3 Anak Kucing-Book 1-Chapter 3

by - 10:36 AM


 

Aku senyum-senyum sendiri ketika sedang belanja di sebuah supermarket. Ternyata Tama lucu juga. Setiap sms yang dia kirim pasti ada yang ngena. Biasa sih kalo anak kuliah pikirannya ilmiah banget.
Sekarang aku melewati bagian mie instan. Dia jadi inget kalo Tama cerita dia suka banget sama mie instan yang bentuknya ada didalam cup sterofrom. Hm, seenak apa sih? Aku sih masih lebih suka mie instan yang bungkus biasa.
Setelah berpikir sejenak, dengan cara bolak-balik ke tempat mie instan itu, akhirnya aku berniat membeli beberapa buah. Ayah gakkan marah koq. Untung aja aku bawa uang sendiri.
Ketika mau mengambil sebuah, ada tangan lain yang juga mau mengambil mie cup itu. Seorang cowok, cute banget! Sepertinya dia abis olahraga. Keliatan dari baju yang dia pake
” Buat kamu aja” kataku, lalu dia mengambil mie cup yang lain
” Kamu aja. Lagian kamu duluan yang ngambil” kata cowok itu
” Aku udah ada koq. Lagian aku cuma beli dua buah. Makasih”
Aku lalu pergi. Sebenernya aku ingin banget tau nama cowok itu. Tapi kedaan tidak memungkinkan. Banyak banget ibu-ibu yang mau belanja mie instan. Dari pada menghalangi, lebih baik pergi. Aku juga takut Ayah khawatir kalo aku terlalu lama.
Beberapa menit kemudian, aku memeriksa belanjaannya. Sudah semua, tapi dia ingin membeli cemilan buat dirumah temennya nonton DVD. Lalu aku pergi ke tempat snack dan mengambil beberapa bungkus snack kentang kesukaannya. Minumnya? Karena lagi banyak, aku lalu pergi ke untuk mengambil sebotol green tea.
Kejadian yang sama terjadi lagi. Ketika aku mau mengambil, ada tangan lain lagi. Cowok yang tadi!
” Hai, kita ketemu lagi” sapanya. Dia langsung menyimpan green tea yang mereka perebutkan ke dalam troliku” Kali ini aku yang ngalah”
” Makasih” mereka terdiam lama sampai cowok itu mengulurkan tangannya
” Kenalin, namaku Udith. Kamu?” dengan senang hati aku membalasnya. Akhirnya dia ngajak kenalan juga
” Friesca” balasku. Mereka salaman lama sekali dan akhirnya terpisahkan ketika seseorang lewat diantara mereka.
” Fries, kamu sekolah dimana?” tanya Udith sambil mengambil dua botol green tea
” Aku anak SMU Bakti Negara kelas 2” jawabku
” Aku juga kelas 2 di SMU Harapan”
” Oh . . .”
Seperti biasa hpku bunyi disaat yang tidak disangka-sangka. Dan satu sms masuk dari Ayah
” Udith, Sorry banget, aku harus pergi sekarang. Ayah aku udah ngsms. Sorry banget” ketika aku mau ngebales sms itu, pulsanya ternyata abis gara-gara smsan sama Tama ” Pulsa abis lagi”
” Nih” Udith mengeluarkan hpnya dan memberikannya padaku ” Pake pulsa aku aja. Ayah kamu pasti khawatir”
Dengan cepat aku mengirim sms untuk Ayahnya. Dia mengembalikan hp itu setelah selesai
” Makasih banget ya”
Aku langsung meninggalkan Udith dan pergi ke kasir untuk membayar belanjaannya. Diam-diam Udith menyimpan nomor yang kukirimi sms itu.
***
Tama udah membuka pintu mobilnya ketika aku turun dari sebuah becak.
” Tama?” untuk kesekian kalinya aku kaget
