Eka Kurniawan
170 Halaman
Bentang, Maret 2015
Rp. 35.000,-
"Kalian
orang-orang tolol yang percaya pada mimpi."
Mimpi
itu memberitahunya bahwa ia akan memperoleh seorang kekasih. Dalam mimpinya, si
kekasih tinggal di kota bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan
menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing
kampung. Ia bisa melihat dadanya yang telanjang, gelap, dan basah oleh
keringat, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Setiap kali ia terbangun dari
mimpi itu, ia selalu tersenyum. Jelas is sudah jatuh cinta pada lelaki itu.
"Eka
Kurniawan: an unconventional writer."
-
Weekender, The Jakarta Post
Pertama kali mendengar terbitnya Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan
Cinta Melalui Mimpi, yang ada di pikiranku adalah ‘harus beli’, ‘cover-nya
cantik’ dan ‘judulnya panjang banget’
hahaha. Entah kenapa karya penulis ini selalu menarik perhatianku. Di dua novel
yang sudah aku baca, aku tidak langsung mengerti isi ceritanya tapi yang pasti
aku selalu terhibur. Let’s review it :D
"Ia
tidak tahu siapa namanya, tapi pesan mimpi itu jelas, ia harus menemui lelaki
itu, dan lelaki itu cinta masa depannya." – halaman 28
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi memuat
14 cerpen yang sebelumnya sudah pernah diterbitkan koran dan majalah di
Indonesia dari rentang tahun 2006 sampai 2014 dan satu cerpen yang belum pernah
diterbitkan sebelumnya. ‘Gerimis yang Sederhana’ menjadi pembuka dengan cerita
tentang pertemuan dua warga Indonesia di Los Angeles yang tersendat karena
kehadiran seorang pengemis. Disusul ‘Gincu Ini Merah, Sayang’ tentang kehidupan
suami istri yang semula adalah pelacur dan pelanggan. Lalu ‘Perempuan Patah
Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi’ tentang seorang perempuan yang
nekat kabur dari rumah karena sebuah mimpi, ‘Penafsir Kebahagiaan’ tentang
bisnis mahasiswa dan pelacur di luar negeri, ‘Membuat Senang Seekor Gajah’
tentang usaha gajah masuk kulkas dibantu sepasang anak kecil, ‘Jangan Kencing
di Sini’ tentang kekesalan pemilik butik dengan kelakuan lelaki tak dikenal, ‘Tiga
Kematian Marsilam’ tentang kehidupan pria yang hidup dan mati demi hidup
bersama kekasih, ‘Cerita Batu’ tentang dendam sebuah batu yang dilibatkan dalam
sebuah pembunuhan, ‘La Cage aux Folles’ tentang pria yang menemukan hidup
menjanjikan di klub transgender, ‘Setiap Anjing Boleh Berbahagia’ tentang mimpi
seorang istri untuk memelihara anjing, ‘Kapten Bebek Hijau’ tentang seekor
bebek yang ingin sembuh dan kembali ke warna aslinya, ‘Teka-Teki Silang’
tentang kejadian ganjil yang timbul dari jawaban teka-teki silang, ‘Membakar
Api’ tentang istri yang kabur karena perbuatan ayah dari suaminya, ‘Pelajaran
Memelihara Burung Beo’ tentang perawat yang menikahi orang asing yang sakit dan
‘Pengantar Tidur Panjang’ tentang seorang anak yang menemani ayahnya yang
sekarat.
"’Lelaki
itu bilang, memang tak ada yang membunuh istrinya. Perempuan itu sendiri yang
menceburkan diri ke sungai setelah mengikat dirinya dengan batu. Jika ada yang
bersalah, itu kesalahan batu tersebut.’
‘Fitnah!’
teriak si Batu." – halaman 84
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi sukses
mengeluarkanku dari reading slump. Ke
15 cerpennya aku baca hanya dalam beberapa jam saja, dari menjelang tengah
malam sampai dini hari esoknya. Aku tidak menyangka bisa membacanya sangat
cepat!
Aneh juga sih, mengingat aku tidak benar-benar paham isi dan maksud ceritanya.
Tapi aku sangat menikmati, sampai tertawa-tawa sendiri, membaca cerpen-cerpen
yang ada. Biar lebih gampang, aku kasih sedikit komentar untuk setiap cerpen
dengan mengelompokannya dalam empat ketegori; favorit, cukup menghibur, cukup
bikin nyesek dan tidak kumengerti.
Cerpen Favorit
‘Perempuan Patah Hati yang
Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi’
Walaupun ada di urutan ketiga,
ini cerpen yang kubaca pertama kali. Ending-nya
cukup twisted, manis dan bikin aku
berkaca-kaca.
