Windry Ramadhina –
Montase
Rayyi Karnaya adalah mahasiswa
semester enam di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Dia masuk
ke Peminatan Produksi karena paksaan papa, Irianto Karnaya yang merupakan
produser film ternama di Indonesia. Rayyi juga dipaksa magang setiap akhir
pekan di rumah produksi Karya Karnaya. Tapi jauh dilubuk hatinya, Rayyi
tertarik untuk masuk ke Peminatan Dokumenter. Dia jatuh cinta dengan film documenter
sejak almarhum ibunya mengenalkan The Man
with a Movie Camera. Dia melewatkan banyak kelas produksi dan diam-diam
masuk ke kelas documenter.
“Aku tergila-gila
kepada Dziga Vertov, sineas legendaris asal Uni Soviet, dan bermimpi membuat
film documenter sekelas The Man with a
Movie Camera suatu saat nanti.” – halaman 16
Rayyi mempunya tiga sahabat
dekat, Bev, Sube dan Andre. Dua diantaranya memanggilnya dengan nama ‘Bao Bao’.
Sebuah nama unik yang didapatnya saat bergadang mengerjakan tugas kelompok di
semester empat.
“Burung apa yang
bentang sayapnya dua setengah meter, keluar pada siang hari dan minum sirop?
Burung bao bao.” – halaman 132
Walaupun tersiksa dengan segala
hal tentang produksi film yang papanya jejalkan, Rayyi tidak pernah jujur bahwa
dia tidak minat dengan dunia yang membesarkan nama papanya itu. Mungkin karena
dia juga ingin menjaga hati keluarga satu-satunya itu. Makanya dia
mengerjakannya setengah hati dan curi-curi kesempatan untuk syuting film
dokumenternya. Tapi kehadiran mahasiswa pertukaran dari Jepang, Haru Enomoto,
merubah hidupnya. Rayyi jadi lebih percaya diri dan yakin bahwa dia mampu
membuat sebuah film dokumenternya sendiri. Kehadiran Haru memberi kasih sayang
yang tidak bisa dia dapatkan dari papanya ataupun teman-temannya. Haru bisa
dibilang inspirasinya. Sebuah film dokumenter dengan Haru sebagai objek utama
mendapat predikat ‘best documentary film of the week’ dari dosen tamu Samuel
Hardi.
Tokoh Rayyi ini seringkali kita
temui di orang-orang yang menanggung nama besar orangtua atau saudaranya atau
malah di diri kita sendiri. Yang dibutuhkan hanya sebuah keberanian untuk
menghilangkan baying-bayang itu dan juga menemukan sesuatu atau seseorang yang
menjadi muse kita J
Nama tokoh utama ini kadang
mengingatkanku dengan salah satu anggota RAN. Tapi Rayi yang itu tidak masuk
daftar aktor yang cocok untuk tokoh ini, jika diangkat menjadi film. Yang ada
di pikiranku malah Dimas Anggara ;D
Who’s your ‘character Thursday’
this week? :)
--
Character
Thursday
Adalah book blog hop
di mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau
telah dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa
menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh,
atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa
mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu
sudah difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau
foto aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.
Syarat
Mengikuti :
1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google
Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan).
Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan
Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button
Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower
kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di kotak di
button.
3. Buat posting
dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke
dalam postingmu.
3. Isikan link (URL)
posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: Nama
blogger @ nama blog, misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
4.
Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan
mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru
yang menarik…
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D