Wednesday, August 20, 2014

Al Dente: Waktu yang Tepat untuk Cinta

256 Halaman
GagasMedia, Juni 2014
Rp. 46.000,-

Agar matang sempurna, ada takaran waktu yang tepat untuk pasta.
Begitu pula cinta. Ada waktu yang tepat untuk cinta.
Namun, waktu malah mempertemukan kita dengan orang-orang dari masa lalu.

Aku yakin cintamu hanya untuk dia yang selalu kau cinta sejak lama; dan cintaku ini hanya untuknya—orang yang kutunggu sejak dahulu.

Maafkan aku, kau bukanlah orang yang kuinginkan. Kau bukanlah orang yang kuharapkan.

Kita tak pernah tahu pasti kapan cinta datang, bukan? Hanya ketika merasakannya, barulah kita tahu bahwa telah tiba waktunya untuk cinta. Dan, hatiku telah lama merasakan aku ditakdirkan untuk dia; dia yang masih saja membuatku penuh debar saat di dekatnya.

Usah lagi tinggalkan hangat bibirmu di bibirku. Usah sisipkan kata cinta di dalamnya. Lepaskan pelukmu dan kumohon jawab tanyaku; bolehkah aku meninggalkanmu?

Novel Al Dente: Waktu yang Tepat untuk Cinta ini aku dapatkan dari giveaway di Goodreads. Menang giveaway di situs paling kusuka. Unbelievable, ya? Karena begitu excited, aku memajukan jadwal baca novel ini, melewati novel-novel lain yang sudah lama menimbun di kamar hehehe. Let’s review it now :D

Cynara ‘Nara’ Pratita dan Benjamin ‘Ben’ Farid sudah saling kenal dari kecil. Nara bersahabat dengan adik Ben, Anindita (Dita), begitu pula dengan kedua keluarga mereka. Perjodohan dirancang saat mereka dewasa dan mereka pun menikah. Nara menerima perjodohan karena dia yakin Ben memang ditakdirkan untuknya. Sedangkan Ben baru menyadari semenjak dulu dia sudah menyukai Nara. Dia menunjukannya dengan sebuah janji, di setiap tanggal pernikahan mereka, dia akan memasak makanan kesukaan Nara, pasta.

Di bulan pertama pernikahan mereka, Nara menemukan album lama milik Ben yang memuat foto yang cukup akrab antara Ben dan seorang perempuan bernama Milly. Nara menuduh Ben masih punya perasaan untuk Milly. Saat itu pula, laki-laki impian Nara muncul lagi. Dia adalah Elbert ‘El’ Octavio, kakak tingkatnya semasa kuliah.

"Sejak kecil, aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan, Ben. Dan, aku nggak pernah menginginkan seseorang yang telah kuanggap sebagai kakak malah menjadi suamiku. Tapi, akhirnya, aku mengerti ada keinginan yang nggak bisa kucapai." – halaman 41

Al Dente: Waktu yang Tepat untuk Cinta ini sepertinya tidak ‘dimasak’ secara sempurna. Banyak bagian yang membuatku bosan, bingung, bahkan kesal sendiri. Padahal aku suka sekali dengan premis perjodohannya. By the way, aku selalu suka dengan cerita perjodohan. Jadi begitu makna perjodohan tersirat di bab pertama, aku langsung tenggelam ke dalam ceritanya, apalagi gaya bahasanya lumayan enak dibaca. Tapi makin dalam, aku tidak tertarik lagi.  Karakter Nara ini menyebalkan. Dia tidak begitu antusias menerima Ben sebagai suaminya, lalu marah-marah karena Ben punya keakraban dengan perempuan lain, tapi dengan datarnya pergi ‘berkencan’ dengan laki-laki lain. Karakter Ben sih agak mending. Dia masih mau memikirkan masalah dan mencari solusinya. Namun pelaksanaanya tidak selalu berhasil.

Mereka berdua sepertinya punya masalah dengan cara berkomunikasi. Mereka sama-sama mengharapkan pasangannya bisa membaca pikiran atau tingkah laku masing-masing. Padahal, kan, kalo mereka mau duduk selama lebih dari lima menit dan mengobrol, masalahnya nggak bakal berputar-putar. Chemistry antara Nara dan Ben juga tidak terasa. Aku juga tidak mengerti bagaimana kontak fisik di antara mereka, seperti berciuman dan bercinta, nggak berdampak sama sekali ke hubungan mereka. Apa harus muncul cinta dulu atau sebegitu ogahnya Nara sama Ben? Dan bagian ending-nya itu terlalu cepat dan nggak mengharukan sama sekali, tidak seperti review ditulis penghuni Goodreads lain.

"Kalian kan saling mencintai, semestinya mudah untuk saling memperbaiki. Kecuali, ya, itu … selingkuh. Ketika seseorang berani mencintai orang kedua, berarti ia tidak cukup atau bahkan sama sekali nggak pernah mencintai orang pertama." – halaman 177

Ada satu bagian, bukan cerita, yang pengen aku komentari, yaitu penulisan nama para karakter yang tidak konsisten. Masing-masing punya nama lengkap dan nama panggilan. Setauku umumnya, nama lengkap mereka diperkenalkan di bagian awal cerita, sedangkan nama panggilan digunakan dari sana sampai akhir cerita. Tapi di sini, nama lengkap dan nama panggilan muncul secara bergantian. Kesannya nggak konsisten. Terlebih lagi melihat penggunaan point of view orang pertama atau ‘aku’. Contoh, dalam POV milik Ben, di bagian dialog dia memanggil istrinya dengan ‘Nara’. Di dialog berikutnya malah berganti menjadi ‘Cynara’. Di bagian narasi juga begitu. Ini juga terjadi kepada nama karakter lain, seperti Dita dan El. Aku nggak ngerti kenapa penulisannya seperti ini. Tapi rasanya itu seperti terus diingatkan, ‘nama lengkap Nara itu Cynara, loh’.

Walaupun sebagian besar isi novel ini membuatku mengerut kening, ada beberapa bagian yang membuatku jadi agak melankolis. Aku lupa ceritanya tentang apa, yang jelas aku jadi teringat pengalaman pribadi. Aku serius. Aku sempat berhenti beberapa kali untuk mengingat-ngingat, sekedar menarik nafas bahkan memilih untuk tidur saja. Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, cerita perjodohan selalu menarik buatku. Oh, iya, ada satu bab di mana Nara menjelaskan bagaimana pasta bisa disebut al dente. Penjelasannya itu sangat panjang, begitu rinci dan agak melenceng dari cerita. Tapi lumayan, lah buat pengetahuan soal masak memasak.

At last, Al Dente: Waktu yang Tepat untuk Cinta memang tidak memberikan yang aku mau, tapi bisa memberikan momen melankolis yang mengejutkan. Ini pasti karena ‘perjodohan’-nya itu. Semoga novel selanjutnya punya kematangan yang lebih pas sehingga bisa kunikmati :)

3 comments:

  1. waaa diniii, baru aja minggu kemaren aku beli novel ini :) kurang greget sih, aku malah jadi anti-Nara gegara sikapnya yang seolah-olah nyalahin perjodohan itu. Thanks anyway reviewnya, tar aku link ke blogku boleh?

    ReplyDelete
  2. @Eka: Kita Team Ben ya hahaha. Boleh koq, asal ngelink balik ke blog ini :)

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D