3 Anak Kucing-Book 2-First Chapter

by - 8:22 PM


Semuanya terlanjur terjadi dan takkan pernah bisa diperbaiki apalagi untuk sekedar diulang. Tapi sebuah rahasia harus diangkat ke permukaan sebelum akhirnya terkubur dan berkarat selamanya.

” Ada sesuatu yang harusnya kamu ketahui”

” Apa?” dia bertanya sambil membolak-balik diary yang awalnya dia enggan untuk baca

” Sesuatu yang penting”

” Bisakah itu mengembalikannya?”

Salah satunya terdiam

” Kalau itu dikatakan dari dulu” katanya akhirnya

***

” Gimana?”

Aku memandang penampilan Ayah yang beda banget sama sebelumnya. Kalo sebelumnya Ayah pake jas dan kemeja biasa dengan warna item, sekarang dia pake yang warna biru yang kalem

” Kasih komentar dong” Ayah bingung melihat ekspresi anaknya yang cuma manggut-manggut

” Bagus banget. Ayah keliatan seger” kataku yang pake baby-doll pink. Ayah langsung tersenyum ” Tante Dantie langsung jatuh hati deh”

” Kamu ini bisa aja. Pergi sekarang ya, Ayah takut Tante Dantie nunggu”

” Hm, bilang aja kalo kangen” Ayah tertawa sambil mengacak rambutku

” Yah, jangan dong. Inikan baru diblow. Kusut lagi deh” Ayah malah tertawa makin keras

” Ayah mau panasin mobil dulu ya” aku mengangguk. Dasar Ayah! Ternyata tua ataupun muda, kalo orang lagi kasmaran bener-bener susah ditebak.

Malam ini aku sama Ayah mau ketemu Tante Dantie yang katanya pacar Ayah. Sebenernya mereka udah lama deket tapi Ayah takut aku gak suka. Tapi aku suka-suka aja. karena semenjak Ayah deket sama Tante Dantie, dia jadi punya semangat baru. Itu bukan berarti ngelupain Bunda. Bunda selalu ada dihati Ayah.

” Friesca, cepetan” Huh, aku juga kena sibuknya. Dari kemaren Ayah cemas tentang pakaiannya karena dia mau ngelamar Tante Dantie malam ini. Seharian kita di mall dan dapetin ukuran jas yang pas buat Ayah yang jadi rada gendut sekarang.

” Iya” tapi asyik juga. Akhirnya aku bakal punya Bunda baru

***

Suasana resto tempat janjian Ayah romantis banget. Itu bikin aku nyaman tapi panik buat Ayah. Dari tadi dia meriksa cincin yang disiapin buat Tante Dantie. Kata Ayah, Tante Dantie juga bakal dateng sama anaknya. Katanya seumuran sama aku. Asyik, aku bakal punya saudara walaupun cuma saudara tiri. Aku gakkan kesepian pas Ayah dan tante Dantie bulan madu.

” Pak Arfan” dari meja deket jendela terlihat seorang wanita yang anggun banget

” Bu Dantie” Ayah langsung panik. Keringatnya menetes dari keningnya” Ayah mau kabur aja” Koq Ayah mikir yang aneh-aneh

” Ayah, tenang dong” aku mengelus lengan Ayahnya ” Ke sana yuk” lalu mereka menghampiri Tante Dantie yang duduk sendiri

” Selamat malam. Katanya mau datang sama anak-anak” suara Ayah lumayan lancar. Tante Dantie tersenyum

” Mereka datang terlambat. Silakan duduk” dari cara bicaranya Tante Dantie sepertinya wanita yang sangat lembut

” Kenalkan ini anak saya, Friesca” aku tersenyum. Tak disangka-sangka Tante Dantie langsung memeluknya

” Tante ingin banget punya anak perempuan” begitu melepaskan pelukannya terlihat beberapa butir airmata di ujung mata Tante Dantie

” Dan sepertinya kamu akan punya” oh, aku baru nyadar punya Ayah yang romantis banget.

” Bunda, maaf telat” seorang cowok berjas item datang dengan nafas terengah-engah ” Kakak juga sebentar lagi dateng”

” Nak, duduk dulu. Kenalkan ini anak saya, Yudith . .”

” Udith?!” aku kaget melihat cowok yang udah lama dihindarinya muncul lagi. Dan dia jadi sedikit kurus dan beberapa bekas luka di pipi.

” Friesca?” Udith juga kaget apalagi melihat ada Ayah disana

” Bunda, sorry, Friesca?!” Tama yang baru datang juga kaget. Dia juga jadi kurus. Tiba-tiba saja Ayah mengenggam tanganku sangat erat.

” Ayah . . ”

Sementara semua kaget, tante Dantie jadi kebingungan

” Kalian sudah saling kenal?” semua mengangguk ” Kalau begitu ayo kita duduk bersama” Tama dan Udith duduk, tapi Ayah malah berdiri

” Maaf, saya harus bicara sama Friesca sebentar. Bisa menunggukan?” Tante Dantie mengangguk ” Friesca” aku berdiri dan mengikuti Ayah keluar

” Ayah, ada apa?” Ayah mengenggam tanganku lebih erat dari yang tadi

” Fries, Ayah gak tau. Bener-bener gak tau ternyata Tama dan Udith itu anak Tante Dantie” aku tersenyum

” Gak apa-apa koq”

” Fries, Ayah sayang banget sama Tante Dantie . . .”

