Erni Aladjai
192 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Agustus 2014
Rp. 45.000,-
"Bolehkah
aku memanggilmu burung gagak?" Mae mengalihkan pembicaraan dengan spontan.
Sehingga Ken tertawa.
"Kenapa
mesti gagak?"
"Itu
semacam panggilan sayang. Lagi pula kamu berpakaian hitam-hitam melulu, aku
jadi teringat burung gagak." Ken tersenyum kecil.
--------------------------------------------
Mae gadis Indonesia memulai kehidupan baru di Sapporo. Di Sapporo ia
hanya memiliki satu kawan, Kakek Yoshinaga – tetangga apartemennya, yang selalu
meminta dia membacakan surat-surat cinta masa lalu. Mae bahagia, hari-harinya
di Sapporo tak terasa muram. Namun di suatu waktu, Kakek Yoshinaga di temukan
wafat di kamar mandi.
Kepergian Kakek Yoshinaga yang mendadak, membuat hidup Mae jauh
berubah. Dia kemudian bertemu Nenek Osano – seorang nenek tangguh penjual mi
ramen. Dia berkenalan dengan Tamia – seorang kawan yang ditabraknya. Tapi yang
paling membuat hidupnya semakin pahit-manis adalah ketika dia bertemu Ken,
pemuda berantakan dan bertingkah misterius yang tiba-tiba datang menempati
apartemen Kakek Yoshinaga
Ken datang seperti seekor burung gagak. Membawa keburukan, kegelapan
hidup keluarganya, tapi di sisi lain dia juga membawa kebaikan buat Mae.
Mengajarkan Mae bahwa rasa sakit, rasa kehilangan, rasa bahagia adalah hidup
yang sesungguhnya. Bahwa hidup adalah juga sebuah belantara.
Aku membeli Dari Kirara Untuk Seekor Gagak tanpa tahu pasti sinopsis ceritanya
seperti apa. Aku mengandalkan nama sang penulis, yang mendapat banyak komentar
bagus dengan Kei-nya, yang belum aku baca dan design cover-nya yang unik dan menurutku sangat nyastra, karena ada
novel sastra dari penerbit yang sama menggunakan design seperti itu. Dua faktor tersebut meninggikan ekspetasiku
terhadap novel ini. Apakah ekspetasi itu terpenuhi? Let’s review it now :D
"Ramen selalu punya kaitan dengan emosi
pembuatnya. Jika jiwamu sedih, orang akan merasakan ramen-mu hambar. Jika bahagia, orang akan makan ramen-mu dengan puas. Ramen menyerap
jiwa pembuatnya, dan seperti begitulah semua makanan." – halaman 130
Mae tinggal di Sapporo sendirian, demi
menimba ilmu Humaniora. Keputusannya ini kurang lebih berkat almarhum ibunya
yang membiarkannya menikmati sastra. Dia punya tetangga bernama Kakek Yoshinaga
yang kerap membantunya, yang juga tinggal sendirian. Mae membalas bantuan itu
dengan membacakan surat-surat lama dari pasangan Kakek Yoshinaga. Mereka juga
sering melewatkan waktu dengan menonton film dan menyantap makanan. Suatu hari,
Kakek Yoshinaga meninggal dunia, membuat Mae sangat kehilangan. Dia mulai
menyibukan diri dengan kuliah dan mencari pekerjaan agar meringankan beban
kakaknya, Jo, yang sebentar lagi mempunyai anak. Dia tak sengaja menemukan
kedai ramen milik Nenek Osano. Dia mulai berkerja di sana walau tanpa bayaran
yang pasti.
Ken Shimotsuke minggat dari
rumahnya dan menempati apartemen bekas Kakek Yoshinaga. Mahasiswa yang jarang
kuliah itu merupakan hacker yang handal. Dia meninggalkan rumah ayahnya, Tuan
Shibata, seorang politikus yang terlalu sibuk untuk mengurus anaknya. Dia juga
menemukan titik terang tentang pembunuh ibunya. Kedatangan penghuni baru
menarik perhatian Mae. Dia berkali-kali mencoba menyapa Ken, memberinya
semangkuk ramen, tapi selalu diabaikan lelaki itu. Sampai suatu hari Ken datang
meminta pertolongan Mae untuk mengeluarkan peluru di lengannya. Sejak saat itu,
baik Mae dan Ken merasakan sesuatu yang mereka rindukan, perhatian dan kasih
sayang.
