Tuesday, March 10, 2015

Maya Maia

Devania Annesya
272 Halaman
PlotPoint, Juli 2013
Rp. 20.000,-
(Promo Diskon Bentang)

Maya sengaja berlama-lama kuliah di London. Tapi kini ia terpaksa pulang ke Jakarta, kembali ketemu panas, macet, dan orangtuanya yang sudah menyiapkan perjodohan untuknya.

Sebaliknya, Maia seumur hidup tinggal di Tulungagung. Ini kali pertamanya ke Jakarta demi mencari kerja. Dia gugup setengah mati di kereta menuju Stasiun Senen, dan sampai di sana malah bertemu Jonathan, bukan Joni. 

Walau bernama mirip, Maya dan Maia, punya rencana yang berbeda, dan urusan cinta sama-sama tak ada dalam rencana itu. Apalagi soal punya hidup yang tak sengaja tertukar. 

Maya yang biasa hidup serba-ada mendadak kini bersama Joni yang tukang reparasi komputer. Sementara Maia yang tidak mengerti apa-apa soal Jakarta, kini diantar Jonathan untuk tinggal di apartemen mewah.

Ini adalah cerita soal hidup, cinta, dan kebetulan. Dan pertanyaannya: Percayakah kamu dengan kebetulan?

Dari sinopsisnya, Maya Maia terdengar sangat klise tapi berpotensi menghasilkan twist. Makanya aku memilih buku ini untuk mengobati book hangover-ku dari Me Before You. As simple as that. Now, let’s review it ;D

"Tidak seorang wanita pun di dunia ini yang suka menjadi yang kedua kalau masih memiliki kesempatan menjadi yang pertama dan satu-satunya. Maya ingin dicintai dengan cara begitu. Ia tidak ingin menjadi pengganti seseorang dalam kehidupan seseorang juga. Itu menyebalkan!"

Sepulang dari London, Maya berusaha menolak perjodohan yang dirancang oleh orangtuanya. Mulai dari kabur ke rumah temannya sampai berpakaian layaknya orang kampung saat menunggu untuk dijemput calonnya di Stasiun Senen. Joni, seorang tukang reparasi komputer, mengira Maya adalah Maia, gadis kampung yang berencana mencari pekerjaan di Jakarta dan dijodohkan dengannya. Maya akhirnya pulang bersama Joni.

Sementara itu Maia yang asli sedang kelimpungan karena barang-barangnya raib dicuri. Dia menghubungi pusat infomasi dan memanggil penjemputnya dengan nama ‘Jojo’. Nathan, yang memang dulu dipanggil Jojo, menjawab pengumuman tersebut. Nathan semula akan menjadikan perjodohannya sebagai pelarian dari sakit hatinya terhadap perempuan masa lalu, mulai berubah pikiran saat melihat kepribadian Maia.

Butuh beberapa hari untuk menyadari bahwa posisi Maya dan Maia saling tertukar. Ketika menemui Maia, Maya meminta pertukaran ini tetap berjalan karena dia mendengar tentang mantan Jonathan dan juga untuk membantu Maia memperoleh gaji yang tinggi. Selain itu Maya mulai menikmati kehidupan sederhananya bersama Joni dan adiknya, Putri.


"Pertanyaannya sekarang adalah mana yang lebih menyakitkan, mereka yang memiliki kenangan lalu kehilangan atau mereka yang kehilangan tanpa memiliki kenangan?"

Maya Maia punya cerita sangat sederhana yang dituliskan sangat lucu. Gaya menulisnya sudah bagus dan enak dibaca, banyak kalimat yang quotable, hubungan Maya dan Joni cukup berbekas dan ada twist. Hmm, untuk twist itu sepertinya aku saja yang telat nyadar, hahaha. Tapi tetap saja, aku kaget dan tidak menduganya sama sekali. Sayangnya semua itu tidak bertahan saat cerita mulai menyentuh konflik utama dan drama-drama lainnya. Maya yang angkuh, Joni yang cuek, Maia yang polos dan Nathan yang berusaha move on hanya menghasilkan tawa di seratus halaman pertama. Halaman-halaman berikutnya terjadi transisi antara komedi dan drama yang tidak mulus. Seratus halaman terakhir yang merupakan puncak dan penyelesaian konflik terasa seperti potongan dari novel lain. Lelucoan yang ada jadi kurang ampuh dan malah salah tempat.

Jujur, aku bingung siapa tokoh utama di cerita ini. Kalau melihat sudut pandang yang digunakan, aku mengambil kesimpulan bahwa keempat orang itu. Tapi kemudian tokoh kecil seperti Putri mendapat bagian juga. Mereka membawa konflik baru yang membuat konflik lama yang lebih penting terlupakan. Akhirnya ada konflik yang terselesaikan begitu saja atau malah tidak terjawab. Selain itu, aku menyayangkan kemampuan Maia yang bisa mendengar pikiran buruk orang lain. Pertamanya sih lucu tapi kemudian malah jadi senjata makan tuan. Beberapa kali dia dijelaskan mendengar pikiran yang tidak buruk dan kenapa kemampuan itu tidak ‘berfungsi’ saat dia akan kehilangan barang-barang di stasiun?

At last, sisi lucu cerita Maya Maia tidak berjalan mulus dengan dramanya sehingga konfliknya tidak terselesaikan dengan baik. Sangat disayangkan karena ceritanya sudah didukung dengan tokoh-tokoh yang unik dan gaya menulis yang mengalir. Semoga penulisnya bisa mengatasi hal ini di karya-karya selanjutnya ;D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D