” Gak apa-apa. Gak usah pikirin Friesca. Ayah tau pastikan apa yang terjadi sebulan lalu” Ayah mengangguk ” Kita kedalem lagi. Kasian mereka” ketika melangkah ada perasaan bimbang di hatiku.

Kenapa begini lagi? Setelah sebulan menghindari mereka, sekarang malah ketemu lagi dan kita bakal jadi saudara tiri. Tau gini aku gak ikut. Tapi kasian sama Ayah yang bener-bener harus disemangatin

” Maaf, jadi menunggu” Tante Dantie tersenyum begitu Ayah datang ” Tama dan Udith kemana?”

” Lagi ngambil makanan” makanan memang harus diambil sendiri di resto ini ” Friesca samperin aja. sudah laparkan?” aku tersenyum malu

” Sukses, Yah” bisikku ditelinga Ayah lalu pergi mencari 2 cowok kelaperan itu

” Friesca” Tama melambai dimeja yang gak jauh dari meja yang tadi ” Sini!” mau gak mau aku menghampiri meja itu dan duduk bersama mereka

” Hai, udah lama gak ketemu” sapa Udith. Aku itu ngehindarin kalian tau

” Iya, setelah kejadian di taman itu” tambah Tama ” Ternyata kalo udah jodoh gakkan kemana” Udith mengangguk setuju. Aku yang melihat itu merasa heran. Mereka baikan?

” Kalian baik-baik aja kan?” tanyaku

” Maksudnya?” Udith bingung

” Hubungan kalian. Kalian gak musuhan atau berkelahi lagi?”

” Ngapain? Kita baik koq. Iyakan?” Udith mengangguk ” Ngapain pukul-pukulan sampai nabrak rak?”

” Atau sampai ngehancurin kaca jendela”

” Apalagi kalo sampai bikin Bunda nangis. Itu salah kamu”

” Siapa bilang? Kamu yang pertama nantangin”

” Tapi kamu yang bikin Bunda sampai gak mau keluar dari kamarnya”

” Kamu yang . . ”

” Udah!” aku salah paham. Ternyata mereka sama aja seperti dulu ” Jadi bekas biru dipipi karena itu. Aku pikir kalian bakal baikan. Makanya aku nolak kalian” Tama dan Udith terdiam ” Kalian gak boleh gitu lagi. Apalagi kita bakal jadi saudara”

” Fries, itu beneran? Apa bener Ayah kamu bakal nikah sama Bunda?” aku mengangguk

” Kenapa? kamu gak suka?” Udith menggeleng

” Fries, bilang ke Ayah kamu, batalin aja. Cari yang baru, jangan Bunda”

” Tam, kamu gak mau jadi saudara aku?” Tama menggeleng ” Kenapa?”

” Nanti kita cuma bisa jadi adik kakak”

” Trus kenapa? Aku ingin banget punya saudara tau. Lagian kasian Ayah yang tiap malem gak bisa tidur pas Bunda meninggal. Kamu mau ngehancurin kesenengan Ayah?” di meja yang tadi, Tante Dantie menangis dan Ayah memeluknya. Cincin yang dari tadi di genggam Ayah ada di jari Tante Dantie sekarang

” Kenapa Bunda meluk Ayah kamu?” Tama terlihat kaget

” Mereka ke sini” Tante Dantie dan Ayah mendekat sambil berangkulan. Ayah terlihat sangat bahagia

” Tama, Udith, panggil Pak Arfan, Ayah” Tama dan Udith kaget

” Fries, panggil dia, Bunda” aku langsung memeluk ’Bunda’nya. Akhirnya aku punya Bunda lagi dan Ayah bahagia

” Bunda . . ” Tante Dantie maksudnya Bunda terlihat senang mendengar panggilan itu

” Tama, Udith . . ” 2 cowok itu cuma tersenyum. Ketika mereka keluar dari resto itu, Tama menarik lenganku dan membawanya jauh dari Bunda, Ayah dan tentu Udith yang setia mendengarkan cerita saat mereka bertemu

” Tam, ngapain sih?” aku menarik lepas lengannya

” Aku mau ngomong sama kamu” bisik Tama

” Ngomong apa, kakak?” aku memberi penekanan di kata ’kakak’

” Jangan panggil aku kakak” Tama agak risih mendengar panggilan itu

” Apaan?” aku jadi risih juga. Dia agak canggung ngobrol sama Tama setelah penolakan itu. Obrolan singkat tadi aja dia cuma basa-basi

” Suruh Ayah kamu putusin Bunda aku”

” Apa?!” aku jelas-jelas kaget ” Kamu mikir apa sih? Ayah aku baru resmi ngelamar Bunda”

” Karena itu” aku bener-bener gak ngerti ” Semakin cepat semakin baik”

” Denger ya!” tekanku” Ayah itu cinta banget sama Bunda. Kamu gak mau ngeliat Ayah bahagia ya?”

” Cinta itu bisa kehapus” aku gak suka sama perkataan Tama

” Apa tujuan kamu bilang ini?” Tama langsung menjawabnya dengan suara agak berbisik

” Aku gak mau kita jadi saudara. Kita gak bisa jadian. Aku sayang banget sama kamu . . .”

” Sayang juga bisa kehapus kayak cinta” dan akupun berlalu, berusaha menyusul yang lain

” Fries!” Tama ikut menyusulnya tapi aku lebih cepat. Dia sudah berjalan disamping Udith yang kaget dengan kemunculannya

” Dari mana?” tanya Udith ramah. Pertanyaan itu dijawab senyuman sama aku. Gak nyangka, aku bakal jadi saudara Udith. Seneng sih sekaligus sedih. Sedih banget.

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D