” Hai, aku tadi kedalem dan ketemu Ayah kamu. Katanya kamu lagi belanja. Tadinya aku mau jemput kamu, ternyata kamu keburu nyampe. Sini aku bawain” Tama mengambil alih sebagian belanjaanku. Seperti biasa Ayah menungguku di kursi luar.
” Friesca, kamu lama sekali. Belanja apa saja?” dan sudah jadi ritual kalo aku langsung meluk Ayah untuk menenangkannya
” Sorry, yang belanja banyak banget sih. Pas mau bayar ngantrinya panjang banget” jawabku. Ayah tersenyum lega lalu pandangannya beralih ke Tama yang sedang menyimpan belanjaan tadi di meja.
” Ini temen kamukan?” tanya Ayah ” Tadi dia kesini. Ayah bilang kamu lagi belanja. Kamu pulang bareng dia?”
” Nggak. Kebetulan ketemu pas Friesca turun dari becak” aku melihat Tama memandang jamnya dan terlihat panik
” Fries, sorry aku pulang dulu ya” dia terlihat panik ” Aku lupa hari ini bakal ada tamu penting”
” Gak apa-apa. Makasih udah mau bawain belanjaannya dan sorry aku gak ada waktu kamu kesini” Tama tersenyum
” Pulang dulu ya, om” Ayah tersenyum. Tama langsung masuk dan pergi dengan mobil mewahnya itu.
” Itu pacar baru Friesca ya?” tanya Ayah. Aku kaget
“ Pacar baru? Emang Friesca punya pacar lama” kataku “ Cuma temen koq”
” Masa sih?” wajahku jadi memerah
” Udah, ah. Sekarang bantuin Friesca bawa ini semua ke dalem” Ayah tertawa melihat anak sematawayangnya itu. Dia memang suka bercanda.
” Baik, bos!”
***
” Setelah menggambar grafik, kita bisa menyimpulkan sesuatu dari data diatas bahwa . . . ”
suara Pak Harun itu hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri bagiku. Ayo cepet bel! Mending belajar sejarah sampai butek daripada belajar matematika sama Pak Harun. Bel! Please, bel!
Teet, teet, teet
Makasih banyak buat guru yang piket hari ini. Anda bekerja sangat baik hari ini, batinku. Tapi Pak Harun masih menerangkan walau bel berbunyi sangat keras. Pak, nyadar dong. Bapak udah diusir sama bel! Hus, sama pergi ke kelas IPA. Pak Harun masih menerangkan, bahkan dia menyuruh mengerjakan soal latihan. Aku melirik Ogy, seolah menyuruhnya bicara ke Pak Harun
” Maaf, Pak” tangan Ogy mengacung ke udara
” Ya?” jawab Pak Harun sambil memakai kacamatanya ” Kenapa, Ogy?”
” Belnya sudah bunyi , Pak. Pelajaran bapak cuma satu jam hari ini” jawab Ogy
” Pelajaran selanjutnya sejarah sama Bu Irma ya?” semuanya mengangguk ” Apa Bu Irma belum bilang kalau dia ada acara keluarga jadi tidak bisa ngajar dan jamnya dipakai saya”
” Apa?” seruku. ”Matematika jadi tiga jam!” Semuanya tampak kaget tapi tidak berani menunjukkannya sepertiku .
” Freisca, kalau sudah selesai dengan kagetnya, tolong kerjakan soal nomor 1” kata Pak Harun. Aku sebel melihat Pak Harun begitu senang dirinya menderita. Aku langsung menerima tantangan tidak langsung itu
” Baik, Pak”
” Kalau kamu tidak bisa, tolong keluar ya” aku langsung mengiyakannya lagi
” Iya, Pak”
Keadaan yang cerah-cerah aja berubah menjadi panas, itu juga cuma dihatiku doang. Aku pasti bisa! Teriakku dalam hati. Bisa! Semangat!
(apakah Friesca bisa mengerjakan soal Matematika nomor 1 itu?)

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D