Friday, October 17, 2014

Double Tap - Tembakan Ganda

Steve Martini
472 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Januari 2010
Rp. 49.000,-

Wanita pengusaha yang cantik, pendiri perusahaan piranti lunak teknologi tinggi yang memasok militer, ditemukan tewas, dua peluru melukai kepalanya- "double tap", ciri khas pembunuh yang sangat terlatih. Paul Madriani menangani kasus itu, dimana terdakwanya prajurit karier yang tidak mau menjelaskan celah-celah misterius dalam riwayat kemiliterannya. Menghadapi klien yang tidak mau bekerja sama itu, Madriani memulai penyelidikan yang berbahaya mencari kebenaran--masa lalu yang kelam prajurit itu, rahasia-rahasia maut sang korban...

Empat tahun yang lalu, aku, yang masih buta tentang nama-nama penulis luar, dengan nekatnya membeli Double Tap - Tembakan Ganda. Aku inget banget memilih-milih buku di Gramedia Bandung Super Mall (sekarang Trans Studio Mall), menghindari novel teenlit dan sok asyik dengan novel-novel tebal. Saat itu aku pengen menyoba baca novel yang rada serius (special thanks to the classes I took in campus that so fascinating and encouraging me at that time). Ternyata kebiasaan membacaku saat itu parah banget dan progress membaca novel ini pun jadi sangat lambat. Dalam sehari, aku hanya membaca satu-dua halaman. Saat itu aku menyalahkan kecilnya huruf tercetak, sehingga membuatku gampang bosan sampai sempat ketiduran di angkot. Akhirnya aku menyerah dan menyimpan novel ini ke rak buku.

Sebesar apapun rasa gampang bosan dan kesal pada ukuran huruf di novel ini, tidak bisa mengalahkan rasa bersalahku karena tidak bisa menyelesaikannya. Tahun ini, aku mau mencoba sekali lagi dengan memasukannya ke sebuah reading challenge. Aku merasa lebih jago sekarang dalam membaca dan menyerap cerita. Lalu aku juga sudah berpengalaman membaca novel bertema pembunuhan yang serius. Aku membuat aturan wajib baca 2-4 bab per hari yang akan selesai di tanggal 20 Oktober. Ternyata novel ini selesai dalam 10 hari saja! Unbelieveable. Now, let’s review it :)

"Tak perlu tipuan untuk melakukan tembakan beruntun yang dikenal dengan tembakan ganda atau double tap. Kuncinya adalah menembak tepat sasaran dengan peluru pertama. Kau tak perlu mengatur bidikan lagi untuk tembakan kedua. Kau hanya perlu mengaturnya sekali dan menarik pelatuknya dua kali berturut-turut dengan cepat – dor, dor. Seperti itu." – halaman 171

Madelyn Chapman, pemilik perusahaan piranti lunak yang ternama, Isotenics, Inc., ditemukan tewas di kediamannya. Dua peluru bersarang di kepalanya menandakan penembaknya merupakan seorang yang ahli dan terlatih. Dua motif yang muncul adalah pencurian barang berharga dengan bukti hilangnya benda seni kaca dan kecemburuan mantan kekasih. Motif terakhir membaca Emilliano Ruiz, mantan pengawal pribadi Chapman, menjadi tersangka utama. Selain faktor kedekatan khusus dengan korban yang terekam oleh kamera pengawas, Ruiz cocok dengan bukti senjata yang ditemukan petugas olah TKP dan dia tidak punya alibi di hari pembunuhan.

Paul Madriani dan rekannya Harry Hinds menjadi pengacara Ruiz, menggantikan Dale Kendal yang mengundurkan diri secara misterius. Madriani dan Hinds mencoba mengorek keterangan dari Ruiz untuk bisa menangkis benang merah yang mengaitkannya dengan aksi tembakan ganda tersebut. Tapi Ruiz selalu menghindari pertanyaan-pertanyaan mengenai latar belakang kehidupannya di kemiliteran. Dia hanya bisa menyatakan bahwa dia tidak membunuh Chapman. Madriani bisa mengerti hal tersebut karena dia punya paman bernama Evo yang pernah masuk ke bidang tersebut dan kesulitan keluar dari bayang-bayang dan mimpi buruk yang menghantuinya.

