Steve Martini
472 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Januari 2010
Rp. 49.000,-
Wanita pengusaha yang cantik, pendiri perusahaan piranti lunak
teknologi tinggi yang memasok militer, ditemukan tewas, dua peluru melukai
kepalanya- "double tap", ciri khas pembunuh yang sangat terlatih.
Paul Madriani menangani kasus itu, dimana terdakwanya prajurit karier yang
tidak mau menjelaskan celah-celah misterius dalam riwayat kemiliterannya.
Menghadapi klien yang tidak mau bekerja sama itu, Madriani memulai penyelidikan
yang berbahaya mencari kebenaran--masa lalu yang kelam prajurit itu,
rahasia-rahasia maut sang korban...
Empat tahun yang lalu, aku, yang
masih buta tentang nama-nama penulis luar, dengan nekatnya membeli Double Tap - Tembakan Ganda. Aku inget
banget memilih-milih buku di Gramedia Bandung Super Mall (sekarang
Trans Studio Mall), menghindari novel teenlit
dan sok asyik dengan novel-novel tebal. Saat itu aku pengen menyoba baca novel
yang rada serius (special thanks to the
classes I took in campus that so fascinating and encouraging me at that time).
Ternyata kebiasaan membacaku saat itu parah banget dan progress membaca novel ini pun jadi sangat lambat. Dalam sehari,
aku hanya membaca satu-dua halaman. Saat itu aku menyalahkan kecilnya huruf
tercetak, sehingga membuatku gampang bosan sampai sempat ketiduran di angkot. Akhirnya
aku menyerah dan menyimpan novel ini ke rak buku.
Sebesar apapun rasa gampang bosan dan kesal
pada ukuran huruf di novel ini, tidak bisa mengalahkan rasa bersalahku karena
tidak bisa menyelesaikannya. Tahun ini, aku mau mencoba sekali lagi dengan memasukannya
ke sebuah reading challenge. Aku
merasa lebih jago sekarang dalam membaca dan menyerap cerita. Lalu aku juga
sudah berpengalaman membaca novel bertema pembunuhan yang serius. Aku membuat
aturan wajib baca 2-4 bab per hari yang akan selesai di tanggal 20 Oktober.
Ternyata novel ini selesai dalam 10 hari saja! Unbelieveable. Now, let’s
review it :)
"Tak
perlu tipuan untuk melakukan tembakan beruntun yang dikenal dengan tembakan
ganda atau double tap. Kuncinya adalah
menembak tepat sasaran dengan peluru pertama. Kau tak perlu mengatur bidikan lagi
untuk tembakan kedua. Kau hanya perlu mengaturnya sekali dan menarik pelatuknya
dua kali berturut-turut dengan cepat – dor, dor. Seperti itu." – halaman 171
Madelyn Chapman, pemilik perusahaan
piranti lunak yang ternama, Isotenics, Inc., ditemukan tewas di kediamannya. Dua
peluru bersarang di kepalanya menandakan penembaknya merupakan seorang yang
ahli dan terlatih. Dua motif yang muncul adalah pencurian barang berharga
dengan bukti hilangnya benda seni kaca dan kecemburuan mantan kekasih. Motif
terakhir membaca Emilliano Ruiz, mantan pengawal pribadi Chapman, menjadi
tersangka utama. Selain faktor kedekatan khusus dengan korban yang terekam oleh
kamera pengawas, Ruiz cocok dengan bukti senjata yang ditemukan petugas olah
TKP dan dia tidak punya alibi di hari pembunuhan.
Paul Madriani dan rekannya Harry Hinds
menjadi pengacara Ruiz, menggantikan Dale Kendal yang mengundurkan diri secara
misterius. Madriani dan Hinds mencoba mengorek keterangan dari Ruiz untuk bisa
menangkis benang merah yang mengaitkannya dengan aksi tembakan ganda tersebut. Tapi
Ruiz selalu menghindari pertanyaan-pertanyaan mengenai latar belakang kehidupannya
di kemiliteran. Dia hanya bisa menyatakan bahwa dia tidak membunuh Chapman. Madriani
bisa mengerti hal tersebut karena dia punya paman bernama Evo yang pernah masuk
ke bidang tersebut dan kesulitan keluar dari bayang-bayang dan mimpi buruk yang
menghantuinya.
