Sefryana Khairil
210 Halaman
GagasMedia, Juli 2013 (cetakan pertama)
Rp. 42.000,-
Adakah Tuhan sedang memberi jeda untuk kita atau memang tak ada nama
kita dalam takdir-Nya?
Menjalani hari bersamamu begitu menyenangkan. Tidak ada yang lebih daripada dirimu yang aku inginkan. Kita tenggelam dalam riuhnya impian, hingga baru tersadar setibanya di persimpangan. Aku dan kamu berbeda tujuan.
Namun, kita sama-sama ragu apakah perpisahan yang benar-benar kita inginkan. Kita memutar arah, berusaha kembali dari sudut yang berseberangan.
Mungkin kita bisa bertemu kembali di ujung jalan yang sama. Mungkin kita bisa merajut kembali mimpi yang tertunda.
Kalau saja belum ada dia...
Menjalani hari bersamamu begitu menyenangkan. Tidak ada yang lebih daripada dirimu yang aku inginkan. Kita tenggelam dalam riuhnya impian, hingga baru tersadar setibanya di persimpangan. Aku dan kamu berbeda tujuan.
Namun, kita sama-sama ragu apakah perpisahan yang benar-benar kita inginkan. Kita memutar arah, berusaha kembali dari sudut yang berseberangan.
Mungkin kita bisa bertemu kembali di ujung jalan yang sama. Mungkin kita bisa merajut kembali mimpi yang tertunda.
Kalau saja belum ada dia...
Coba Tunjuk Satu Bintang lagi rame-ramenya di timeline Twitterku dari sebulan yang lalu. Aku jadi tertarik untuk membeli. Pertama, sang penulis, Sefryana
Khairil, masuk ke dalam daftar penulis untuk seri Setiap Tempat Punya Cerita
dari Gagas Media. Penulis yang masuk ke proyek itu jelas bukan penulis biasa-biasa
saja. Kayaknya oke nih buat liat gaya penulisannya sebelum baca Tokyo: Summer Blossom-nya. Kedua,
aku ingin memberi kesempatan untuk novel-novel dengan sinopsis yang ‘mencurigakan’.
Karena ternyata diantara sekian banyak novel yang mengecewakan, masih ada yang
menghibur dan diluar ekspetasiku. Never
late to try again :D
Coba Tunjuk Satu Bintang menceritakan pertemuan kembali antara Marsya
dan Dio setelah tiga tahun berpisah. Mereka dulu adalah pasangan yang sangat
bahagia dan sudah siap menikah. Tapi Dio memilih untuk mengejar mimpinya untuk
bekerja di Hamburg dan membatalkan pernikahan. Tiga tahun berlalu, Dio kembali
dengan permintaan maaf dan berharap bisa kembali bersama Marsya. Kedua teman
baik mereka, Rama dan Kimmy juga berusaha menyatukan mereka lagi. Tapi Marsya
masih sakit hati dan trauma. Dia menghindari Dio sebisa mungkin dan mencari ketenangan
di dekat Andro.
“Terkadang cinta
harus saling melepaskan agar bisa saling menemukan.” – halaman 203
Segala hal yang ditawarkan oleh Coba Tunjuk Satu Bintang sangat
mengecewakan, untukku. Ceritanya gampang ditebak dan tidak ada konflik yang
menjadi inti ceritanya. Hanya dua manusia yang masih saling sayang tapi terlalu
gengsi untuk mengalah dan mengungkapkan perasaan itu duluan. Cerita yang datar
itu juga dibentuk oleh gaya bahasa yang kaku. Percakapannya cenderung tidak
penting, malah bisa saja dihilangkan tanpa menganggu jalan cerita. Padahal daripada
memperbesar ukuran huruf, percakapan itu diperbaiki atau dikembangkan, jadi jumlah
halamannya mungkin akan lebih banyak. Selain itu banyak cerita kecil yang juga
bisa dikembangkan seperti, kedua sahabat mereka, Rama dan Kimmy, latar belakang
keluarga Dio atau karir melukis Marsya. Bahkan astronomi yang katanya menjadi
keunikan novel ini hanya muncul di kutipan-kutipan singkat sebelum bab baru
dimulai. Kisah mau-tapi-gengsi antara Dio dan Marsya malah lebih banyak terjadi
di pantai daripada di langit sana. Hmm, koq bisa gitu ya?
pembatas bukunya menyerupai teropong bintang
Rasa kecewaku terhadap novel,
atau novella, ini menimbulkan sebuah pertanyaan. Kenapa penulis yang menulis
cerita seperti ini bisa masuk ke daftar penulis Setiap Tempat Punya Cerita?