Menjelang persidangan yang menarik perhatian banyak media, Madriani dan Hinds bekerja semakin keras mengumpulkan bukti-bukti, memeriksa berkas dari Isotenics dan meminta keterangan dari orang-orang terkait. Mereka mulai menyadari proyek rahasia yang ditanganin Chapman sebelum meninggal bisa menjadi motif utama pembunuhan terhadapnya. Selain itu mereka harus berhadapan dengan pengacara pengugat, Lawrence K. Templeton yang selalu sukses menangani kasus besar. Pengacara berbadan mungil itu menjadi batu sandungan besar untuk tim pembela Madriani.

"Itulah salah satu hal dalam kasus besar yang selalu dikhawatirkan setiap pengacara, di samping dakwaan dan hukuman mati: menciptakan harapan-harapan dalam benak klien yang tak bisa dipenuhi." – halaman 332

Aku masih kesal dengan hurufnya yang tercetak begitu kecil, tapi aku menikmati kasus pembunuhan dan persidangan di Double Tap - Tembakan Ganda yang menarik dan tentunya menegangkan. Dengan membaca bab perbab dengan jeda waktu 24 jam, aku bisa meresapi ceritanya lebih lama, menghafal nama karakter dan posisi mereka dan mengingat setiap bukti baru yang muncul. Di cerita seperti ini, pembaca pasti menebak-nebak siapa pembunuh sebenarnya. Aku juga begitu. Tebakanku selalu berubah seiring munculnya karakter atau bukti baru yang membuat penyelidikan semakin rumit. Tebakanku akhirnya salah besar. Itu tidak membuatku kecewa, malah membuatku terkagum-kagum dengan kemampuan penulis dalam mengecoh pembacanya.

Selain menikmati main ‘tebak-tebak pembunuh’, aku juga suka dengan bagian persidangannya. Proses pengumpulan bukti, prasidang, sidang dari pihak mengugat, sidang dari pihak pembela dan dakwaan diceritakan begitu rinci. Awalnya sih memang membosankan, apalagi kalau pertanyaan-pertanyaan yang dikeluarkan oleh pengacara ke para saksi sedikit berputar-putar sebelum menembak ke topik utama. Tapi ternyata begitu lah prosesnya. Semua pengetahuan mengenai persidangan, persenjataan dan piranti lunak benar-benar serius dan berat. Penulis benar-benar pandai meramunya menjadi cerita yang menarik. Aku sempat nggak percaya loh cerita ini pertama terbit pada tahun 2005. Soalnya proyek piranti lunaknya sudah sangat modern dan gak jauh berbeda dengan isu keamanan yang ada sekarang. Jadi ceritanya masih terbilang update dan nyambung untuk dibaca sekarang.  How he done that?

Bagian mengecewakannya adalah kasus pembunuhan dan proses penyelesaiannya benar-benar menjadi fokus cerita, meninggalkan latar belakang sang tokoh utama, Paul Madriani. Hal-hal yang aku ketahui dari pengacara ini hanya dia punya paman yang sakit mental setelah keluar dari kemiliteran, istrinya sudah meninggal, punya anak perempuan yang akan masuk kuliah dan punya teman lama yang merupakan anggota legislatif. Tidak ada bahasan lebih lanjut yang mendetail. Mungkin hal-hal tersebut dan lainnya sudah dibahas di tujuh buku pendahulunya. Soalnya saat mengecek di Goodreads, novel ini adalah buku kedelapan dari seri Paul Madriani yang berjumlah 13 buku. Woooow! Untuk hal teknis seperti bahasa penerjemahaannya, aku tidak punya masalah koq. Ya, memang ada beberapa istilah dan ungkapan yang asing dan baru. Tapi begitu aku membayangkan kalimat tersebut dalam bahasa Inggris, it kinda made sense.

At last, keputusanku untuk membeli Double Tap - Tembakan Ganda empat tahun yang lalu bisa dibilang tepat. Hanya akunya saja yang belum siap hahaha. Bagi pencinta cerita yang berhubungan dengan kasus-kasus pembunuhan yang rumit dan melibatkan hukum, bisa mencoba membaca novel ini. Apakah aku berminat membaca seri Paul Madriani yang lain? Tentu saja :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D