Wednesday, May 28, 2014

Allegiant

Veronica Roth
496 halaman
Mizan Fantasi, Mei 2014
Rp. 65.000,-

Bagaimana bila seluruh hidupmu adalah dusta? Dan satu kebenaran—seperti satu pilihan—mengubah semua yang kau percaya?

Tak ada lagi faksi, tak ada lagi panduan, hanya ingatan akan pengkhianatan. Tirani lain mengancam, para factionless yang selama ini terbuang mengambil alih kekuasaan.

Tris ingin ke luar batas kota dengan Tobias, bebas dari dusta dan prasangka. Tetapi realitas baru mengubah hati orang-orang yang dicintai Tris. Sekali lagi Tris harus berjuang untuk memenangkan hati mereka. Perjuangan yang menuntut semua keberanian, kesetiaan, pengorbanan, dan cintanya.

Allegiant, pamungkas Trilogi Divergent yang dinanti-nanti oleh jutaan pembaca di dunia setelah Divergent dan Insurgent.

Allegiant! Seri terakhir dari Divergent Trilogy akhirnya terbit dalam Bahasa Indonesia.  Aku deg-degan banget waktu pergi ke toko buku dan beli novel ini. Soalnya tahun lalu, sekitaran bulan Oktober saat novel ini pertama kali terbit, banyak yang katanya kecewa, marah dan nggak suka. John Green juga ikut angkat suara. Waktu itu aku belum tau apakah dia ikut setuju atau ngomong apa. Pokoknya aku ngehindari spoiler abis-abisan. Eh, taunya ada sebuah komentar di laman Instagram Ansel Elgort yang aku curigain sebagai spoiler. Tapi aku cepet-cepet lupain, cepet-cepet baca dan beresin novel ini juga. Now, lt’s review it :)

Setelah berhasil menyebarkan video Edith Prior, Tris dan teman-temannya ditahan. Tobias sendiri bebas karena dia dijadikan tangan kanannya ibunya, Evelyn, pemimpin factionless yang mengambil alih kekuasaan Jeanine. Setelah ditanyai dibawah pengaruh serum kejujuran, Tris dan teman-temannya dibebaskan. Tapi mereka tidak suka dengan kehidupan tanpa fraksi yang membingungkan dan masih rawan kekacauan. Lalu Tris diajak orang misterius untuk mengikuti sebuah perkumpulan yang dinamai Allegiant. Misi mereka adalah mengembalikan fungsi fraksi-fraksi dulu dan mengikuti perintah dalam video Edith Prior untuk mengirimkan Divergent ke luar pagar perbatasan. Tris, Tobias, Cara, Christina, Uriah, Peter dan Caleb ditunjuk untuk pergi. Dengan pengorbanan sebuah nyawa, mereka berhasil keluar. Kenyataan yang mereka hadapi di luar kota sangat mengejutkan. Kota mereka, Chicago, ternyata adalah kota percobaan untuk menghasilkan orang-orang dengan gen sempurna, yang mereka kenal sebagai Divergent dan mempunyai kode MG (Murni Gen). Orang-orang yang tidak mempunyai gen sempurna diberi kode RG (Rusak Gen). Tobias sangat kecewa saat menemukan dia tidak memiliki susunan gen seperti milik Tris. Itu artinya selama ini dia bukan seorang Divergent dan dikategorikan sebagai manusia ‘rusak’. Nita, seorang peneliti yang juga dikategorikan sebagai RG, mengajaknya dalam sebuah misi rahasia agar MG dan RG punya kesetaraan.

"Setiap orang menyimpan kejahatan di dalam dirinya, dan langkah pertama untuk mencintai seseorang adalah dengan menyadari bahwa kita sendiri pun memilikinya sehingga kita mampu memaafkan orang lain." – halaman 263

Rasanya campur aduk saat aku baca Allegiant ini, apalagi pas bagian ending-nya. Banyak hal yang bikin aku agak pusing. Pertama, penceritaannya memakai dua point of view, Tris dan Tobias. Kadang aku salah mengerti, selalu mikir Tris yang ngomong, eh ternyata itu Tobias. Ternyata penggunaan dua PoV itu ngebantu aku kenal lebih dekat dengan Tobias, yang selama ini aku lihat sangat kuat. Nyatanya dia juga punya sisi rapuh dan takut yang cukup besar. Yang aku juga sukai dari PoV Tobias adalah besar rasa cintanya buat Tris, hehehe. Kedua, nama-nama karakter lain selain Tris dan Tobias. Aku baca Insurgent setahun yang lalu, udah lupa deh sama siapa dan peran mereka. Yang aku inget sih cuma tokoh-tokoh yang ada di Divergent dan juga muncul di film adaptasinya. Aku baca terus deh daripada harus buka-buka dua novel yang sebelumnya. Ketiga, masalah MG dan RG. Terkuak sudah semua kebohongan, tipu daya, kepalsuan dan propaganda. Ceritanya jadi sangat berbeda dengan dua buku sebelumnya.Aku ngerasa sama syoknya sama Tris, Tobias dan lainnya. Tapi aku kagum dengan ide gen itu. Gila. Kamu-kamu baca sendiri, deh, biar lebih ngerti dan ngerasain efeknya.

