Windry Ramadhina
354
Halaman
Grasindo,
2013
Rp. 55.000,-
Setiap kota punya sisi gelap dan di sana mereka—mafia—berpesta.
Bram, polisi muda yang cerdas, anak seorang pecandu yang mati dibunuh
pengedar. Miaa, perempuan misterius yang tidak pernah memiliki ayah. Johan,
laki-laki yang lahir di kalangan mafia dan punya banyak piutang nyawa. Indira,
perempuan berhati bersih, orang yang salah di tempat yang salah.
Keempatnya tenggelam dalam kegelapan metropolis, di tengah-tengah
konflik antargeng pengedar narkotika Jakarta. Tapi, mereka tidak hitam, bukan
pula putih sepenuhnya. Mereka manusia biasa yang punya ambisi, memendam niat buruk,
melakukan kesalahan, serta merasakan benci dan cinta.
Sebenarnya bulan ini untuk
tantangan membaca author wish-list,
aku berencana membaca karya John Green. Tapi di Pittimos, buku-bukunya selalu
dalam status dipinjam atau telat dikembalikan. Sangat membuatku kesal!Aku
lewati saja dan mengambil karya penulis lain, Metropolis. Buku ini jadi semacam pembuka untuk bacaanku di bulan
Mei yang bakal seputar action, thriller, misteri, pokoknya jauh dari
kisah cinta berbunga-bunga. Now, let’s
review it :D
"Hanya
tersisa empat dari dua belas, Blur! Waktu kalian tidak banyak!" – halaman 49
Satu persatu pemimpin Sindikat 12, kelompok
penguasa perdagangan narkotika di Jakarta, mati mengenaskan. Semula, mereka
duga ini adalah perseteruan biasa antara penguasa wilayah 11 dan 10. Tapi
kemudian kematian selanjutnya muncul dan mengisyaratkan sebuah pembunuhan
berantai. Agusta Bram, Inspektur Sat Reserse Narkotika Polda Metro Jaya,
menyelidiki kasus tersebut bersama asistennya, Erik. Bram tidak bisa dibilang
polisi jujur karena dia kerap barter informasi dengan Ferry Saada, penguasa
baru wilayah 10. Dia juga tak segan melanggar pedoman untuk mendapatan bukti yang
lebih besar. Langkahnya agak tertahan dengan kehadiran Burhan D. Saputra,
sebagai atasan barunya.
Bram berada di lokasi kejadian saat
pembunuhan selanjutnya terjadi. Dia sempat mengikuti sang pelaku lalu bertemu
dengan Miaa. Perempuan yang merupakan mantan polisi itu melakukan penyelidikan
yang hampir sama dengan Bram. Dia selalu selangkah lebih maju dari Bram karena
mendapat informasi dari seseorang yang menggunakan nama frank_sinatra13. Informasi
itu membawanya kepada Aretha dan Johan. Ancaman yang Johan keluarkan memaksa
Miaa menjadi sekutunya. Tapi Johan tidak sekuat yang dibayangkan. Dia beberapa
kali harus meminta bantuan dari Indira.
