Menunggu

by - 2:10 PM

Dahlian & Robin Wijaya
13 x 19 cm. 312 Halaman
Gagas Media, 2013 (cetakan kedua)
Rp 46.000,-

Aku sedang merindukanmu, apakah kau tahu itu? Saat bulan penuh di atas kepala, aku menggantungkan doa untukmu di antara bintang-bintang. Semoga suatu saat hatimu akan menoleh kepadaku, menyadari bahwa akulah akhir dari penantianmu.

Aku ingin memelukmu, meraihmu, dan menyembunyikanmu dalam dekapanku. Aku tak akan melepasmu pergi, aku janjikan itu padamu. Dan kesabaranku kian menipis seperti batu yang terus-terusan digerus air. Aku sudah menunggu terlalu lama, nyerinya semakin lama kian terasa nyata.

Aku mencintaimu... karenanya aku selalu merindukanmu. Namun, seperti pertanyaan yang kubisikkan pada rembulan malam itu: apakah kau juga sedang merindukanku?
-------------------------------------------------------------
MENUNGGU adalah Gagas Duet, novella dari dua penulis kebanggaan GagasMedia: Dahlian dan Robin Wijaya. Keduanya mempersembahkan dua cerita cinta yang menanti cukup lama sampai akhirnya mendapat pengakuannya.

Novel-novel Dahlian yang sudah terbit di GagasMedia: Baby Proposal, After Office Hours, The Pilot’s Woman, dan Promises, Promises. Sedangkan Robin Wijaya memulai debutnya di GagasMedia dengan novel Before Us.

Aku dulu pernah ngaku (mungkin pernah ditulis disini) ke diri sendiri dan orang yang mau ngedengerin bahwa aku kurang suka dengan novel dengan judul ‘satu kata’, dan disertai sinopsisnya gak jelas. Ketidaksukaan aku itu dikukuhkan saat aku nyoba baca Rain Affair. Now, I bought and read a novel which just like the one that I dislike. Eat my own words! Tapi beneran loh, aku kurang suka. Sayangnya novel-novel dengan ‘jenis’ tersebut mempunyai cover yang super bagus, laku, diomongin terus, dan beberapa diangkat jadi film. Siapa yang nggak penasaran coba? Eat my words again (and my wallet)! So I gave it a try one more time and read Menunggu :)

Kenapa Menunggu?

Menunggu adalah salah satu novel Gagas Duet keluaran tahun 2012. Dua penulis satu cerita, begitulah yang aku tahu sebelumnya. Dengan cover yang manis dan terkesan warm (bentuknya lucunya kadang menyulitkan saat dipegang), judul ‘satu kata’, sinopsis gak jelas, dan kemisteriusan kolaborasi dua penulis itu, aku memilih Menunggu. Lucunya novel ini aku baca saat pergi dan pulang magang, di angkot yang seringkali ngetem. Sama-sama ‘menunggu’ saat menunggu :p

Menunggu dibagi isinya menjadi dua cerita yang berbeda (whaaaat, duetnya dimana?). Last Chance karya Dahlian dan Reason karya Robin Wijaya J

Last Chance

Risa kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakaknya, Dhani. Tidak banyak berubah sejak dia pergi ke Australia tiga tahun lalu, begitu pula dengan Aby, sahabat kakaknya. Aby tetap lah Aby si iceman. Tapi Risa masih menyimpan rasa sukanya. Dia lalu berencana menyulap Aby untuk membalas perasaannya. Dia coba mendekati Aby dengan alasan membantu persiapan pernikahan Dhani dan Shinta, tunangan kakaknya. Siapa sangka Aby juga menyukainya, tapi hal itu tidak bisa dibiarkan. Kata-kata Dhani terus tergiang di kepala Aby.

“Tapi, kalo kamu kabur lagi, aku sumpah bakal bikin pagelaran lenong di bandara.” – halaman 153

Cerita pertama ini cenderung ringan, lucu, dan  . . nyebelin, terutama tokoh Risa. Risa itu katanya udah tiga tahun kuliah di Aussie, tapi masih aja dangkal pikirannya. Yang aku tahu kalo seseorang (baca: orang Indonesia) ke luar negeri, mereka biasanya jadi sadar apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai warga negara yang baik. Tidak membuang sampah sembarangan, tertib berlalu lintas, pokoknya nggak ada kalimat ‘peraturan dibuat untuk dilanggar’. Orang tersebut jadi dewasa, dan benar-benar tahu apa yang mereka kerjakan dan apa akibatnya. Tapi Risa disini masih aja mikir bahwa cara mendapatkan ‘cinta sejati’nya yaitu Aby adalah dengan memamerkan setiap inci kulit mulusnya :O

