404 Halaman
Penerbit Haru, Januari 2016
Rp. 76.000,-
Dalam hidup ini,
ada berapa kali saat di mana jantung
berdegup dengan kencang,
dan kata-kata tidak sanggup terucap?
Aku
belum pernah berpacaran,
tapi
aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta,
seharusnya
menghargai momen setiap kali
jantungnya
berdebar,
kemudian
dengan berani mengejar kali berikutnya,
kali
berikutnya,
dan
kali berikutnya lagi.
Di
dalam sebuah cafe kecil,
setiap
orang sedang menunggu seseorang.
Cafe
Waiting Love adalah salah satu M-Novel Penerbit Haru yang terbit awal 2016
ini. Aku sudah baca You Are the Apple of My Eye sebelumnya. Dengan cover yang manis, aku jadi penasaran
kisah apa lagi yang ditawarkan penulis. Now,
let’s review it! :D
"…
berpacaran itu sama seperti saat kita melakukan hal lainnya. Apa saja. Semuanya
sama-sama butuh usaha. Tapi usaha yang dimaksud bukanlah berusaha untuk
membuktikan sesuatu pada orang lain. Berusaha itu .. ya berusaha. Kalau sudah
berusaha, tentunya tidak akan ada penyesalan setelahnya." – halaman 212
Li Siying berkerja paruh waktu di cafe
bernama Waiting Love. Siswi 3 SMA itu berkerja bersama Albus, rekan senior yang
pintar meracik kopi baru dan Nyonya Bos yang seharian menunggu pelanggan
memesan menu ‘Racikan Spesial Nyonya Bos’. Kisah cinta masa muda Nyonya Bos
adalah alasan di balik menu istimewa itu dan juga nama café tersebut. Nyonya
Bos membuat Siying berpikir dia juga sedang menunggu seseorangnya.
Siying menaruh minat kepada Zeyu,
salah satu pelanggan setia cafe Waiting Love. Mereka jadi akrab karena
keteledoran Siying membuat kopi. Mahasiswa klub debat itu suka minum kopi
kenya. Tetapi dia mengubah pesanannya jika datang bersama pacarnya. Zeyu sangat
cepat berganti pacar. Siying bersabar menunggu Zeyu menyadari kehadirannya.
Untuk peluang yang lebih besar, dia juga mempersiapkan diri masuk univesitas
yang sama dengan Zeyu.
Walaupun sibuk mempersiapkan ujian,
siswi kelas 3 tetap mengikuti pelajaran olahraga. Saat itu ada kunjungan dari
klub seluncur salah satu universitas. Ketua klubnya mengenalkan A Tuo, anggota
yang paling terkenal dan sering ditertawakan karena pacarnya direbut oleh
seorang lesbian. Saat A Tuo datang ke cafe Waiting Love, Siying mendorong A Tuo
untuk membela diri sendiri. A Tuo sangat berterimakasih dengan dukungan Siying.
Mereka pun mulai berteman. A Tuo mengenalkan Siying ke teman-teman dekatnya
dari pemilik penatu yang pandai memasak sampai ketua gangster yang hobi
menonton film.
"Cinta
dipenuhi ujian. Sayangnya kebanyakan orang senang dengan cinta, tapi merasa
kalau cobaan cinta adalah sesuatu yang berlebihan dan amat kejam." –
halaman 271
Cafe
Waiting Love memberikan cerita panjang yang mengharukan tentang penantian
seseorang. Dengan tokoh utama yang masih polos soal urusan cinta, penantian
yang terasa tak berujung dan penuh jatuh bangun itu terasa sangat manis. Walaupun
kehadiran pacar-pacar baru Zeyu selalu membuat patah hati, Siying tetap kuat
dan teguh menanti ‘seseorang’-nya itu. Kekuatannya itu menganggumkan, tapi aku
bingung dengan konsep percintaannya. Kenapa Siying tidak menghitung masa
penantian itu dalam sebuah percintaan? Pendekatan sebelum ‘resmi’ pacaran itu
kan masuk juga dalam kisah cinta karena di sana ada perjuangan juga. Salah satu
atau kedua pihak sudah menunjukan rasa sukanya dan mau saling menyesuaikan.
Namun tentu tidak ada yang mau terus-terusan dalam masa pendekatan. Pacaran
secara ‘resmi’ bukan lah sebuah akhir, tapi awal dari sesuatu yang baru lagi.