Novel yang sudah dia terbitkan sudah cukup banyak, tapi kenapa novel terbarunya
ini terasa novel karya penulis baru? Lalu aku menelusuri profile page Sefryana
Khairil di Goodreads. Diantara novel-novel karyanya, ada sebuah novel berjudul ‘Pada Satu Bintang’ yang terbit pada tahun 2009. Sinopsisnya tidak jauh dari masalah
perbintangan dengan tokoh bernama Dio dan juga Marsya. Apakah Coba Tunjuk Satu Bintang adalah novel re-publish dari ‘Pada Satu Bintang’? Re-publish sih oke-oke aja, tapi aku
berharap isinya di revisi dan lebih baik dari edisi sebelumnya. Hal yang
menghibur dari Coba Tunjuk Satu Bintang mungkin hanya design covernya yang sangat menarik, layout di bagian dalam buku unik, kutipan-kutipan yang cukup
menggalaukan dan juga pembatas bukunya yang menyerupai teropong bintang. That’s it.
At last, Coba Tunjuk Satu
Bintang benar-benar di luar ekspetasiku, in opposite way. Kalo kamu masih penasaran, saran aku sih jangan
beli, minjem aja. Walaupun begitu aku masih tertarik untuk menunggu, membeli (mungkin)
dan membaca karya Sefryana Khairil selanjutnya, Tokyo: Summer Blossom. Semoga rasa kecewa ini
bisa terobati :D
Kata2nya bagus bgt. Sprtinya bagus, hanya sy tdk prnah bisa bca novel smpai habis. :(
ReplyDeleteNovelnya lumayan singkat koq. Boleh coba dibaca :)
ReplyDeletenovelnya bagus, cuma ketipisan buatku hehe. jadi pengen baca novel berikutnya :D
ReplyDeleteaku juga gak terlalu sreggg gimana gitu.. buku terlalu tipis kurasa untuk ukuran buku yang ada konflik dan pemecahan secara bertahapnya.
ReplyDeleteDesign cover novel sekarang emang banyak yang menarik ya, tapi suka ragu sama isinya :(
ReplyDeleteDesign cover novel sekarang emang banyak yg menarika, tapi suka ragu sama isinya. "Coba Tunjuk Satu Bintang" juga sebenernya judulnya menarik kata aku sih :|
ReplyDeletepertama kali liat cover sama judulnya langsung menarik perhatian gitu ya..
ReplyDeletetapi kalau boleh tau (berhubung belum pernah baca langsung novelnya) judulnya itu menggambarkan isi ceritanya ga sih?
Baru ngeh kalo pembatas bukunya itu nyerupain bentuk teropong u,u
ReplyDeleteDan sepertinya sehati nih, aku juga sedikit-banyak kecewa sama novel ini. Enggak kayak novel-novel Sefryana Khairil sebelumnya. Cerita di novel ini gampang banget di tebak u,u
Tapi semoga saja, di karya selanjutnya (STPC London) enggak mengecawakan. Ammiin :)
BTW, salam kenal :D
Suka sama covernya :3 sampai sekarang belum beli sih karena emang nggak pede dengan review-review yang ada. Tapi liat dari quote2 yang di share pada bagus loh padahal. hehehe
ReplyDelete@Rima: Aku tertipu dengan covernya yg manis :'(
ReplyDelete@Anya: Ceritanya kedua tokoh utama didekatkan dengan astronomi. Tapi mereka nggak maen tunjuk-tunjuk bintang koq :p
@Ila: Semoga Tokyo nggak mengecewakan ya ;)
@Pink Ugasi: Udah minjem aja :p
Ini buku Sefryana yang pertama kali kubaca. Sama kayak kamu, aku juga penasaran sama karyanya mbak Sefryana ini. Tapi pas udah baca.. err.. kok kayaknya ceritanya cetek bener yak. Padahal Sefryana ini udah benyak menerbitkan buku. Salah satunya Sweet Nothings, yang katanya bagus tapi sampai sekarang belum juga aku baca. :p
ReplyDeletesaya sihsudah punya novel CTSB tapi belum sempat dibaca karena tumpukan tugas kuliah. Tapi dgn baca review kamu saya jadi tahu bagaimana gambaran novel ini. Makasih ya.
ReplyDeleteOh iya, blogmu manis. :))
Iya, saya juga awalnya tertarik dengan novel ini mengingat Sefryana bukan seorang penulis baru. Ditambah dengan covernya yang menarik, saya langsung membeli novel Coba Tunjuk Satu Bintang. Kekurangannya ya karena rasanya ceritanya sudah biasa. Tentang pria dan wanita yang berpisah kemudian bertemu kembali. Tapi overall (tidak ingin larut dalam kekecewaan), novel ini dapat dijadikan bacaan ringan.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete