Cinder (The Lunar Chronicles #1)

by - 9:04 PM


Salah satu kegiatan asyik menyambut tahun baru adalah membaca buku baru. Bulan Januari 2016 nanti, Penerbit Spring menerbitkan buku pertama dari seri Lunar Chronicles, Cinder. Judul-judul selanjutnya, Scarlet, Cress dan Winter, akan terbit di bulan-bulan berikutnya. Satu novel setiap bulan. Sambil menunggu novel-novel tersebut tersedia di toko buku, yuk baca review Cinder dariku :D

Marissa Meyer
384 Halaman
Penerbit Spring, Januari 2016

Wabah baru tiba-tiba muncul dan mengecam populasi penduduk Bumi yang dipenuhi oleh manusia, cyborg, dan android. Sementara itu, di luar angkasa, orang-orang Bulan mengamati mereka, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Cinder—seorang cyborg—adalah mekanik ternama di New Beijing. Gadis itu memiliki masa lalu yang misterius, diangkat anak dan tinggal bersama ibu dan dua orang saudari tirinya. Suatu saat, dia bertemu dengan Pangeran Kai yang tampan. Dia tidak mengira bahwa pertemuannya dengan sang Pangeran akan membawanya terjebak dalam perseteruan antara Bumi dan Bulan. Dapatkah Cinder menyelamatkan sang Pangeran dan Bumi?

Seri The Lunar Chronicles ini sudah ada di daftar ‘buku yang bikin penasaran dan harus dibaca segera’ (nama daftar yang aneh hahaha). Apalagi perilisan novel terakhirnya, Winter, sangat ramai diperbincangkan. Walaupun seri ini sudah resmi selesai, aku untungnya belum kena spoiler apapun. Yang kuketahui adalah ceritanya merupakan retelling dari dongeng dan sesuai namanya, kisah Cinder sendiri tidak jauh dari Cinderella. Now, let’s review it! :D

"Sebagian besar pelanggan Cinder tidak bisa membayangkan bagaimana seorang gadis remaja bisa menjadi mekanik terbaik di kota. Gadis itu juga tidak pernah menceritakan latar belakang bakatnya. Semakin sedikit orang yang tahu bahwa dia adalah cyborg, semakin baik." – halaman 14

Linh Cinder adalah seorang cyborg yang berprofesi sebagai mekanik. Tak hanya memperbaiki perangkat elektronik pelanggannya di pasar mingguan New Beijing, Cinder dibantu androidnya, Iko, juga mencari kaki baru yang sesuai. Di momen itu pula Pangeran Kai datang ke standnya untuk memperbaiki android kerajaan. Android yang membawa informasi penting itu tidak berfungsi secara tiba-tiba. Sementara itu ayah Pangeran Kai, Kaisar Rikan, sudah terjangkit penyakit letumosis mematikan. Jika vaksin tidak segera ditemukan, Pangeran Kai harus menggantikannya. Hal itu ditunggu-tunggu Ratu Levana, pemimpin Bulan, yang ingin mengadakan aliansi pernikahan dengan Persemakmuran Timur di Bumi.

Konsentrasi Cinder terpecah karena Adri, wali hukumnya, dan kedua saudari angkatnya, Pearl dan Peony, sibuk mempersiapkan gaun untuk pesta dansa yang diadakan kerajaan. Adri dan Pearl memberikan banyak tugas tambahan yang menghambat Cinder untuk ikut pergi. Hanya Peony yang baik hati dan mau membantu Cinder dan Iko. Saat sedang mencari suku cadang, Peony malah terjangkit letumosis. Cinder yang ada didekatnya juga menunjukan tanda-tanda tertular. Tetapi saat diperiksa, dirinya dinyatakan sehat. Kebingungan, Cinder harus menghadapi Adri dan hukumannya yang semakin menyulitkannya pergi ke pesta dansa dan bertemu Pangeran Kai lagi.

