus atau tempat kerja, di mana kejahatan seperti
itu dilakukan begitu ekstrim dan beresiko besar. Aku sempet males baca, loh, karenanya.
Karena, ya, aku kan bukan remaja lagi hehehehe. Kalau untuk masalah teknis,
informasi seringkali diulang dan pergantian POV orang ketiga yang begitu cepat
dan dari banyak karakter. Untuk gaya bahasa dan penceritaan sih oke dan
mengalir. Tapi POV kayak gitu bikin aku agak pusing. Karakter yang hanya muncul
sesekali pun punya cerita sendiri. Nggak terlalu menyita cerita sih, hanya saja
agak berlebihan.
At last,
Beautiful Liar ini menawarkan kisah
ketidaksempurnaan dengan hampir sempurna. Aku suka kisah Lulu si Kancil and her’s daddy issue. Kayaknya aku bakal lebih suka ceritanya kalo
aku nggak punya ekspetasi yang agak tinggi. Tapi aku berminat untuk membaca
seri Seven Deadly Sins selanjutnya, apalagi kalo cover-nya huruf D hehehe :)
Kalau setting kejahatannya di kampus atau dunia kerja, nipunya memang bisa lebih ekstrim dan seru, tapi gak jadi dalam 45 hari. Hehe... Terima kasih atas review serunya. :)
ReplyDeleteini udah ada belum di gramedia? maklum, aku skr jadi anak nongkrong gramedia hahhaah
ReplyDeleteDear Mbak Dee, thanks udah nulis BL dan juga baca review ini ;D
ReplyDeleteDear Eka, BL udah ada di Gramedia koq ;)