Alicia Lidwina
320 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015
Rp. 68.000,-
“Selama seseorang
masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali
jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia
perjuangkan.”
Kalimat Hashimoto Chihiro membekas di kepala Nakamura Chidori, bahkan
setelah perempuan itu bunuh diri. Apa sebenarnya yang mengubah pandangan hidup
Hashimoto sampai dia mengakhiri hidupnya? Mungkinkah karena Nakamura tidak
pernah menepati janjinya? Mungkinkah karena Nakamura menyimpan perasaan kepada
Sakamoto, yang seharusnya merupakan sahabat mereka?
Setelah tujuh tahun tidak bertemu, Nakamura harus kembali berhadapan
dengan masa lalunya. Di antara memori akan persahabatan, janji yang diingkari,
impian, dan cinta yang tak berbalas, tersembunyi alasan kepergian Hashimoto
yang sebenarnya.
Aku mendapat tawaran untuk
mereview 3 (Tiga) dari temanku.
Begitu baca sinopsisnya di Goodreads, aku langsung tertarik (atau aku
memang suka novel gratisan hehe). Saat novelnya datang, aku langsung membacanya
dengan cepat. Sebenarnya bisa langsung habis dalam satu hari, tapi aku sengaja
tahan-tahan. Kenapa? Let’s review it :D
"Ada
yang pernah berkata bahwa manusia yang dalam detik-detik terakhir kehidupannya
bahagia, akan terlihat seolah sedang tertidur pulas saat meninggal. Kemudian
aku melihat jenazahnya, sebelum orang-orang membawanya untuk dikremasi. Dan
jenazah Hashimoto Chihiro tidak tersenyum." – halaman 13
Setelah tujuh tahun berlalu, Nakamura
Chidori bertemu lagi dengan Hashimoto Chihiro. Sahabatnya itu sudah dalam keadaan
tak bernyawa setelah melompat dari atas gedung sekolah. Pesan berupa tiga buah goresan
berbentuk angka tiga di lantai atap gedung tersebut membuat Inspektur Yamamura
menduga ini bukan kasus bunuh diri. Di upacara pemakaman, Nakamura bertemu Sakamoto
Takahiro, sahabat mereka yang lain. Nakamura yang lelah akhirnya menginap di
apartemen Sakamoto. Dia juga meminta agar Sakamoto mengizinkan dia tinggal di
sana karena dia sedang kesulitan ekonomi dan terancam terpecat dari
pekerjaannya. Sakamoto mengiyakan karena dia tinggal sendirian setelah bercerai
dari istrinya, Mayumi.
Tiga hari dari setelah pemakaman,
Hashimoto datang mengunjungi Nakamura. Ini terjadi saat Sakamoto pergi bekerja.
Bayangan Hashimoto yang selalu mengintai dan menyapa, membuat Nakamura
ketakutan dan terus teringat dengan pengkhianatannya, yang kemungkinan besar
menjadi penyebab kematian Hashimoto. Setelah beberapa hari, Nakamura berani
mengajak Hashimoto bicara. Dengan ekspresi yang sudah Nakamura kenal, bayangan
Hashimoto mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke suatu tempat yang lebih dekat
dengan langit. Itu membawa Nakamura ke masa-masa lalu, ketika dia pertama
bertemu Hashimoto dalam kursus menggambar, berkenalan dengan Sakamoto yang
belum menjadi siswa populer, kemudian mereka menjalin persahabatan, dan
memperjuangkan sebuah impian bersama.
"Jangan
menanggalkan hal-hal yang baik, Nakamura. Jangan sekalipun melakukannya. Kalau
kau melakukannya, bukan saja kau kau akan kehilangan hal-hal tersebut, tapi
lebih buruk lagi, mereka akan menjadi kenangan."
– halaman 136
Walaupun sinopsisnya terkesan seram,
aku tegaskan kalau 3 (Tiga) ini
bukan cerita misteri atau horor. Aku malah dibikin nangis sesegukan oleh cerita
indahnya tentang persahabatan, perjuangan mewujudkan impian, usaha memaafkan
diri sendiri, sembuh dari kesedihan mendalam, cinta terpendam, dan masih banyak
lagi. Cukup kompleks, ya. Tidak terasa berat untuk diikuti, koq. Gaya
penyampaiannya sederhana, enak dibaca, mengalir tapi tetep efeknya begitu kena
di hati. Setting Jepangnya tidak
terlalu dideskripsikan tapi sangat terasa dari hal-hal kecil yang terjadi pada dan
dilakukan oleh para tokoh. Contohnya Hashimoto yang diduga mengakhiri hidupnya
sendiri. Di pikiranku, kasus bunuh diri itu identik dengan Jepang. Lalu, entah mengapa,
aku merasa kedinginan saat membacanya. Padahal sekarang, kan, lagi kemarau
parah. Sepertinya suasana sendu itu datang dari isi ceritanya.