"Letumosis. Demam biru. Pandemi di seluruh dunia. Ratusan ribu korban tewas. Penyebabnya tidak diketahui, penyembuhnya tidak diketahui." – halaman 53

Cinder menggabungkan hal-hal yang identik dengan Cinderella, seperti ibu dan dua saudari tiri dan pesta dansa, dengan fantasi masa depan yang segar sehingga menghadirkan konflik yang lebih menantang. Pada awalnya, ‘kesamaan’ ini membuatku terus bertanya-tanya siapa yang mendapat peran pembantu, seperti ibu peri, dan bagaimana mereka membantu Cinder untuk menjadi ‘Cinderella’. Tetapi lama-lama aku mulai terbiasa dengan bagian barunya, malah ketagihan untuk terus lanjut ke halaman berikutnya. Bagian yang baru dan menarik tentu saja Cinder dan segala kesulitan yang dia hadapi sebagai cyborg. Masa lalunya yang misterius menghasilkan berbagai kejutan. Twist terakhirnya sebenarnya sempat terpikirkan olehku. Tapi, aku merasa teori itu mustahil. Eh, nyatanya, memang begitu. Walaupun tidak begitu puas karena sudah tertebak sebelumnya, aku penasaran dengan langkah yang akan diambil Cinder selanjutnya. Apalagi aku suka dengan penggambaran ‘Cinderella’ yang baru ini. Retelling ini membuatnya menjadi lebih kuat dan mandiri tanpa harus menunggu bantuan dari pangeran.

Ngomong-ngomong soal pangeran, susah untuk tidak jatuh cinta dengan Pangeran Kai. Ugh, caranya menggoda Cinder, terutama soal pesta dansa, bikin aku tersipu-sipu sendiri. Untungnya program Cinder, yang dengan akurat mengatur nafas, detak jantung dan tekanan darah, membuat hubungan mereka tidak penuh cinta yang kemanisan. Jadi dengan segala sistem yang berfungsi di dalam tubuhnya, Cinder bisa menghindari tindakan yang konyol atau perasaan tak menentu tentang Pangeran Kai. Saat-saat galau memikirkan pendapat Kai memang ada, tapi masih dibilang logis dan tidak terlalu melankolis. Kita semua butuh aplikasi seperti itu, hahaha. Semoga saja harganya tidak membuat kita menjadi cyborg.

Sebesar apapun aku mendukung Pangeran Kai untuk terus mengobrol dengan Cinder, aku juga tertarik untuk melihat bagaimana kehidupan setelah Perang Dunia Keempat. Penjelasannya memang sudah ada, tapi ditunjukkan lewat gaya hidup seperti penggunaan hover (yang mungkin seperti mobil terbang di Star Wars Episode II) sebagai kendaraan dan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh android super patuh. Masalah kehidupan yang lebih serius juga ada, seperti negara-negara yang bertahan setelah perang dan hubungan Bumi – Bulan yang menyelipkan retelling dongeng lain. Tetapi aku menginginkan penjelasan yang lebih detail, menyeluruh, dan dalam. Aku juga merasa penulis agak berhati-hati membeberkan dunia Cinder ini. Di beberapa bagian cerita agak lambat dan informasi pentingnya diberikan sedikit demi sedikit. Geregetan deh kalau menemukan bagian tersebut. Narasinya sering kulewatkan, agar bisa membaca dialognya. Lalu kemudian aku kembali ke atas dan benar-benar membaca narasinya. Sepertinya itu pencicilan informasi ini dilakukan karena masa lalu adalah twist dan menggiring cerita ke buku selanjutnya.

Hal lain yang agak menganggu adalah jumlah catatan kaki yang cukup banyak dan malah seperti merebut peran narator untuk menjelaskan cerita. Salah satu catatan kaki menjelaskan sistem kalender yang digunakan karena cerita mengambil latar jauh di masa depan. Kenapa keterangan seperti itu tidak ada di ceritanya sendiri? Padahal itu informasi yang kuharapkan ada di dalam cerita. Repot rasanya harus mengecek bagian bawah halaman, apalagi aku baca buku versi elektronik lewat smartphone. Atau apakah versi aslinya memang menempatkan informasi itu di bagian catatan kaki? Untungnya semua informasi itu tidak berkaitan langsung dengan plot utamanya. Bahasa terjemahannya juga enak dibaca dan membuatku mudah membayangkan aksi Cinder. Semoga hal ini tetap bertahan di sekuelnya.

At last, Cinder adalah sebuah cerita retelling yang mengagumkan. Tidak hanya menambahkan elemen baru seperti kehidupan masa depan yang futuristik, tetapi juga bisa mengubah karakter tokoh utamanya menjadi lebih kuat dan menarik. Sangat, sangat penasaran dengan petulangan Cinder di buku selanjutnya, Scarlet. Lagi-lagi judul dan desain cover-nya menggunakan dongeng lain. Apakah Cinder akan bertemu mereka atau terlibat dalam pola yang serupa dengan dongeng tersebut? Mari tunggu Penerbit Spring menerbitkan buku sekuelnya Februari nanti. Recommended! :D


You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D