‘Gincu Ini Merah, Sayang’
Menggunakan alur maju mundur untuk
menjelaskan sebab akibat konflik antara suami istri itu. Di akhir aku
menyayangkan rasa cemburu dan curiga yang sangat besar yang mengalahkan rasa
cinta mereka.
‘Tiga Kematian Marsilam’
Aku tentu bingung bagaimana
seseorang bisa mati dan hidup kembali, sampai tiga kali. Ternyata ‘kematian’
itu seperti sebuah istilah saja dan membuat ending-nya
mengejutkan.
‘Cerita Batu’
Si Batu sangat gigih dalam
perjuangannya untuk membalas dendam dan membersihkan namanya. Membuatku
berpikir, menyimpan dendam itu sepertinya tidak akan pernah ada akhirnya. Karena
setelah dibalas, dendam berikutnya muncul dan harus dipenuhi.
‘La Cage aux Folles’
Perjuangan pria untuk menjadi
wanita transgender ini mengorbankan banyak hal, salah satunya cinta seorang
pria dari kampung halamannya. Ending-nya
cukup sedih untuk salah satu pihak.
‘Teka-Teki Silang’
Ada bumbu misteri membuatku agak
merinding, apalagi aku membacanya tengah malam. Sedikit mengingatkanku dengan
tulisanku sendiri, di mana apa yang ditulis sang tokoh utama terjadi dalam
kehidupan nyata. Tapi yang jelas yang satu ini lebih serem.
Cerpen yang Cukup Menghibur
‘Gerimis yang Sederhana’
Aku sempat bingung dengan
kehadiran pengemis itu, tapi ternyata di akhir kedua tokoh dijelaskan mempunyai
pengalaman tersendiri. Yang satu agak bikin miris, yang satu lagi malah bikin
ketawa.
‘Jangan Kencing di Sini’
Usaha pemilik butik untuk
mengatasi pagarnya dikencingi sembarang cukup menghibur. Dia juga sepertinya
punya perasaan tidak suka pada setiap lelaki termasuk suaminya sendiri. Di
akhir, masalah utamanya tidak benar-benar terpecahkan, tapi dia mendapat
sesuatu yang memuaskan yang tak disangka berasal dari dirinya sendiri.
Cerpen yang Cukup Bikin Nyesek
‘Setiap Anjing Boleh Berbahagia’
Aku tidak pernah begitu tersentuh
dengan keinginan sederhana seperti memelihara hewan jinak ini. Ending-nya tragis
sekali.
‘Kapten Bebek Hijau’
Si bebek ternyata lebih beruntung
dengan warna bulu yang dianggapnya jelek. Membuatku berpikir apa jika ada
perubahan signifikan yang terjadi, apa sebaiknya berusaha untuk kembali seperti
semula atau mempertahankannya?
‘Pelajaran Memelihara Burung Beo’
Pelajaran-pelajaran yang sang
perawat dapatkan sangat menyedihkan, apalagi kalau ingat pengalaman apa yang
membuatnya menemukan pelajaran tersebut.
‘Pengantar Tidur Panjang’
Tanpa bumbu kematian, cerita anak, ayah, dan kenangan-kenangan mereka pasti
mengharukan.
Cerpen yang Tidak Kumengerti
‘Membuat Senang Seekor Gajah’
Gajah mau masuk kulkas. Sangat
absurd.
‘Penafsir Kebahagiaan’
Judulnya membuatku bingung.
‘Membakar Api’
Isi ceritanya hanya menjelaskan
konflik yang ada, tidak ada ada penyelesaian atau apa, lah.
Setiap satu cerpen beres kubaca,
aku menemukan beberapa kesamaan di antara cerpen-cerpen itu. Lokasi cerita
memang tidak selalu dijelaskan, tapi jika ada, kebanyakan lokasinya di luar
negeri, tepatnya Los Angeles. Agak diluar perkiraanku, karena di sampul
belakang, ada Pangandaran dan novel-novel yang sebelumnya kubaca menggunakan
lokasi lokal. Walaupun begitu lokasi itu cocok dengan isi ceritanya. Lalu di beberapa cerpen, tokoh atau topiknya berpusat
pada hewan, seperti gajah, anjing, bebek, dan beo. Dan seperti novel-novel sebelumnya,
pelacuran dan seks dijadikan salah satu bumbu cerita.
Walaupun tidak sepenuhnya
mengerti, Perempuan Patah Hati yang
Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi berhasil membuatku melewati pergantian
hari dengan cerpen-cerpennya. Komentar singkatku di atas reaksi dan pemikiranku
yang sepertinya agak absurd, hahaha. Tapi sungguh, aku terhibur dan kembali menemukan
semangatku untuk membaca :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D