Ceritanya sendiri menggunakan
alur maju mundur. Dari upacara pemakaman, kita diajak mundur dulu ke pertemuan
pertama Nakamura dan Hashimoto, lalu kembali ke keadaan Nakamura dan Sakamoto
menyesuaikan diri, lalu kembali ke masa-masa sekolah mereka. Tidak
membingungkan sedikit pun karena dilengkapi dengan keterangan tahunnya. Malah
bikin geregetan. Aku sudah terhanyut dengan kenangan sekolah yang asyik, eh
ditarik buat kembali diam mengurung diri bersama Nakamura. Alur seperti ini
seolah mengabaikan misteri kematian Hashimoto dan pesan ganjilnya. Tapi aku
yang sudah tenggelam ke dalam ceritanya, merasa oke-oke aja. Persahabatan tiga
orang ini terlanjur menarik perhatianku. Mereka mempunyai karakter yang berbeda
tapi bisa dekat dan peduli satu sama lain.
Ada Hashimoto yang pandai,
Sakamoto yang populer, dan Nakamura yang merasa dirinya biasa-biasa. Walaupun
Nakamura merasa selalu tertinggal di belakang teman-temannya, dia adalah sosok
yang kuat. Lewat sudut pandangnya, dia menuturkan kisah persahabatannya dari
awal. Ada beberapa bagian yang sengaja dia lupakan, tapi itu menunjukan betapa
besar rasa sakit dan kesedihan yang dialami. Dia juga cukup kritis, apalagi
saat mempertanyakan arti cinta. Penjelasan yang didapatkan dari orang-orang
terpentingnya, dia rangkum dan meramu kesimpulan baru. Keteguhannya memegang
dan mempertahankan rasa cinta itu juga mengagumkan. Hanya saja dia takut mengalami
perubahan. Ironis sekali melihatnya memisahkan diri karena takut akan
perpisahan. Dua sahabatnya yang lain memang tampak lebih kuat, tapi mereka
masih mempunyai kelemahan. Sakamoto yang menjadi pelindung seringkali memilih
diam dan mengorbankan perasaannya sendiri. Sedangkan Hashimoto ternyata menyimpan
beban besar sampai membuatnya mengambil keputusan tragis. Mereka punya satu-dua
kesamaan denganku. Itu membuatku sangat dekat dan bisa merasakan semua yang
dialami mereka. Aku juga sirik dengan persahabatan setia ini. Bersama, tiga
sahabat itu saling berbagi kekuatan dan kelemahannya. Bahkan setelah
kematiannya, Hashimoto masih bisa memberikan harapan untuk Nakamura dan
Sakamoto. Lewat apa? Pesan kematian yang ganjil itu!
Aku beneran lupa dengan misteri
itu. Selama lika-liku kehidupan tiga sahabat itu, pesan itu tidak disinggung.
Aku sempat bertanya-tanya juga. Tapi karena sudah suka dengan cerita yang ada,
aku rela kalau tidak terjawab juga. Ternyata di bagian akhir ada jawabannya! Saat
membacanya, aku merasa kena sengatan listrik. Sangat mengejutkan sekaligus
mengharukan. Semuanya terjawab, semuanya jadi lebih masuk akal. OMMGGGGGG!
Cek gambar cantik lainnya di www.cyancoholic.deviantart.com
Setelah ending dan epilog yang membuatku sesak nafas, aku dihadapkan dengan puisi tentang tiga burung yang mencapai pembebasannya. Puisi itu ada di belakang postcard yang kudapatkan dari penulisnya. Isinya menjelaskan masa depan impian yang mereka usahakan itu. Damn, kerasa lagi sengatannya! Puas sekali menyelesaikan novelnya. Sedih juga sih, tapi ceritanya sangat menyentuh. Sesudahnya, indera penglihatanku sudah sangat kabur karena air mata. Butuh pelukan, tapi nggak ada seorang pun yang bisa ngasih. Tambah sedih deh. Sakamoto, mana, Sakamoto?
At last, 3 (Tiga) adalah
sebuah karya debut penulis yang memuaskan. Cerita perjuangan tiga sahabat yang mewujudkan
impian besar mereka tersaji begitu indah dan mengharukan. Masalah-masalah sempat
muncul dan menghentikan langkah mereka, tapi selalu ada harapan baru dan
mendorong mereka untuk lebih kuat. Ketiga tokoh yang berbeda memberi warna yang
unik. Dan yakinilah setiap perbedaan membawa keistimewaannya sendiri. Recommended :D
Cukup dalam ya untuk ukuran debut. Waktu itu sempat baca review di GR, setelah baca review dari Mbak, jadi tambah penasaran. Mesti cepet- cepet baca kalau pesanan sudah sampai..hehe..
ReplyDelete