Jenny Han
dan Siobhan Vivian
387 Halaman
Simon & Schuster Children's Publishing, September 2014
eBook
New Year's Eve ended with a bang and Mary, Kat and Lillia may not be
prepared for what is to come.
After Rennie's death, Kat and Lillia try to put the pieces together of
what happened to her. They both blame themselves. If Lillia hadn't left with
Reeve... If Kat had only stayed with Rennie... Things could have been
different. Now they will never be the same.
Only Mary knows the truth about that night. About what she is. She also
knows the truth about Lillia and Reeve falling in love, about Reeve being happy
when all he deserves is misery, just like the misery he caused her. Now their
childish attempts at revenge are a thing of the past and Mary is out for blood.
Will she leave anything in her wake or will all that remain be ashes?
Saking penasarannya dengan akhir dari
seri ini, aku tak sengaja membaca sinopsis Ashes
to Ashes yang mempunyai spoiler
besar! Itu saat aku belum beres membaca Fire with Fire. Selain itu aku agak
kesal karena mendapatkan edisi dengan desain
cover yang sedikit berbeda dengan dua buku sebelumnya. Sama bagusnya, sih,
tapi .. Now, let’s review it :D
"’If we’re going to do this, no one can know.
It can’t be like what happened tonight. We need to be careful.’
‘Okay.
I’ll do whatever you want. However you want to do it. I feel like I can’t
breathe when I’m not with you, Cho.’"
Kepergian Rennie membuat semua orang
merasa kehilangan. Walaupun begitu Kat senang di saat terakhir, dia dan teman
lamanya itu sudah berbaikan. Dia juga semakin mantap untuk pergi sejauh mungkin
dan menghadapi masa depan di luar Jar Island. Sedangkan Lillia Cho merasa
sangat bersalah. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia rasa hubungannya
dengan Reeve Tabatsky menjadi salah satu alasan di balik peristiwa tragis itu. Hubungan
yang harusnya berakhir malah menjadi semakin dalam, membuat mereka ditinggalkan
teman-temannya, terutama Alex Lind.
Sementara Mary Zane akhirnya sadar
dirinya tidak nyata dan bertanya-tanya kenapa dia tidak bisa pergi dengan
tenang. Sambil terus memperkuat kemampuannya, dia mengawasi kehidupan Kat,
Lillia dan Reeve. Melihat mereka bersama bagai teman dekat dan berbahagia
membuat Mary marah. Dia melampiaskannya dengan menghancurkan hal yang paling
mereka jaga dan berencana membunuh Reeve.
"I was wrong. I was so wrong about
everything. We aren’t friends. They don’t miss me; they don’t think about me.
If they did, there’s no way in hell this would be happening."
Sempat kena spoiler dan desain cover
yang sedikit menganggu tidak sebanding dengan kesan yang aku dapatkan setelah
membaca Ashes to Ashes. Ceritanya
begitu menegangkan. Sentuhan paranormal dari sisi Mary yang semula agak samar,
jadi masuk akal dan membuat ceritanya tambah intens. Tapi aku masih merasa
cerita dari sudut pandang Mary membosankan. Peran pentingnya tidak terlalu
keliatan. Pikiran itu juga sempat berlaku untuk Kat. Tapi dia mengejutkanku
dengan aksi bad ass-nya. Sedangkan
untuk Lillia, tokoh kesukaanku, semuanya menarik, terutama hubungannya dengan
Reeve. Kisah cinta mereka begitu manis dan lumayan hot. Aku sampai berharap Reeve bisa menceritakan cerita dari sudut
pandangannya sehingga bisa menjelaskan kenapa dia jadi benar-benar berbeda dari
Reeve yang super nyebelin di Burn for Burn jadi Reeve yang sangat sensitif dan
menggemaskan. Dan jika membahas dua seri sebelumnya, seri ini benar-benar
puncak dari segala rencana balas dendam yang melibatkan tiga gadis cantik itu. Semua
pertanyaan terjawab dengan baik dan memuaskan.
Tapi perasaanku agak bercabang begitu
membaca epilognya. Tidak seperti cerita utamanya yang penuh keriaan masa muda,
bagian itu agak realistis sehingga aku sempat tidak bisa menerimanya. Aku harus
membaca dua kali untuk mengerti isinya. Akhir yang terjadi pada tokoh
kesukaanku sangat diluar dugaanku. Aku jadi sedikit emosional, sampai berdiam
diri untuk mencerna semuanya, menangis dan menyakinkan diri kalau para tokoh
itu pasti berinteraksi, walaupun tidak dijelaskan dengan detail di epilog. Aku
juga tertohok dengan pandangan dan harapan yang ditujukan pada Mary. Rasanya kata-kata
itu juga tertuju padaku. Butuh beberapa hari untuk bisa sembuh dari efek itu.
Agak lebay, tapi begitulah adanya.
Untuk bagian teknisnya, aku masih
menyayangkan betapa lambatnya bagian awal cerita menuju sumbu konflik utamanya.
Bagian itu menceritakan banyak informasi menarik tapi cenderung tidak penting. Kenapa
ini terjadi terus? Apakah memang ini gaya bercerita kedua penulis itu? Tapi
untuk gaya tulisannya, aku mengacungkan dua jempol. Aku berharap dua penulis
ini berkolaborasi lagi dan menghasilkan karya yang menarik, manis tapi tetap
punya sisi unik.
At
last, Ashes to Ashes adalah
sebuah seri penutup yang sangat memuaskan. Semua tanda tanya yang bermunculan
dari dua seri sebelumnya mampu dijawab dengan baik. Walaupun sempat sulit
menerima akhir yang diberikan pada para tokohnya, aku sangat terhibur dan
terkesan dengan ceritanya. Recommended!
:D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D