Saturday, April 25, 2015

Ashes to Ashes

Jenny Han dan Siobhan Vivian
387 Halaman
Simon & Schuster Children's Publishing, September 2014
eBook

New Year's Eve ended with a bang and Mary, Kat and Lillia may not be prepared for what is to come.

After Rennie's death, Kat and Lillia try to put the pieces together of what happened to her. They both blame themselves. If Lillia hadn't left with Reeve... If Kat had only stayed with Rennie... Things could have been different. Now they will never be the same.

Only Mary knows the truth about that night. About what she is. She also knows the truth about Lillia and Reeve falling in love, about Reeve being happy when all he deserves is misery, just like the misery he caused her. Now their childish attempts at revenge are a thing of the past and Mary is out for blood. Will she leave anything in her wake or will all that remain be ashes?

Saking penasarannya dengan akhir dari seri ini, aku tak sengaja membaca sinopsis Ashes to Ashes yang mempunyai spoiler besar! Itu saat aku belum beres membaca Fire with Fire. Selain itu aku agak kesal karena mendapatkan edisi dengan desain cover yang sedikit berbeda dengan dua buku sebelumnya. Sama bagusnya, sih, tapi .. Now, let’s review it :D

"’If we’re going to do this, no one can know. It can’t be like what happened tonight. We need to be careful.’
‘Okay. I’ll do whatever you want. However you want to do it. I feel like I can’t breathe when I’m not with you, Cho.’"

Kepergian Rennie membuat semua orang merasa kehilangan. Walaupun begitu Kat senang di saat terakhir, dia dan teman lamanya itu sudah berbaikan. Dia juga semakin mantap untuk pergi sejauh mungkin dan menghadapi masa depan di luar Jar Island. Sedangkan Lillia Cho merasa sangat bersalah. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia rasa hubungannya dengan Reeve Tabatsky menjadi salah satu alasan di balik peristiwa tragis itu. Hubungan yang harusnya berakhir malah menjadi semakin dalam, membuat mereka ditinggalkan teman-temannya, terutama Alex Lind.

Sementara Mary Zane akhirnya sadar dirinya tidak nyata dan bertanya-tanya kenapa dia tidak bisa pergi dengan tenang. Sambil terus memperkuat kemampuannya, dia mengawasi kehidupan Kat, Lillia dan Reeve. Melihat mereka bersama bagai teman dekat dan berbahagia membuat Mary marah. Dia melampiaskannya dengan menghancurkan hal yang paling mereka jaga dan berencana membunuh Reeve.

"I was wrong. I was so wrong about everything. We aren’t friends. They don’t miss me; they don’t think about me. If they did, there’s no way in hell this would be happening."

Sempat kena spoiler dan desain cover yang sedikit menganggu tidak sebanding dengan kesan yang aku dapatkan setelah membaca Ashes to Ashes. Ceritanya begitu menegangkan. Sentuhan paranormal dari sisi Mary yang semula agak samar, jadi masuk akal dan membuat ceritanya tambah intens. Tapi aku masih merasa cerita dari sudut pandang Mary membosankan. Peran pentingnya tidak terlalu keliatan. Pikiran itu juga sempat berlaku untuk Kat. Tapi dia mengejutkanku dengan aksi bad ass-nya. Sedangkan untuk Lillia, tokoh kesukaanku, semuanya menarik, terutama hubungannya dengan Reeve. Kisah cinta mereka begitu manis dan lumayan hot. Aku sampai berharap Reeve bisa menceritakan cerita dari sudut pandangannya sehingga bisa menjelaskan kenapa dia jadi benar-benar berbeda dari Reeve yang super nyebelin di Burn for Burn jadi Reeve yang sangat sensitif dan menggemaskan. Dan jika membahas dua seri sebelumnya, seri ini benar-benar puncak dari segala rencana balas dendam yang melibatkan tiga gadis cantik itu. Semua pertanyaan terjawab dengan baik dan memuaskan.

Tapi perasaanku agak bercabang begitu membaca epilognya. Tidak seperti cerita utamanya yang penuh keriaan masa muda, bagian itu agak realistis sehingga aku sempat tidak bisa menerimanya. Aku harus membaca dua kali untuk mengerti isinya. Akhir yang terjadi pada tokoh kesukaanku sangat diluar dugaanku. Aku jadi sedikit emosional, sampai berdiam diri untuk mencerna semuanya, menangis dan menyakinkan diri kalau para tokoh itu pasti berinteraksi, walaupun tidak dijelaskan dengan detail di epilog. Aku juga tertohok dengan pandangan dan harapan yang ditujukan pada Mary. Rasanya kata-kata itu juga tertuju padaku. Butuh beberapa hari untuk bisa sembuh dari efek itu. Agak lebay, tapi begitulah adanya.

Untuk bagian teknisnya, aku masih menyayangkan betapa lambatnya bagian awal cerita menuju sumbu konflik utamanya. Bagian itu menceritakan banyak informasi menarik tapi cenderung tidak penting. Kenapa ini terjadi terus? Apakah memang ini gaya bercerita kedua penulis itu? Tapi untuk gaya tulisannya, aku mengacungkan dua jempol. Aku berharap dua penulis ini berkolaborasi lagi dan menghasilkan karya yang menarik, manis tapi tetap punya sisi unik.


At last, Ashes to Ashes adalah sebuah seri penutup yang sangat memuaskan. Semua tanda tanya yang bermunculan dari dua seri sebelumnya mampu dijawab dengan baik. Walaupun sempat sulit menerima akhir yang diberikan pada para tokohnya, aku sangat terhibur dan terkesan dengan ceritanya. Recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D