Agnes Arina
252 Halaman
BentangPustaka, September 2013
Rp. 15.000,-
(Promo Diskon Bentang PengenBuku)
Bali gempar. Pierre Villeneuve, wisatawan asal Perancis, ditemukan
tewas terbunuh di sebuah kamar hotel mewah. Tangannya menggenggam bunga sepatu
dan tak ada yang bisa memecahkan arti dari bunga itu.
Bagaskara, seorang detektif yang menyamar menjadi pemandu wisata,
adalah pemandu yang mengantar Pierre dan keluarganya keliling Bali pada hari
naas itu. Bagas gusar. Rasa keadilannya terpancing.
Kini yang bergerak bukan Bagas si pemandu wisata, tapi Detektif
Bagaskara. Meski dengan mempertaruhkan misi dan samarannya, dia bertekad
mengungkap kasus pembunuhan ini sampai tuntas. Semakin dia menyelidik, semakin
dia menemukan banyak korban lain.
Dia kini harus mengerahkan semua kemampuannya untuk mencari si pembunuh
sebelum jatuh korban berikutnya. Bagas sadar kini dia dikejar oleh waktu,
tanggung jawab dan kematian.
Hibiscus ada buku terakhir yang kubeli di diskon gila-gilaan tahun
lalu. Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, yang ini punya tema misteri.
Tentunya itu yang membuatku tertarik untuk membaca(dan membeli)nya.
Now, let’s review it :D
"Demi
penyelidikannya, Detektif Bagaskara menghafal rute liburan dan segala informasi
tentang objek wisata. Dia juga mengubah penampilannya. Seragamnya sekarang
bukan baju longgar dengan gudang senjata di baliknya." – halaman 2-3
Detektif Bagaskara menyamar sebagai pemandu
wisata agen perjalanan Bali Harmonie untuk bisa mengungkap kasus pencurian kayu
di Bali. Tetapi dia malah dihadapkan dengan kasus pembunuhan yang terjadi pada
keluarga yang dia pandu. Keluarga Villeneuve. yang berisi pasangan suami istri,
Pierre dan Anne, putri mereka, Melanie, dan pacarnya, David Biguais, sebenarnya
tidak begitu merepotkan sampai Pierre tidak setuju dengan hotel yang dipilih
dan melayangkan protes kepada manajer pemasaran agen travel tersebut, Jean
Clement. Pierre juga mendadak tidak ramah kepada pasangan Roland yang menjadi
teman ngobrol beberapa jam yang lalu. Saat makan malam pun dia tidak setuju
dengan rencana Melanie dan David untuk menikah. Tapi dia masih mau menolong
masalah ekonomi keluarga Martine Le Coq dan anaknya, Christine.
Malamnya, Pierre ditemukan tewas
dengan luka tusukan dan sedang mengenggam bunga sepatu. Anne menemukannya
pertama kali, di susul oleh Melanie. Melanie menyangka pelakunya adalahnya
ibunya. Dia mengamuk dan mencekik ibunya sendiri. Kabar itu menyebar dengan
cepat. Bagas merasa terpanggil untuk memecahkan kasus itu. Di dekat TKP, Dia
berjumpa dengan Jean, yang tampak babak belur, dan mengorek infomasi dari
saksi-saksi yang ada.
"Bali
Harmonie terancam bangkrut kalau pembunuhnya tidak segera tertangkap. Kami sulit
yakinkan mereka kalau Bali aman. Pembunuhan itu hanya dendam pribadi yang
kebetulan terpuaskan di sini. Bali tidak salah sama sekali, tapi siapa yang
percaya?" – halaman 98
Hibiscus menceritakan sebuah kasus pembunuhan misterius yang cukup
seru. Sulit menebak siapa pelakunya karena TKP-nya membingungkan dan
orang-orang yang dicurigai punya motif yang macam-macam. Mengambil setting di pulau Bali, banyak acara
jalan-jalan ke berbagai tempat wisata. Banyak yang sudah sering aku dengar, banyak
pula tempat yang baru aku tahu. Dan karena turis bulenya dari Prancis, ungkapan
dan percakapannya dicampur dengan bahasa Inggris dan Prancis. Tenang, ada footnote yang menjelaskan artinya. Tapi kedua
mataku sempet ‘ogah’ naik turun di halaman tertentu dan mencoba menebak-nebak
sendiri artinya. Lumayan lah untuk belajar sedikit hehehe.
Sampai pertengahan cerita, Bagas
dan jajarannya belum juga menemukan titik terang. Tapi satu persatu saksi yang
dicurigai mulai berguguran dengan sendirinya. Aku sangat lega karena agak susah
menghafalkan nama-nama dan latar belakang mereka. Lalu tiba-tiba ada sedikit twist-nya yang mengejutkan. Sayangnya penjelasan
selanjutnya tidak begitu memuaskan. Pelaku terungkap karena suatu barang yang
sudah diamankan sebagai barang bukti sejak lama. Jadi pemecahan misteri ini
tinggal menunggu waktu saja.
Ketika akhirnya terungkap, ya
hanya terungkap. Tidak ada pengakuan langsung dari pelaku untuk menjelaskan apa
motif sebenarnya, bagaimana dia melakukan pembunuhan tersebut, apa arti dari
perilaku aneh korban sebelumnya, dan hal lainnya yang dari awal membuatku
penasaran. Sama seperti pelakunya, tokoh-tokoh lain pun tidak diberi latar
belakang lebih dalam yang bisa membuat pembaca jatuh cinta. Bagas, yang
merupakan tokoh utama pun tidak terlibat langsung. Orang-orang dia suruh,
seperti Winih, malah mengalami kejadian menegangkan dan menemukan bukti-bukti
baru. Kecurigaan kepada Bagas pun datang telat. Padahal kalau Bagas ini diberi
rintangan yang lebih berat, ceritanya mungkin akan lebih seru.
At last, Hibiscus
sebenarnya punya misteri yang menarik untuk diikuti. Kasus dan orang-orang di
dalamnya seperti menjebak pembaca untuk berpikir ke arah yang salah. Tetapi
penyelesaiannya dan tokoh-tokohnya kurang memuaskan. Kan menarik kalau Bagas
dan Winih jadi sepasang detektif dan memecahkan berbagai macam kasus di
buku-buku selanjutnya. Btw, tidak ada buku sekuelnya. Aku hanya berharap
penulis bisa mempertimbangkannya dan terus berkarya tentunya :)
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D