Wulan Dewatra
256 pages
Gagas Media, 2012 (cetakan ketujuh)
Rp. 43.000,-
Kepadamu, aku menyimpan cemburu dalam harapan yang tertumpuk oleh sesak
dipenuhi ragu.
Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka. Dan, kebersamaan cuma memperbanyak ruang tertutup.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku. Meski, diam-diam, aku masih saja menatapmu dengan cinta yang malu-malu.
Aku dan kamu, seperti hujan dan teduh. Pernahkah kau mendengar kisah mereka? Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan. Seperti itulah cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan....
Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka. Dan, kebersamaan cuma memperbanyak ruang tertutup.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku. Meski, diam-diam, aku masih saja menatapmu dengan cinta yang malu-malu.
Aku dan kamu, seperti hujan dan teduh. Pernahkah kau mendengar kisah mereka? Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan. Seperti itulah cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan....
Ada empat alasan utama kenapa aku
berani beli lagi novel dengan sinopsis yang sudah pasti jauh dari cerita
aslinya (Fyi, aku beli ini tahun lalu
tapi baru dibaca bulan Maret). Satu, novel ini adalah Juara 1 Kompetisi 100%
Roman Indonesia yang diselenggarakan oleh penerbitnya. Dua, novel ini adalah
karya kakak kelas aku di kampus. Tiga, aku suka dengan hujan dan berharap ada
analogi atau bagian-bagian romantic yang melibatkan hujan (that’s why I bought Rain Affair). Dan empat, aku penasaran gimana
sih tulisan kakak kelas yang bisa memenangkan lomba hebat ini tapi di kampus
koq adem ayem aja. Let’s review it now
J
Hujan dan Teduh menceritakan dua
kehidupan dari Bintang Dewantra. Kehidupan pertama di masa lalu saat dia duduk
di bangku SMA Bandung dan terlibat cinta terlarang dengan Kaila. Kehidupan
keduanya di masa depan saat dia mulai dunia perkuliahan di Jakarta dan terlibat
perang dingin dengan Noval. Kedua masa itu diceritakan bergantian di novel ini
(dengan bagian masa lalu di cetak miring). Salah satu juri Kompetisi 100% Roman
Indonesia, Winna Effendi, berkomentar bahwa novel ini ‘menyentuh dengan
sederhana, real apa adanya, cara
tutur yang tidak rumit, tetapi jujur dan indah’. Really?
Aku bingung mau ngebahas dari
mana, karena semua emosi akan novel ini campur-campur dan ah, pokoknya bikin
bingung. Aku lalu memutuskan untuk menulis bagian plus dan minusnya saja.
Plus
Satu. Covernya bagus banget. Hujan,
kupu-kupu dan juga warnanya adem sekaligus sendu.
Dua. Aku nggak ngitung berapa jumlah
bab di novel ini karena angkanya tidak tersedia. Tapi aku terkesan dengan
pemilihan judulnya. Contohnya seperti, ‘Bukan Sesuatu Yang Wajar’, ‘Keajaiban
Sebuah Cutter’, ‘Pengintip, Mata Buah Zaitun’ atau ‘Dan Para Setan pun
Bernyanyi’.
Tiga. Aku setuju dengan komentar Winna Effendi yang tercetak di cover, ceritanya mengalir apa adanya. Konflik-konflik
yang disajikan begitu erat dengan kehidupan teens
and young adult sekarang, pergaulan bebas, cinta buta, pencarian identitas
dan masalah lainnya yang seringkali tersembunyi dan menjadi gossip. Endingpun
dibuat real dengan dibuat menggantung dan bikin penasaran.
Empat. Perpaduan kisah past and present Bintang awalnya agak
membingungkan tapi lama-lama bikin penasaran!
Minus
Satu. Judul dan sinopsis sama sekali
tidak mencerminkan cerita aku yang ada didalam novel. God, I should stop buy this thing.
Dua. Karakter Bintang Dewantra ini
datar banget ya. Orang real di
kehidupan yang juga real sekalipun gak
punya emosi yang sedatar ini.
Tiga. Selain Bintang, rasanya aku juga
ngerasa asing sama karakter-karakter lainnya, Kaila, Dewa, Marsha, Daniel, btw
aku kesel banget sama Noval!
Empat. Aku nggak tahu bagaimana proses
pengeditannya, tapi banyak banget kalimat-kalimat yang terasa kosong dan gak
penting, bagian yang bisa saja dihilangkan dan sama sekali tidak mempengaruhi
cerita dan haruskah aku ngebahas tanda bacanya? Asumsiku sih kayaknya penerbit ‘buru-buru’
ingin menerbitkan para pemenang kompetisi yang sudah ditunggu-tunggu ini.
Lima. Cerita past and present yang sebelumnya mengesankan malah jadi
mengesalkan. Tidak ada korelasinya sama sekali. Aku pikir kehidupan Bintang di
Jakarta adalah efek samping dari kehidupannya di Bandung. Tapi ternyata tidak.
Padahal bakal lebih rame kalo ada korelasi dan cerita masa lalu itu menjadi
bagian penjelasannya sendiri.
Enam. Masih bagian past and present, karena cerita berpindah-pindah, aku harus selalu
beradaptasi. Sayangnya deskripsi berbunga-bunga sama sekali tidak membantu.