Untung saja ada A Tuo datang dan membuat
perjuangan Siying lebih menarik. Kisahnya lebih merana daripada Siying, tetapi
teman-teman uniknya memperlihatkan bahwa A Tuo lebih dari sekedar pria yang
dikalahkan lesbian. Caranya membangun persahabatan sangat menakjubkan. Itu
adalah modal tak kasatmata yang sangat penting. Anehnya dalam masalah
percintaan, dia malah gagal. Dari A Tuo, kita juga bisa melihat setiap orang
punya keunikan masing-masing yang sering terlewatkan. Favoritku adalah Abang
Bao, sang gangster yang hobi nonton film. Dia tak segan meneteskan air mata
untuk film-film bagus. Rekomendasinya juga bagus-bagus. Kekejamannya sebagai
seorang tukang bacok malah membuat cerita sangat menghibur.
Selain Abang Bao, teman-teman A Tuo
lain tak kalah menariknya. Latar belakang kehidupan mereka, nama panggilan
mereka yang unik, dan awal pertemanan dengan A Tuo dijelaskan sangat detail.
Jadi wajar aku terasa begitu mengenal mereka sampai bisa memilih teman
kesukaanku. Sayangnya, penjelasan panjang lebar itu sempat membuatku bosan. Apalagi
di awal cerita, saat Siying juga menjelaskan orang-orang di kehidupannya. Aku
yang waktu itu belum tahu arah ceritanya, tak jarang menguap dan jadi merasa
lelah untuk melanjutkan membaca. Cerita terasa lebih menarik saat Siying dan A
Tuo sudah menjadi teman dekat. Kebersamaan mereka begitu mengalir. Pertemanan
yang tulus dan berharga.
Hal lain yang mendorongku terus maju
adalah beberapa kalimat atau paragraf yang disimpan di awal bab. Kalimat atau
paragraf itu menggambarkan inti cerita di bab tersebut. Aku tak menyadari sebelumnya.
Tapi kemudian, bagian membuka itu membantuku untuk membangun mood membaca,
apalagi kalau ada nama Zeyu di sana hahaha. Dalam bab tersebut juga ada
pembagian lagi dan diberi tanda, misalnya di bab 6 ada 6.1, 6.2, sampai 6.6.
Sepertinya sama dengan You Are the Apple of My Eye, novel ini juga semula
dipublikasikan di situs seperti Wattpad. Jadi ada pembagian seperti itu.
Pembagian itu tidak terlalu menganggu.
Karena aku sudah mengerti dari pengalaman sebelumnya. Tapi aku agak terganggu
dengan catatan kaki yang jumlahnya cukup banyak. Dulu aku suka dengan catatan
kaki di naskah terjemahan asing, khususnya Asia, karena banyak membahas soal
makanan. Kini aku merasa porsinya berlebihan. Saat semua dijelaskan, mataku
harus naik-turun untuk membacanya dan kembali lagi ke cerita. Tidak nyaman. Tapi
kadang penjelasan nama orang atau tempat memang membantu mengerti alasan sang
tokoh utama menggunakannya. Harus sedikit pintar saja menggabungkan keduanya.
Book
vs Movie Adaptation
Setelah membaca novelnya, aku mendapat
informasi kalau ceritanya sudah diangkat menjadi film layar lebar. Tapi banyak
perubahan yang membuat ceritanya sangat berbeda. Lalu aku iseng-iseng mencari trailer-nya. Sempat menonton tanpa subtitle bahasa Inggris, aku bisa merasakan jalan ceritanya berbeda. Untung adegan-adegan
penting di versi bukunya masih bisa ditemukan dan sepertinya ceritanya lebih
lucu. Abang Bao-nya kurang gahar, tapi Albus dan Zeyu sangat tampan. Aku inginnonton
filmnyaaaaa!
At
last, penantian Siying dalam Cafe
Waiting Love tak hanya memberikan pemahaman baru soal hubungan dua insan,
tetapi juga memperlihatkan setiap orang punya kelebihan tersendiri yang sesuai
dengan ‘seseorang’-nya nanti. Cerita bagian awalnya memang terasa lambat tetapi
membuat bagian akhirnya sangat menyentuh. Bagi yang sudah nonton filmnya, baca
bukunya juga ya :)
bagus gak ini ceritanya?
ReplyDelete