Cowok emang suka kepanasan kalo liat paha dikit, tapi cowok yang serius biasanya mau ceweknya tertutup buat orang lain, dan tetap terbuka buat dirinya sendiri. Aby disini juga tidak menyangkal semua itu. Dia tercengang, dia kesulitan bernafas, dan dia hampir mencium Risa. Lalu apa coba alasan untuk menutupi rasa canggungnya itu? “Karena kamu cantik,” jawabnya. Nah! Terus aku juga bingung kenapa Aby bisa tergila-gila sama Risa sampe bisa memendam rasa cinta yang begitu besar. Karena dia sama sekali nggak menyebutkan inner beauty dari Risa. I know, I know, people judge from the cover first. But that’s why people who hate that kind of ‘habit’ made a ‘don’t judge people from the cover’ thing. Susah kalo cuma suka karena ‘penasaran’ atas fisiknya aja. Begitu ada bagian yang ‘cacat’, dia mungkin berpikir buat ‘mengembalikan’nya :O Sam, Sam? Cuma disebut aja? Padahal rame tuh kalo Risa tidak terlalu cepat mengungkapkan fakta sebenarnya. Aby bakal terlalu galau dan bisa aja nekat!

Untuk bagian yang nyebelinnya mungkin sudah jelas diatas. Hal lain-lainnya seperti cara penulisan, apalagi bagian yang lucu, menunjukkan bahwa penulis benar-benar mempunyai bakat. Sayangnya konsep duet ini membatasi jumlah halaman yang dia dapat.



Reason

Saat selesai meliput daerah banjir di Jakarta, Gantar menemukan bahwa teman kuliahnya, Lenka, sudah menjadi anchor televisi yang muncul di prime time. Dia mencoba mencari informasi tersebut kepada rekan sesama wartawannya. Lenka kaget begitu bertemu dan tak bisa menahan pikirannya untuk mengingat kenangan mereka saat kuliah di Jogya. Gantar mengungkapkan perasaannya, tapi Lenka menolak dan memperlihatkan cincin pertunangannya dengan CEO tempat dia bekerja. Gantar kaget. Rasa kagetnya bertambah dengan rasa bingung begitu melihat Lenka sama sekali tidak terlihat bahagia.

“Karena perbedaan antara lelaki dan perempuan. Mungkin itulah sebabnya mereka saling tertarik satu sama lain. Menjadikan rasa ingin tahu yang tumbuh secara alami memaksa mereka saling mempelajari, dan pada akhirnya ingin memiliki untuk melengkapi ketidaksempurnaan dalam diri masing-masing.” – halaman 207

Cerita kedua ini manis, bikin galau dan mempunyai ending yang oke banget! Fyi, I’m a fan of sad endings, but not really wanna live on one of them. Hubungan Gantar dan Lenka diceritakan dari sisi present time dan sedikit flashback, menunjukkan bahwa mereka cocok satu sama lain, selalu cocok dan bisa cocok lagi walau waktu sudah memisahkan mereka. Konflik yang menampilkan posisi Barata dan papanya Lenka menjadi sumber geregetannya cerita yang satu ini. Konfliknya benar-benar menguras emosi, dan jadi tambah penasaran bagaimana konflik tersebut terselesaikan. Begitu ending disajikan, aku cuma bisa menahan nafas sebelum berteriak (dalam hati), you did it, you did it very well! Dan tak hanya cerita super galau tapi tak lebay yang aku dapatkan dari sini. Ada sedikit ulasan tentang dunia broadcast dan juga selipan bahasa Jawa (yang selalu bikin aku salah tingkah). Jadi penasaran sama karya Robin Wijaya yang lainnya XD



Dari kedua cerita dari (ternyata bukan) novel duet ini sudah jelas kan mana yang lebih aku suka. But honestly I like both of them. Konsep ‘duet’ dalam Menunggu (btw, mungkin judul yang lebih pantas adalah ‘Memendam’) ini unik, mengasyikan sekaligus menghemat uang. Dimana coba kita bisa mendapatkan cerita dari dua penulis berbakat dalam satu harga. Novel duet ini juga cocok buat orang yang pengen baca novel yang tidak terlalu tebel J

You May Also Like

3 comment(s)

  1. Hi, thank you for reviewing MENUNGGU.
    And thanks for reading :D

    ReplyDelete
  2. Hi, thanks for reviewing MENUNGGU.
    And thank you for reading :D

    ReplyDelete
  3. Thanks for reading and leaving a comment :)

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D