Tujuh. Setting di bagian present lebih kerasa kayak Bandung
daripada Jakarta, nggak ada detail yang menunjukkan mereka Jakarta. Aku malah
ngerasa settingnya di Bandung banget, tepatnya di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI). Banyak istilah perkuliahan yang UPI banget dan aku gak yakin
istilah itu ada diseluruh kampus di Indonesia. Ada baiknya di jelaskan lewat footnote, but it didn’t.
Dalam penilaianku terhadap novel
ini, bagian minus lebih banyak daripada bagian plus. Tapi aku nggak bisa
langsung melabeli bahwa novel ini jelek karena banyak review di Goodreads yang
menunjukkan bahwa mereka suka dengan novel ini dan jangan lupakan fakta bahwa
novel ini adalah juara satu sebuah kompetisi menulis. Mungkin novel seperti
Hujan dan Teduh ini tidak masuk selera membacaku dan tidak berhasil menghiburku
dengan ceritanya. Tapi aku nggak nyesel koq bacanya (tapi nyesel belinya). The
choice is yours :)
Blogwalking..
ReplyDeletenumpang comment :)
belum pernah baca karya wulan Dewatra, tapi covernya bagus ya
Setuju, memang kembali ke selera pembaca. Novel yang review-nya bagus di GR juga ada yang nggak masuk kategori seleraku. Nice review ^^
ReplyDelete@Nannia: Iya, cover dari penerbit ini emang pada bagus ;)
ReplyDelete@Keke:Yeeaaah, ada yg setuju hehehe. Thanks ;)
Wah, kamu udah baca beberapa buku GagasMedia yg dikasih buat #unforgotTEN. Mo minta rekomendasi dooong. --> http://reviewsbythegeek.wordpress.com/2013/06/27/unforgotten-for-me/
ReplyDeleteNumpang lewat dan numpang komen~
ReplyDeleteSalam kenal.
Aku setuju banget sama reviewmu ini. Sesuai banget deh sama yang aku pikirin Hehehe...
Ide mungkin bagus, tema ga biasa, tapi eksekusinya masih belum memuaskan. Jujur aja untuk nyelesein baca novel ini, aku ngeskip banyak bagian, cuma mau dapetin inti cerita aja. Dan ternyata...sampai akhir aku ngerasa nggak ada yang 'spesial'. Terutama sayang karena kisah masa lalunya cuma seperti 'tempelan' aja. Padahal bagus buat digali lebih jauh.
Aku nggak berani baca di skip-skip gitu karena takut ada yg kelewat. Tapi kayaknya emang gak ada yg pantas di tunggu. Sayang banget ya :( Btw makasih udah komen ;)
ReplyDeleteWaah, kayaknya kalau aku nemu ini aku bakal beli deh. Aku tipe orang yang gampang ketipu sama cover-nya .___.
ReplyDeleteTapi, thanks banget buat review-nya. Ada rekomendasi buku gak ttg hujan gitu yg keren? :D
Hmph! aku termasuk yang dikecewakan :(( percaya ato nggak, dari pas pertama beli taun kemarin itu, sampai sekarang belum berhasil namatin. Baru di bab awal dan susah banget buat move on (?) ke bab2 selanjutnya. sampe akhirnya loncat ke ending yaudah tutup buku. selese. ceritanya kayak gimana gak tau deh :p
ReplyDeletesayang banget, antara judul dan isi cerita tidak sesuai dengan ekspektasi saya. hehe
kayaknya harus beli nih, kata2nya ga rumit tp oke banget..
ReplyDeleteDear Dhila Kudou, buku yg tentang hujan yang keren? London: Angel ;p
ReplyDeleteDear Pink Usagi, nggak diterusin juga nggak apa-apa deh kayaknya. You don't miss anything :))
Dear Fayruz, minjem aja :p
aku belum pernah baca novelnya, dan setelah baca review dari kaka, aku jadi merasa beruntung karna gak usah beli novel ini, cukup meminjam punyan teman saja hahaha
ReplyDeletesampai sekarang saya nggak ngerti kenapa novel ini bisa jadi juara satu. Mungkin memang ini bukan my cup of tea.
ReplyDeleteudah lama minjem dari temen, dan ternyata novel ini nggak bikin 'gacin' lol. tapi endingnya ugh (?) banget, haha. dan setuju, kovernya manis sekali :-D
ReplyDeleteKenapa setiap penerbitnya gagas media, antara judul, cover sama isi g sinkron Ya ?
ReplyDeleteAtau emang gitu karakternya ?
Yang jelas setuju banget sama reviewnya,, ngecewain. :(
Sama kaya, novel goodbye happines terbitas gagas media juga, eh sinopsis di cover, bagus gila, dan ternyata isinya biasa aja :(
g seromantik sinopsis di cover.
aku belum baca ini karena gak terlalu yakin sama isinya._. stlh baca review ini, aku bakalan baca ini novel gak ya? atau novel ini masih harus mendekam di timbunan? haha.
ReplyDeletebtw, reviewnya bagus, singkat tapi jelas.
dan tentang yg gak singkron, itu cukup wajar karena katanya yg nulis novel sama yg nulis blurb itu beda orang, yaa setidaknya harus mendekati, ini gimana? hehe.
Kovernya indah, idenya menarik, tapi eksekusinya kurang greget klo dilihat dr review ini. Tp @ify_blink dkk sekelasnya pernah menjadikan novel ini utk drama kelasnya, ahh, aku jd penasaran seberapa indah drama itu, ketimbang novelnya ._.v
ReplyDelete