Devania Annesya
272 Halaman
PlotPoint, Juli 2013
Rp. 20.000,-
(Promo Diskon Bentang)
Maya sengaja berlama-lama kuliah di London. Tapi kini ia terpaksa
pulang ke Jakarta, kembali ketemu panas, macet, dan orangtuanya yang sudah
menyiapkan perjodohan untuknya.
Sebaliknya, Maia seumur hidup tinggal di Tulungagung. Ini kali
pertamanya ke Jakarta demi mencari kerja. Dia gugup setengah mati di kereta
menuju Stasiun Senen, dan sampai di sana malah bertemu Jonathan, bukan
Joni.
Walau bernama mirip, Maya dan Maia, punya rencana yang berbeda, dan
urusan cinta sama-sama tak ada dalam rencana itu. Apalagi soal punya hidup yang
tak sengaja tertukar.
Maya yang biasa hidup serba-ada mendadak kini bersama Joni yang tukang
reparasi komputer. Sementara Maia yang tidak mengerti apa-apa soal Jakarta,
kini diantar Jonathan untuk tinggal di apartemen mewah.
Ini adalah cerita soal hidup, cinta, dan kebetulan. Dan pertanyaannya:
Percayakah kamu dengan kebetulan?
Dari sinopsisnya, Maya Maia terdengar sangat klise tapi
berpotensi menghasilkan twist.
Makanya aku memilih buku ini untuk mengobati book hangover-ku dari Me Before You. As simple as that. Now, let’s review it ;D
"Tidak
seorang wanita pun di dunia ini yang suka menjadi yang kedua kalau masih memiliki kesempatan menjadi yang pertama dan satu-satunya. Maya ingin
dicintai dengan cara begitu. Ia tidak ingin menjadi pengganti seseorang dalam
kehidupan seseorang juga. Itu menyebalkan!"
Sepulang dari London, Maya berusaha
menolak perjodohan yang dirancang oleh orangtuanya. Mulai dari kabur ke rumah
temannya sampai berpakaian layaknya orang kampung saat menunggu untuk dijemput
calonnya di Stasiun Senen. Joni, seorang tukang reparasi komputer, mengira Maya
adalah Maia, gadis kampung yang berencana mencari pekerjaan di Jakarta dan
dijodohkan dengannya. Maya akhirnya pulang bersama Joni.
Sementara itu Maia yang asli sedang
kelimpungan karena barang-barangnya raib dicuri. Dia menghubungi pusat infomasi
dan memanggil penjemputnya dengan nama ‘Jojo’. Nathan, yang memang dulu
dipanggil Jojo, menjawab pengumuman tersebut. Nathan semula akan menjadikan
perjodohannya sebagai pelarian dari sakit hatinya terhadap perempuan masa lalu,
mulai berubah pikiran saat melihat kepribadian Maia.
Butuh beberapa hari untuk menyadari
bahwa posisi Maya dan Maia saling tertukar. Ketika menemui Maia, Maya meminta
pertukaran ini tetap berjalan karena dia mendengar tentang mantan Jonathan dan
juga untuk membantu Maia memperoleh gaji yang tinggi. Selain itu Maya mulai
menikmati kehidupan sederhananya bersama Joni dan adiknya, Putri.
"Pertanyaannya
sekarang adalah mana yang lebih menyakitkan, mereka yang memiliki kenangan lalu
kehilangan atau mereka yang kehilangan tanpa memiliki kenangan?"
Maya Maia punya cerita sangat sederhana yang dituliskan sangat
lucu. Gaya menulisnya sudah bagus dan enak dibaca, banyak kalimat yang quotable, hubungan Maya dan Joni cukup
berbekas dan ada twist. Hmm, untuk twist itu sepertinya aku saja yang telat
nyadar, hahaha. Tapi tetap saja, aku kaget dan tidak menduganya sama sekali. Sayangnya
semua itu tidak bertahan saat cerita mulai menyentuh konflik utama dan
drama-drama lainnya. Maya yang angkuh, Joni yang cuek, Maia yang polos dan
Nathan yang berusaha move on hanya
menghasilkan tawa di seratus halaman pertama. Halaman-halaman berikutnya terjadi
transisi antara komedi dan drama yang tidak mulus. Seratus halaman terakhir
yang merupakan puncak dan penyelesaian konflik terasa seperti potongan dari
novel lain. Lelucoan yang ada jadi kurang ampuh dan malah salah tempat.
Jujur, aku bingung siapa tokoh
utama di cerita ini. Kalau melihat sudut pandang yang digunakan, aku mengambil
kesimpulan bahwa keempat orang itu. Tapi kemudian tokoh kecil seperti Putri mendapat
bagian juga. Mereka membawa konflik baru yang membuat konflik lama yang lebih
penting terlupakan. Akhirnya ada konflik yang terselesaikan begitu saja atau
malah tidak terjawab. Selain itu, aku menyayangkan kemampuan Maia yang bisa
mendengar pikiran buruk orang lain. Pertamanya sih lucu tapi kemudian malah
jadi senjata makan tuan. Beberapa kali dia dijelaskan mendengar pikiran yang
tidak buruk dan kenapa kemampuan itu tidak ‘berfungsi’ saat dia akan kehilangan
barang-barang di stasiun?
At last, sisi lucu cerita Maya
Maia tidak berjalan mulus dengan dramanya sehingga konfliknya tidak
terselesaikan dengan baik. Sangat disayangkan karena ceritanya sudah didukung
dengan tokoh-tokoh yang unik dan gaya menulis yang mengalir. Semoga penulisnya
bisa mengatasi hal ini di karya-karya selanjutnya ;D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D