Luntang Lantung
Genre:
Drama/Comedy
Sutradara:
Fajar Nugros
Pemain:
Dimas Anggara, Muhadkly
Acho, Lolox, Dhea Seto, Kimberly Ryder, Soleh Solihun, dan Joe Project P
Selepas lulus kuliah, Ari Budiman
bersama dua temannya, Suketi dan Togar sibuk mencari pekerjaan. Daripada
menganggur, dia melamar sebagai sales oli, sementara Suketi mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik dan membuka bengkel sendiri. Suatu hari dia
mendapatkan telepon dari nomor yang tak dikenal dan menawarinya pekerjaan
sebagai head IT manager. Ari sadar kalau kantor tersebut salah orang. Tapi dia
terima pekerjaan itu. Masalah bermunculan dari rekan kantor yang kompetitif,
munculnya Bella, wanita yang lebih menarik dari pacarnya yang juga merupakan
adik Togar, Tiur dan tantangan kerja yang di luar kemampuannya.
Luntang Lantung rame dan kocak! Agak mengejutkan sih. Ceritanya
apik, akting pemainnya oke dan kualitas scenes/gambarnya
lumayan. Untuk bagian cerita, perjuangan nyari kerja itu bikin nyesek dan jleb
banget. Jadi akunya ngerasa nyambung sama kisah Ari Budiman ini. Hal lain yang
bikin aku suka dengan film ini adalah jalan-jalan tiga sekawan itu ke Medan.
Mereka memperlihatkan sesuatu yang belum aku ketahui soal Medan, seperti
bandaranya yang terlihat futuristik, fasilitas kereta yang keliatannya mirip
kereta bawah tanah Eropa dan tak lupa hal tradisional dan budaya seperti buah
durian dan bentor. Wow, ternyata Medan maju juga, ya. Untuk bagian pemain, Dimas
Anggara yang lebih kukenal dengan peran romantis nan serius ternyata bisa
ngelucu. Terus jangan lupain Muhadly Acho dan Lolox yang bermain sangat
natural. Chemistry pertemanan di
antara mereka bertiga kerasa banget!
My favorite scene: Ari, Suketi dan Togar mengejar Tiur yang diculik Ronald dengan naik
bentor. Sumpahnya bikin ngakak!
***
Marmut Merah Jambu
Genre:
Drama/Comedy
Sutradara:
Raditya Dika
Pemain:
Raditya Dika, Franda,
Kamga Mo, Christoffer Nelwan, Sonya Pandarmawan, Julian Liberty, Dewi Irawan, Bucek
Depp, Dina Anjani, Tio Pakusadewo dan Jajang C. Noer
Dika mengunjungi rumah cinta pertamanya, Ina, yang akan menikah
keesokan harinya. Dia malah bertemu dengan ayah Ina yang menuduhnya melukainya
dulu. Ayah Ina memberinya waktu singkat untuk menjelaskan semuanya. Dika lalu
bercerita panjang lebar, mulai dari dirinya semasa SMA yang ingin menjadi anak
populer dan mendapatkan pacar cantik. Bersama temannya, dia mendirikan klub
detektif. Di kasus mereka yang pertama, Cindy muncul dan membantu memecahkan
masalah. Satu hari muncul sebuah ancaman kepada kepala sekolah dalam bentuk
teka teki membingungkan.
Marmut Merah Jambu ini
berbeda dengan film Raditya Dika sebelumnya. Walaupun masih mengangkat cerita
dari buku yang dia tulis berdasarkan pengalaman pribadinya, Dika kini lebih
banyak berada di belakang layar. Dia tetap muncul di layar, namun hanya
sedikit. Dia memberikan sisa ceritanya kepada Dika remaja yang terbilang
terlalu imut hehehe. Di debut Dika sebagai sutradara film layar lebar, aku
perhatikan kualitas gambarnya lebih bagus bahkan bikin wajah Dika jadi terlihat
sangat mulus (seriusan!). Suaranya pun terasa pas dengan
gambar, tidak seperti film Indonesia lain yang terdengar seperti di-dubbing atau ditempel suara tambahan.
Untuk bagian cerita, aku lumayan suka dan kagum dengan begitu
banyaknya cameo yang muncul. Anehnya,
aku malah nggak suka dengan ending-nya,
jauh berbeda dengan komentar dan tweet
yang mengelu-elukan ending yang
terbilang manis dan punya twist.
Menurutku ending-nya terlalu cepat,
cepat datang dan cepat selesai. Aku juga ngerasa ada dua standar untuk masalah
cinta pertama. Penyelesaian cinta pertama Dika untuk Ina itu lamaaaa banget,
tapi untuk kasus cinta pertama Cindy terjadi begitu saja. Mungkin, mungkin saja
itu tergantung pada kemampuan dan keinginan kita untuk tetap menjadi seekor marmut (merah jambu) yang berlari di roda.
My favorite scene: Dika
remaja meminta maaf kepada Cindy dengan menyanyikan lagu Sheila On 7 – Anugerah
Terindah Yang Pernah Kumiliki.
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D