Thursday, February 26, 2015

Travel Young

Alanda Kariza
190 Halaman
GagasMedia, Desember 2014
Rp. 50.000,-

“Aku takut ketinggian,” tandas saya singkat. Mendengar hal itu, teman yang duduk di sebelah saya menawarkan untuk bertukar tempat, tapi saya menolak.

Bagaimana saya bisa pergi keliling dunia kalau berpergian dengan pesawat saja, membuat saya ketakutan setengah mati?

Segera, pesawat pun perlahan-lahan melewati landas pacu, sedikit menukik ke atas, dan… I swear, it was one of the scariest moments in my life!

***

Menjejaki kedewasaan ibarat melakukan sebuah perjalanan. Semakin jauh melangkah, akan sering kita temukan tantangan baru. Dan melakukan perjalanan sejak dini berarti menemukan banyak pelajaran yang akan menempa diri kita menjadi sosok yang lebih dewasa.

Alanda Kariza berbagi kisah perjalanan yang mendewasakan dirinya saat ke New York, Vatikan, London, Doha, Pittsburgh, dan tempat menarik lainnya. Banyak hal yang bisa jadi pelajaran menarik, seperti keluar dari zona nyaman, berani mengambil keputusan, percaya diri, dan bisa menyikapi suatu masalah tanpa keluhan.

Baginya, traveling is about discovering yourself and also your flaws. Jadi, siapkan destinasi impianmu, tangkap setiap momen yang ada... dan bertualanglah! Temukan jawaban tentang kedewasaanmu.

Sekian lama mengikuti akun Twitter dan Instagram milik Alanda Kariza, aku belum pernah membaca satu pun karyanya, fiksi atau nonfiksi. Begitu buku Travel Young terbit, aku langsung tertarik untuk mencoba membaca tulisannya. Terlebih lagi temanya adalah traveling, sesuatu yang dulu aku abaikan tapi kini cukup membuatku penasaran. Sebelum buku ini tersedia di toko buku di Bandung, aku keburu meneguhkan diri untuk tidak membeli buku baru sebelum menghabiskan tumpukan buku di rumah. Untungnya, aku mendapatkan hadiah berupa buku senilai 100 ribu dari Winna Efendi’s Books Reading Challenge yang diselenggarakan oleh blog Luckty Si Pustawati. Sebenarnya aku bisa memilih dua buku, tapi aku memutuskan untuk memilih buku ini saja. Saat itu hanya buku ini yang ingin aku beli. Kalau dipikir-pikir sekarang, agak nyesel sih, hehehe. Now, let’s review it ;D

"Bagi saya, sendirian bisa menjadi suatu hal yang begitu menyenangkan. Kita, yang biasanya terlalu sibuk mendengarkan orang lain, tidak lagi lupa untuk mendengarkan suara hati kita sendiri. Kita, yang biasanya terlalu sibuk memikirkan orang lain, tidak perlu segan untuk memikirkan diri kita sendiri." – halaman 102

Alanda Kariza membagikan pengalamannya melakukan perjalanan baik di dalam dan ke luar negeri. Sebagian besar alasan berpergian itu untuk menghadiri sebuah konferensi anak muda, tapi ada juga yang didasarkan alasan sederhana seperti liburan. Setiap tempat yang dia kunjungi memberikan pelajaran untuk menjadi mandiri, dewasa dan menghadapi masalah-masalah yang muncul dalam masa transisi dari remaja ke dewasa. Cerita dibagi ke dalam sembilan bab, yaitu, London: It Takes Courage to Grow Up and Become Who You Really Are, London & Zurich: Speak Your Mind Out, Ubud & New York City: Be Bold Enough to Take Risks (and Face the Consequesnces), Vatikan: When People Laugh at You, Laugh with Them, Nice: Love is What You Make (and What You Break), Doha: We Need Other People as Much as They Need Us, Pittsburgs: The World Does Not Revolve Around You (and It Never Has To), Jakarta & Orlando: Never Forget the Kid (Who Dares to Dream) in You dan A Few Notes in Life from Rome. Tiap bab ditutup dengan tips untuk melakukan perjalanan panjang berdasarkan kebiasaan Alanda atau wawancara singkat mengenai perjalanan dan arti kedewasaan dengan kaum dewasa muda seperti Sonia Eryka dan Dian Pelangi. Selain itu cerita dilengkapi dengan ilustrasi berwarna di setiap pembuka bab baru dan hitam putih untuk mengiringi cerita.