And here comes the ending.                                                                                                                                                       
Aku sedih, marah dan ngerasa hampa. Aku tidur dulu sekitar satu jam buat ngehapus semua rasa itu. Lebay banget ya. It really helps, walaupun aku masih ngerasa ada yang nggak enak di dalam dada. Tapi bukan berarti aku bakal ngelakuin hal-hal yang disuarakan pembaca di luar negeri, seperti berhenti baca karya Roth dan menonjoknya kalo ketemu di jalan. Itu baru namanya lebay.

Kalian-kalian yang belum baca pasti nanya, ‘emang endingnya gimana sih?

Di penghujung cerita, seorang tokoh kesukaan semua orang melakukan sebuah pengorbanan yang besar demi cinta. Tindakannya itu bikin banyak orang selamat, banyak orang juga yang jadi merana. Pembaca di luar itu marah karena mereka jadi ikut-ikutan merana. Mereka juga nyesel baca novel yang bikin mereka malah sedih, bukannya bahagia. Mereka pada nyalahin penulisnya deh.

Aduh, duh, It’s fiction, people.

Aku juga sedih. Tapi aku senang dengan keputusan penulisnya bikin ending yang beda. Aku malah selalu menghargai penulis yang ngasih ending yang nggak biasa, alias jauh dari happy ending yang ideal. Tindakan itu bikin bikin kita lebih realistis dan nggak kejebak di kehidupan fiksi yang kadang terlalu ‘wah’ buat dunia nyata.


At last, Allegiant ini menuntaskan rasa penasaranku dan menjawab pertanyaan yang terkumpul dari seri Divergent dan Insurgent. Aku hanya berharap film adaptasinya nanti, yang rencananya akan dibagi menjadi dua bagian, tetep ngikutin ending cerita ini ;)

30 comments:

  1. Jadi males deh gan mau beli yg allegiant - padahal insurgent dah bikin penasaran banget. Tapi ternyata di "luar kandang" chicago itu masih banyak "kandang2" yg lain ya? Berasa cape ga sih konfliknya seputar itu saja.. endingnya jg dah tau gw.. ya walau fiksi tapi kan kayanya gmn gtu kalo emosi pas baca itu emosi sebagai tris kalo ujung2 nya : ( ga jadi beli deh

    ReplyDelete
  2. "Penasaran bgt kepingin bca ketiga trilogi itu...tapi memang biaya yg menjadi kndala bagiku..soga ikutan ini bs dapt yang gratis amiiieen ...salam kenal

    ReplyDelete
  3. jadi kepingin bisa baca trilogi ini....tapi memang biaya yang jadi kendala,,,,,,,smoga dg ikut ini bs dpt bku gratis yang menginspirasi

    ReplyDelete
  4. Ini sih bukan beda lagi, tapi merombak total kisahnya :))

    Di buku pertama menjadi berbeda jadi masalah, di buku 3 ini menjadi berbeda justru berkah?

    Tampaknya penulis tahu dua buku pertamanya banyak sekali plothole, dan tahu juga bahwa perkembangan dua karakter utamanya jadi menyebalkan sekali di buku dua :))

    Melihat ending dan penjelasan mengenai gen, lagi-lagi aku mempertanyakan tujuan Jeanine, apa tujuannya sebenarnya? Dia iri gitu karena tidak Divergent? Oh ya ampun :))

    Trus soal Tobias yang ternyata nggak Divergent (yang berkorelasi dengan buku pertama). Kalau Tobias yang bisa manipulasi 3 serum: simulasi, kejujuran, dan entah serum bikin Erudite, lalu gimana dengan mereka yang tidak bisa memanipulasi serum apapun kayak Christina misalnya, Apakah mereka termasuk gen yang kurang baik juga?

    Dan, begitulah x))

    ReplyDelete
  5. Penasaran banget kek apa sih cinta yang di perjuangin.

    ReplyDelete
  6. Kok ceritanya jadi gini sih ,kok gak menarik banget,udah itu kok ada MG dan RG.Jadi bingung deh kak :D

    ReplyDelete
  7. Ughh... jadi makin pengen belum ini buku trilogi. (Iyeee..norak belum punya juga... hikshiks...) Gegara baca ini review, aku sudah membulatkan tekad harus beli trilogi Divergent. HARUS..