"Mereka
tidak harus saling membunuh demi masa lalu atau berebut wilayah bisnis. Jika
memang mereka harus berhadapan, maka hal itu akan menjadi permainan semata, adu
cepat, adu culas, dan tidak ada yang lebih disukainya daripada sebuah
permainan." – halaman 214
Metropolis menyajikan cerita penuh ketegangan, tokoh-tokoh dengan
latar belakang menarik, twists yang
super oke dan memberikan warna baru untuk pikiranku yang terlalu banyak
mengonsumsi kisah romantis hehe. Semula aku kira ceritanya berat karena
topiknya cukup serius. Tidak mungkin menikmatinya di saat kondisiku yang capek (as usual). Tapi semuanya tidak
terjadi. Istilah-istilah kepolisian, narkotik dan sebagainya dijelaskan dengan
baik dan mudah dimengerti, membuatku semakin terpacu untuk membaca halaman
berikutnya dan seterusnya. Setiap kebenaran yang terungkap tidak ‘membantu’-ku
memecahkan misterinya. Jadi saat pelaku utamanya muncul, aku benar-benar
terkejut sekaligus puas. Selain itu, aku suka dengan keempat tokoh yang menjadi
pusat cerita. Setiap masa lalu yang mereka membawa peran tersendiri pada
pembunuhan berantai itu. Mereka dihadirkan satu persatu yang tidak hanya membuat
misterinya semakin kusut, tapi juga memberikan petunjuk-petunjuk penting. Tokoh
favoritku dari empat orang itu adalah Bram karena aku selalu suka saat penulis
menjadikan laki-laki sebagai tokoh utamanya. Penulis yang merupakan seorang
perempuan bisa membawa sisi maskulin sang tokoh, lebih dari penulis laki-laki. Aku
juga berharap aksi Bram dilanjutkan kembali dan jadi novel seri tentang polisi
kotor nan karismatik hehehe.
Novel ini adalah awal yang bagus
dan memantapkan diriku untuk membaca tema serupa di bulan Mei nanti. Aku yakin
bisa melahap cerita rumit berturut-turut. Tapi kedepannya, aku harus memberikan
perhatian yang lebih banyak pada detail kecil yang cukup penting dan tidak
mengabaikannya seperti yang kulakukan pada pola pembunuhan berantai. Honestly, aku belum ngerti sampai
sekarang dan tidak mau repot-repot mencari tahu. Aku abaikan karena pola itu
bukan inti dari ceritanya (atau sekedar malas dengan angka-angka). Dibandingkan
pola itu, aku lebih tertarik pada petunjuk-petunjuk lain dan bagaimana mereka
dipecahkan. Tapi aku merasa tempo dan ketegangannya agak mengendur di
tengah-tengah cerita, bukannya memuncak. Naik turunnya sih masih terasa,
apalagi saat satu persatu dari empat yang utama itu dimunculkan. Hanya saja
para tokoh terasa jauh dari sisi emosional. Mereka terlalu fokus pada kasus,
tidak ada ruang untuk merasa terancam atau ketakutan yang disebabkan hal
personal. Jadi setelah cerita latar belakang mereka yang begitu menyakitkan,
sudah saja. Memang ada satu dua hal yang membuat pikiran mereka teralih, tapi sedetik
kemudian kembali menjadi detektif. Mereka jadi terasa dingin seperti robot.
Untuk bagian teknis, seperti biasa aku
suka dengan gaya tutur sang penulis. Tapi ada yang sedikit berbeda di sini. Di
karya-karyanya yang terbit tahun 2012 sampai sekarang, deskripsi setting dan fisik tokoh kental.
Sedangkan di sini, novel yang pertama kali terbit tahun 2009, tidak sedetail
itu. Mungkin ada perubahan metode yang dipakai atau hanya karena berbeda penerbit.
Selain itu banyak ilustrasi yang sederhana tapi sangat membantuku lebih mengerti
kasus pembunuhan berantai dalam dunia itu. Sedikit sia-sia sih mengingat aku
menolak mengerti polanya. Walaupun tidak terlalu peduli, aku tetap merasa agak
yang kurang. Yang sudah baca, ada yang mau menjelaskannya padaku? ;p
At last, Metropolis
memberiku pengalaman baru dengan cerita kejahatan lokalnya yang penuh twist bagus. Dengan gaya menulis yang
enak dibaca, kerumitan kasusnya bisa menghibur sekaligus dimengerti dengan
mudah. Tokoh-tokohnya membuatku jatuh hati sehingga aku ingin cerita mereka
dilanjutkan dalam sebuah seri khusus. Semoga penulisnya bisa mengabulkannya,
ya, hehe. Recommended! :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D