Menjelang persidangan yang menarik
perhatian banyak media, Madriani dan Hinds bekerja semakin keras mengumpulkan
bukti-bukti, memeriksa berkas dari Isotenics dan meminta keterangan dari
orang-orang terkait. Mereka mulai menyadari proyek rahasia yang ditanganin
Chapman sebelum meninggal bisa menjadi motif utama pembunuhan terhadapnya. Selain
itu mereka harus berhadapan dengan pengacara pengugat, Lawrence K. Templeton
yang selalu sukses menangani kasus besar. Pengacara berbadan mungil itu menjadi
batu sandungan besar untuk tim pembela Madriani.
"Itulah
salah satu hal dalam kasus besar yang selalu dikhawatirkan setiap pengacara, di
samping dakwaan dan hukuman mati: menciptakan harapan-harapan dalam benak klien
yang tak bisa dipenuhi." – halaman 332
Aku masih kesal dengan hurufnya
yang tercetak begitu kecil, tapi aku menikmati kasus pembunuhan dan persidangan
di Double Tap - Tembakan Ganda yang
menarik dan tentunya menegangkan. Dengan membaca bab perbab dengan jeda waktu 24
jam, aku bisa meresapi ceritanya lebih lama, menghafal nama karakter dan posisi
mereka dan mengingat setiap bukti baru yang muncul. Di cerita seperti ini,
pembaca pasti menebak-nebak siapa pembunuh sebenarnya. Aku juga begitu.
Tebakanku selalu berubah seiring munculnya karakter atau bukti baru yang
membuat penyelidikan semakin rumit. Tebakanku akhirnya salah besar. Itu tidak
membuatku kecewa, malah membuatku terkagum-kagum dengan kemampuan penulis dalam
mengecoh pembacanya.
Selain menikmati main ‘tebak-tebak
pembunuh’, aku juga suka dengan bagian persidangannya. Proses pengumpulan
bukti, prasidang, sidang dari pihak mengugat, sidang dari pihak pembela dan
dakwaan diceritakan begitu rinci. Awalnya sih memang membosankan, apalagi kalau
pertanyaan-pertanyaan yang dikeluarkan oleh pengacara ke para saksi sedikit
berputar-putar sebelum menembak ke topik utama. Tapi ternyata begitu lah prosesnya.
Semua pengetahuan mengenai persidangan, persenjataan dan piranti lunak
benar-benar serius dan berat. Penulis benar-benar pandai meramunya menjadi
cerita yang menarik. Aku sempat nggak percaya loh cerita ini pertama terbit
pada tahun 2005. Soalnya proyek piranti lunaknya sudah sangat modern dan gak
jauh berbeda dengan isu keamanan yang ada sekarang. Jadi ceritanya masih terbilang
update dan nyambung untuk dibaca
sekarang. How he done that?
Bagian mengecewakannya adalah kasus
pembunuhan dan proses penyelesaiannya benar-benar menjadi fokus cerita,
meninggalkan latar belakang sang tokoh utama, Paul Madriani. Hal-hal yang aku
ketahui dari pengacara ini hanya dia punya paman yang sakit mental setelah
keluar dari kemiliteran, istrinya sudah meninggal, punya anak perempuan yang
akan masuk kuliah dan punya teman lama yang merupakan anggota legislatif. Tidak
ada bahasan lebih lanjut yang mendetail. Mungkin hal-hal tersebut dan lainnya sudah
dibahas di tujuh buku pendahulunya. Soalnya saat mengecek di Goodreads, novel
ini adalah buku kedelapan dari seri Paul Madriani yang berjumlah 13 buku.
Woooow!
Untuk hal teknis seperti bahasa penerjemahaannya, aku tidak punya masalah koq. Ya,
memang ada beberapa istilah dan ungkapan yang asing dan baru. Tapi begitu aku
membayangkan kalimat tersebut dalam bahasa Inggris, it kinda made sense.
At last, keputusanku untuk membeli Double Tap - Tembakan Ganda empat tahun yang lalu bisa
dibilang tepat. Hanya akunya saja yang belum siap hahaha. Bagi pencinta cerita
yang berhubungan dengan kasus-kasus pembunuhan yang rumit dan melibatkan hukum,
bisa mencoba membaca novel ini. Apakah aku berminat membaca seri Paul Madriani
yang lain?
Tentu saja :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D