    ReplyDelete
  8. Well, Allegiant menutup trilogi Divergent dengan cukup tidak memuaskan. Why? Di buku Divergent pertama, Veronica Roth membuka ceritanya dengan klasifikasi sifat manusia ke dalam 5 kategori. Cerita yang dibangun menurutku good, walaupun masih banyak plothole yang mungkin dijelasin dibuku ke2. Pas baca Insurgent, udah mulai ngerasa cerita udah ga sekreatif seperti buku pertamanya.
    Dan dibuku ke3, Allegiant, hal pertama yang aku rasa : LAH kok gini banget?
    Mash banyak hal-hal yang non-sense (I'm talking to GENES ans SERUMS!)

    Banyak readers yang bilang Divergent mirip sama Hunnger Games. Tapi menurutku persamaannya cuma terletak pada instalmen ke3 masing - masing buku, yang kurang bagus seperti pendahulunya, LOL:)


    Oya, kalau mau baca buku distopia coba deh novel Unwind by Neal Shusterman!thrilling dan seru banget;)

    ReplyDelete
  9. ending yaa si Tris mati yaah ? kasian bang four ;(
    gak happy ending kaya mocking jay dong peeta sama katnis menikah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf Mbak, bisa tolong Jangan spoiler Mbak, krn tidak bakal seru film ataupun novel apa bila yg belum membaca dan menonton mengetahui endingnya...tidak murni seru dan penasaran, karena disitu hiburannya kita sebagai pembaca ataupun maniak film.

      Delete
  10. Sebenernya buku dytopia fiction ini sama sekali bukan untuk orang Indonesia, yang amat sangat tidak terbiasa dengan fiksi tapi sangat terbiasa dengan kacang goreng romance. Jadi perihal serum and dna serta other stuff, saya yakin orang sini apa lagi perempuan baca cerita macam begini langsung yungsep ke jurang. Ini sebabnya cerita fiksi lokal nggak berkembang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. G jg sih.. Aq org indonesia tp suka crta fiksi kyk DNA GEN.. Ktimbang novel menye* yg sok romantis.. Heeee

      Delete
  11. Gan jangan komentar kok gak nyambung. Film divergent udah keluar udah lama gan 2012 kalo gk salah . Folm insurent tanggal 20 maret

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini bahas buku bro..bkn bahas film
      Klo bukunya trilogi sdh kluar smua,tgl film allegiant nya yg blm..oon

      Delete
  12. Jangan2 Trisnya Hidup lagi ternyata ga beneran mati kek yang lain. Udah mati taunya idup lagi... Yang diomongin Gen -_- Gaada percintaanya..

    ReplyDelete
  13. Kirakira buku ini bakalan dijadiin film gak? dan beli bukunya dimana? apa digramedia atau toko buku ada?

    ReplyDelete
  14. kalo dibatam digramed ada ga?

    ReplyDelete
  15. Bagusan Divergent. 2bulan yg lalu nonton film Insurgent berasa aneh. kok malah lbh bagusan divergent. endingnya jg ahh payahh..

    ReplyDelete
  16. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  17. Duh..kok aku malah pgn baca novel karangan reviewernya...^_^ psti mnarik.. dan akan sgt aku hargai krn membuat sbuah cerita itu tdk lah semudah memberi pnilaian.. ;) . Aku tunggu novelmu.

    ReplyDelete
  18. Baca juga pelengkap trilogi.ny
    Jdulnya FOUR, disitu diceritain tentang four sbelum ada tris dan sdkit tentang mrka berdua
    Stelah bca ni jd mkin demen ma karakter four :)

    ReplyDelete
  19. Sebenernya ngga kecewa juga sih baca bukunya. Cuma pas ending dalem ati 'lah kok gini' (sambil nangis2 gajelas). Tapi seneng aja endingnya antimainstream. Ngehargain banget imajinasi Roth. Tiap baca buku fantasi selalu kagum sama penulisnya, bisa gitu ya mereka dapet pemikiran keren gitu. Mereka bisa bikin kita yg baca masuk ke dunia di cerita itu. Salutsalut!

    ReplyDelete
  20. Sebenernya ngga kecewa juga sih baca bukunya. Cuma pas ending dalem ati 'lah kok gini' (sambil nangis2 gajelas). Tapi seneng aja endingnya antimainstream. Ngehargain banget imajinasi Roth. Tiap baca buku fantasi selalu kagum sama penulisnya, bisa gitu ya mereka dapet pemikiran keren gitu. Mereka bisa bikin kita yg baca masuk ke dunia di cerita itu. Salutsalut!

    ReplyDelete
  21. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  22. Aku juga lebih suka sama divergent. Lebih kreatif ceritanya. Tapi ga apalah aku suka tokoh tris dan four. Couple warrior bangeet...

    ReplyDelete
  23. Selalu suka karangan science fiction orang luar negeri masuk di akal. Di Indonesia udah ada yang genre itu tp menerutku bahasanya dipaksain ilmiah.

    ReplyDelete
  24. Abis Allegiant masih ada Ascendant,infonya dari sheilene woodley(tris)

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D