"Jatuh
cinta kadang tak mesti dimulai di bandara, kereta, pesawat, kampus, atau
bertabrakan di jalan. Perasaan jatuh cinta bisa jadi menyergapmu di mana saja,
bahkan di hadapan bak sampah. Dan Mae mengakui pada diri sendiri, ia telah
jatuh cinta pada pemuda itu sejak pertemuan di depan bak sampah tempo
hari." – halaman 132
Dari Kirara Untuk Seekor Gagak ternyata bukan novel sastra. Gaya
bahasanya memang baku dan sedikit nyastra. Tapi jalan ceritanya tidak jauh dari
novel-novel young adult dan dewasa yang
kubaca belakangan ini, ada konflik keluarga dan kisah cinta yang mengebu-gebu
layaknya remaja. Aku suka koq. Aku malah menyelesaikan novel ini dalam satu
hari saja. Tidak sulit untuk menyesapi kisah Mae dan Ken yang berlatar di
Sapporo yang dingin dan muram karena langit Bandung belakangan ini. Bagian yang
aku suka itu kebiasan-kebiasan kecil Mae yang dia dapatkan dari almarhum ibunya
seperti menulis untuk mengobati rasa sedih, memasak dan lainnya. Lalu ada cerita
tentang Ken dan misi balas dendamnya kepada pembunuh ibunya. Twist-twist yang muncul seiring dalamnya
Ken masuk ke masa lalu, membuat aku terhenyak sekaligus puas. Dan aku juga suka
dengan kedai ramen milik Nenek Osano dan pandangannya tentang ramen yang enak.
Semua itu yang bikin ceritanya jadi ‘hangat’. Aku juga pengen makan ramen
secepatnya :9
Sedangkan untuk bagian yang
kurang aku suka adalah porsi Mae sebagai peran utama ‘diambil alih’ oleh misi
balas dendam Ken. Mae jadi tidak punya cerita menarik dari diri sendiri karena
dia lebih mengutamakan Ken. Mungkin karena itulah judul novel ini menggambarkan
perjuangan dan pengorbanan Mae ‘si Kirara’ kepada Ken ‘si gagak’. Padahal aku, kan
pengen tahu lebih lanjut tentang Mae, apapun itu. Lalu pengenalan tokoh
pendukung yang terlalu dalam. Pertemanan Mae dengan Kakek Yoshinaga yang
dibahas di awal bagian terasa tidak penting ketika cerita sudah menuju
pertengahan akhir, yang fokus pada Ken. Apakah meninggalnya Kakek Yoshinaga
hanya sebuah alasan agar kedatangan Ken lebih mencolok? Kalau pun iya, hubungan akrab
Mae dengan Kakek Yoshinaga dihilangkan juga tak apa. Cukup disebutkan saja
pemilik apartemen itu meninggal dunia. Siapapun yang meninggal, orang yang akan
menempati ruang itu berikutnya tetap akan mengundang perhatian. Ini juga berlaku
pada pengenalan Nenek Osano dan Tamia. Dan yang terakhir, aku sedih melihat
banyak typo di novel ini. Sebelumnya typo jarang ditemui di novel-novel
terbitan penerbit besar ini. Sekarang malah bertebaran :(
At last, walaupun penampilan luar Dari Kirara Untuk Seekor Gagak sedikit mengecoh, ceritanya cukup
bagus dan menghibur. Aku mendapat pandangan yang berbeda tentang Jepang,
terutama Sapporo. Hanya saja jumlah halamannya yang termasuk sedikit. Ceritanya
mungkin akan lebih rame dan rumit dalam 300an halaman :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D