Aku udah nyalain TV dari pagi dan baru bisa nonton sekitar jam 2an. Untung aja serial Koreanya sempet dan gak ngecewain. Hari ini aku juga makan coklat hadiah ulang tahun dari Rostia.
Aku rada blank di Grey Guy dan gak pede karena cerita cewek nyamar jadi cowok itu Cuma ada di manga-manga. Kalo di serial contohnya Coffee Prince dan aku gak yakin bisa bikin se real itu.
Tapi aku masih ada keinginan buat nulis ulang plot yang seharusnya bisa lebih panjang. Ceritanya adalah tentang kebuntuan Pia saat belajar gitar. Pia dibantu temannya Lona,yang punya gitar, beli buku panduan yang cukup sulit penjelasannya.
Buku berjudul “ Petunjuk Praktis Teknik Bermain Gitar” itu ternyata tidak sepraktis prakteknya. Tak disangka buku itu terbit tahun 1983.
Jari-jari dikedua tanganku jadi korban. Kak Rio yang menonton dari awal terbahak-bahak.
” Bisanya cuma ketawa aja” gerutuku
” Siapa bilang?” Kak Rio mendekat dan mengalih gitar Lona ” Kakak bisa maen gitar koq”
Setelah itu Kak Rio dengan senang hati mengajarkan maen gitar sama adiknya itu. Terlalu lembek menurutku. Harus ada konfliknya. Dan ini yang akan aku rubah.
Jari-jari dikedua tanganku jadi korban. Kak Rio yang menonton dari awal terbahak-bahak.
” Bisanya cuma ketawa aja” gerutuku
Sambil tetap tertawa, Kak Rio meninggalkan aku dan Lona.
” Sudahlah” Lona menenangkanku ” Itu gak ngaruh juga sama permainan gitar kamu”
” Apa?” aku yang benar-benar kesal dan cape tak sadar jadi naik darah.” Bilang aja kamu gak yakin aku bisa jadi cowok”
” Aku gak bermaksud kayak gitu” bantah Lona pelan
” Alah! Aku susah payah belajar maen gitar sampe beli buku susah itu gara-gara kamu tau! Dan lihat, rambut aku cepak gini karena siapa? Kamukan yang ngajak ke salon itu”
” Koq jadi nyalahin aku?”
” Dan kamu gak perlu susah-susah pake minjemin aku gitar segala!”
BRAK!
Aku banting gitar coklat itu ke lantai dan tak sangka menimbulkan beberapa senar putus.
” Pia!” Lona buru-buru menghampiri gitarnya itu ” Kamu tau kan ini kado ulang tahun aku”
” Aku tau” jawabku dingin
Lona, yang sudah berkaca-kaca, menatapku tak percaya.
” Pia, kamu . . .”
” Apa?”
” Jangan salahin kalo tangan dan rambut kamu jadi kayak gitu” suara Lona cukup keras sekarang ” Siapa yang duluan ngusulin untuk jadi cowok? Kamukan! Kamu yang pengen jadi cowok. Kamu yang ngotot mau deketin Rifan padahal kamu tau dia itu homo! Kamu ingetkan saat kamu liat Rifan dan Arla mojok di warnet? Apa kamu lupa?”
Aku terdiam. Tentu saja aku ingat. Aku ada disana, terpisahkan oleh dua buah komputer. Dan kalo gak salah denger, seseorang di komputert sebelah bahkan bilang kalo mereka sempat berciuman.
” Kalian kenapa?” Kak Rio datang dan kaget melihat gitar Lona yang babak belur ” Gitarnya kenapa?”
” Kak, aku pamit pulang” Lona membereskan gitar beserta apapun yang terpisah darinya. Dia melewatiku tanpa berkata apapun lagi.
” Kalian berantem?”
Huhu, kenapa jadi panjang gini? Masa kayak gitu aja berantem?
Berhari-hari sesudah itu, aku merasa menyesal. tapi aku gak yakin Lona mau maafin aku. Apalagi dengan rusaknya gitar miliknya. Gitar itu emang gak pernah disentuh Lona, tapi bukan berarti gitar itu rongsokan buat Lona.
Aku tetap melatih kecowokanku sambil mempersiapkan diri untuk masuk lingkungan universitas yang pasti masih asing buatku. Kak Rio nyari-nyari alesan yang aneh saat aku minta dianterin dan aku akhirnya naik angkutan umum.
Jalanan cukup macet karena ini jam makan siang. Aku mencoba sabar dan menunggu. Kadang terhibur juga dengan pengamen-pengamen yang selalu ada di lampu merah. Lama-lama aku iri dengan mereka. Mereka bisa main gitar dan maini lagu yang lagi booming. Aku?
” Masih marahan sama Lona?” tanya Kak Rio saat malam
” Iya”
” Kamu gak coba buat minta maaf?”
” Aku belum punya duit buat beliin dia gitar”
” Tapi kayaknya kamu gak usah deh”
” Hah?”
Kak Rio memperlihatkan apa yang dari tadi dipegangnya. Sebuah gitar!
” Ah, makasih, Kak!”
Aku mau mengambil gitar itu tapi keburu dijauhkan.
” Kak?”
” Mau aku ajarin gak?”
” Serius?”
Nah, Kak Rio udah mau berbaik hati ngajarin Pia gitar. Tapi buat apa ya? Trus kapan Pia bakal minta maaf sama Lona?
Jari-jariku jadi korban lagi. Tapi tak apalah. Kak Rio mengajarku dengan perlahan dan aku juga jadi sering naik angkutan umum hanya untuk melihat bagaimana mereka bermain. Ternyata banyak dari mereka sedang belajar juga. Aku tidak sendirian berarti.
Setelah berlatih hampir seminggu, aku bisa merampungkan sebuah lagu. Tapi aku kesulitan pas bagian akhirnya. Semoga Lona cepet maafin akunya jadi aku gak usah mainin selagu penuh.
Benar saja. Lona sudah keluar dengan tatapan terpana ketika melihatku menyanyikan sebuah lagu didepan rumahnya.
” Hai, maafin aku ya” pintaku sambil tetap memainkan gitar.
Lona memandangku lama dan tak mengucapkan sepatah katapun
” Lona, maafin ya” pintaku lagi ” Jari-jari aku sakit nih”
Kali ini Lona tersenyum mendengar kata-kataku itu. Dia menghampiriku dan langsung memelukku.
” Lona?”
” Ssst! Diem dulu. Aku maafin kamu koq dan ada Rifan dibelakang”
” Apa?”
Aku membalikkan badan dan menemukan Rifan dan Yeqi. Yeqi bertepuk tangan atas aksiku tadi sedangkan Rifan diam saja. Tapi bukan tatapan dingin seperti biasanya. Tatapan itu terlihat penuh kekecewaan.
Kenapa Rifan kecewa? Wah, seharusnya Pia kenalan dulu sama Rifan sebagai cowok. Harus diralat lagi. Tapi aku males ngetik nih.
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D