Friday, July 10, 2009

When I Was Read Eclipse


24 jam yang lalu, buku itu akhirnya keluar dari persembunyian dan mendapatkan sinar walaupun bukan berasal dari matahari asli.

Bagian awal yang sudah kubaca sedikit membuatku bingung. Aku lupa halaman terakhir yang ku baca. Ku baca saja dari awal lagi, apa salahnya. Aku membacanya dari awal, lengkap dengan beberapa paragraph ucapan terima kasih dan bahkan aku tahu siapa yang membuat gambar di jilid berwarna hijau itu.

Bagian awal selalu membuatku bodoh. Disana semua terasa membingungkan, belum terbiasa dan agak susah untuk beradaptasi. Aku beberapa kali menyerah dan melemparnya ke tumpukan buku lain. Melihat sedikitnya halaman yang terlahap, aku tergoda dan membukanya lagi. Di dalamnya lebih banyak cerita yang baru dan beberapa menjawab pertanyaan yang bergumul di otakku. Aku merasa cukup pintar sekarang, terima kasih.

Aku capek untuk selalu mengubah posisiku dari kanan ke kiri, lalu berubah ke kanan lagi. Aku bervariasi sedikit dengan berada ditengahnya tapi itu tidak membantu sama sekali. Aku sadar jam sebentar lagi akan kembali ke angka satu. Walaupun begitu aku tetap bertahan dengannya.

Ok, aku menyerah sekarang. Aku menyimpannya setelah berhasil menyelesaikan hampir setengahnya. Ku tarik selimut dan terlelap. Hanya untuk formalitas saja. Aku tahu sebenarnya beberapa jam lagi matahari sudah muncul.

Aku bangun di jam orang biasanya terbangun. Masih dingin. Tapi bukan bergulung dengan selimut atau dengannya. Aku memilih untuk membuka halaman yang aku tunda. Sampai aku akhirnya benar-benar pusing dan lapar.

Aku merasa diperbudak olehnya. Halaman yang belum aku jamah semakin berkurang. Itu semakin membuatku bernafsu untuk menuntaskannya sesegera mungkin. Tapi aku ingin istirahat. Berjalan-jalan sebentar mungkin. Tidak di dunia nyata tentunya. Dunia maya terasa lebih menggoda.

Saat pulangpun aku masih bertahan untuk membaca satu bab sebelum aku membersihkan diri. Saat ritual penyegaran itu selesai, aku kembali menyantap halaman yang ada. Aku sebenarnya bingung dimana bagian klimaks dari buku ini. Semuanya terasa menyenangkan walaupun seorang vampir yang mematikan datang menjemput.

Semakin tipis jumlah halaman yang tersisa, aku malah semakin sedih. Aku sudah merasa aku ada disana. Tidak hanya sebagian, seluruhnya. Aku terpengaruh perilaku, emosi dan berbicara dengan gaya yang tercetak disana. Aku seperti saksi bisu semua kejadian itu walaupun aku hidup. Setelah akhirnya jelas aku ketahui, semuanya terasa membosankan. Aku malahan lebih lapar dari sebelumnya.

Untuk yang lain, ada kemungkinan sedikit menangis saat mengarunginya. Aku tidak pernah begitu, tapi yang aku rasakan didalam lebih dari itu. Cukup menyiksa dan terbebani. Aku mencoba menghalau dengan tidak mencipratkan pada barang-barang disekitarku. Aku tak mau semakin teringat namun itu sangat menyenangkan.

24 jam kemudian, buku itu kembali ketempatnya yang cukup tersembunyi. Aku tak mau mengambil resiko karenannya.

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D