".. kebahagiaan bisa datang dari hal-hal sederhana. Bahwa kebahagiaan seseorang tergantung dari bagaimana ia mencoba melihat suatu peristiwa dan bagaimana ia menanggapi suatu masalah yang muncul di dalam kehidupannya." – halaman 168

Cerita-cerita dalam Travel Young di luar perkiraanku. Semula aku berpikir isinya akan membahas cara, tips dan berbagai pengalaman melakukan perjalanan di usia muda. Well, sebenarnya isinya tidak terlalu jauh dari itu, tapi tetap saja terasa berbeda. Cerita-cerita Alanda lebih condong pada proses pendewasaan diri, membangun kebiasaan untuk mandiri dan bahagia tanpa atau dengan peran orang lain yang didapatkan dan otomatis terlatih saat melakukan perjalanan. Panjang atau pendek, jauh atau dekat, sebuah perjalanan pasti membuat kita keluar dari zona nyaman. Di sana lah tantangan untuk bertahan hidup dan berpikir kritis muncul. Khusus untuk remaja yang sedang menapaki masa perubahan ke dewasa, pengalaman dalam perjalanan tersebut penting dan sangat berharga untuk menghadapi dunia dewasa yang sebenarnya. Tetapi di sisi lain, Alanda menyarankan kita untuk menjaga jiwa kekanakan, tidak sungkan untuk meminta bantuan dan membagi kebahagian kepada orang lain. Dengan mempertahankan hal-hal tersebut, kita bisa tetap ‘muda’ dan menjadi mahkluk sosial yang berguna bagi sesama.
Signed by the author

Ilustrasi kesukaanku

Dengan gaya penulisan yang baik, tidak ada typo, dan ilustrasinya apik, aku bisa menikmati dan mengerti setiap pesan yang Alanda sampaikan dari setiap ceritanya. Ada dua bab yang menjadi bagian kesukaanku. Satu, Nice: Love is What You Make (and What You Break), di mana Alanda mengunjungi Nice sendirian dan bertemu pasangan lanjut usia yang rajin mengunjungi kota tersebut. Tak hanya menjelaskan perjalanannya dengan begitu rinci dan menyebutkan tempat-tempat yang menarik, Alanda juga membagikan sedikit cerita tentang hubungan romantisnya dengan seseorang (yang muncul di halaman berikutnya, hahaha). Lalu bab terakhir, A Few Notes in Life from Rome, yang berisi catatan-catatan singkat yang sebagian besar tentang menjadi dewasa dan cara mengapai kebahagiaan. Persamaan dari dua bab itu adalah mereka membahas tentang kebahagiaan dan kasih sayang. Semua itu sepertinya jarang dan selalu sulit kutemukan. Aku tidak ingat kapan terakhir merasakannya atau kapan saat-saat paling membahagiakan untuku. Aku sempet berkaca-kaca saat membaca bagian tersebut (dan menulis review ini) u.u

Salah satu tips perjalanan

Salah satu wawancara tentang arti perjalanan dan kedewasaan

Sebelum menemukan mencapai bab mengenai Nice, aku sempat tidak nyaman dan bingung dengan cara penceritaannya. Di tiga bab pertama, Alanda langsung membahas hambatan atau tantangan yang dia hadapi ketika melakukan perjalanan, salah satunya dia merasa tegang saat pesawat akan lepas landas. Cerita kemudian bergulir, aku cukup larut dan ingin tahu bagaimana dia mengatasi masalah tersebut. Eh, ceritanya malah ditarik mundur dan membahas alasan dan sebab sebelum hal tersebut terjadi. Mood-ku sempat turun. Untungnya cerita-cerita berikutnya lebih baik dan menarik. Setelah beres membacanya, cerita-cerita tersebut juga membuatku merasa kalau judul dan cover yang dipakai kurang cocok. Judulnya terlalu mengidikasikan tentang travel dalam artian jalan-jalan. Hal itu didukung dengan gambar bangunan-bangunan yang ikonik, yang padahal tidak semua dikunjungi atau terdapat dalam buku. Lalu jam pasir di cover-nya memberi kesan ‘waktu yang terbatas’ dan memunculkan pikiran, ‘selagi muda, selagi mempunyai banyak waktu dan tenaga, mari berpergian’. Maka pantas kalau aku merasa kaget saat membaca isinya. Tapi sinopsis di bagian belakangnya cukup baik dan menonjolkan poin kedewasaan yang menjadi fokus pembahasan.

At last, Travel Young mendorong kita untuk mengambil pelajaran dan berpikir kritis dalam setiap melakukan perjalanan. Semua itu tidak hanya berguna untuk perjalanan selanjutnya tapi juga untuk beraktivitas sehari-hari. Buku ini cocok untuk remaja sedang menapaki dunia dewasa tapi tetap ingin mempertahankan kesenangan sederhana layaknya anak-anak. Recommended! ;D



Watch me on YouTube

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D