Ria Destriana
222 Halaman
Ice Cube, Maret 2014
Rp. 39.000,-
"Kenapa? Bukannya dia suka sama kamu? Aku bisa tahu dari cara dia
melihat kamu."
"Iya. Dia suka sama aku. Tapi dia tahu kalau aku lebih suka sama kamu…."
Sara dan Ryan. Dua orang yang saling menyayangi ini memutuskan untuk berpisah karena sering bertengkar. Mereka mengira semua akan berjalan baik-baik saja. Tidak ada drama putus cinta yang akan mengikuti kehidupan sehari-hari mereka.
Sampai suatu hari, ketika Sara menggandeng Bona, cowok cakep sekolah sebelah, di depan Ryan. Ryan marah, tidak terima kalau Sara sudah bisa melupakan dirinya. Dia pun memutuskan pacaran dengan murid baru yang imut dan cantik, Lala.
Aksi pamer kemesraan pun mewarnai kehidupan sekolah mereka. Tidak ada yang mau mengalah, mereka saling menyerang. Ryan yang selalu terlihat bareng Lala dan Sara yang selalu diantar jemput oleh Bona.
Namun, entah mengapa ketika malam hari tiba rasa rindu pun ikut menyergap…
"Iya. Dia suka sama aku. Tapi dia tahu kalau aku lebih suka sama kamu…."
Sara dan Ryan. Dua orang yang saling menyayangi ini memutuskan untuk berpisah karena sering bertengkar. Mereka mengira semua akan berjalan baik-baik saja. Tidak ada drama putus cinta yang akan mengikuti kehidupan sehari-hari mereka.
Sampai suatu hari, ketika Sara menggandeng Bona, cowok cakep sekolah sebelah, di depan Ryan. Ryan marah, tidak terima kalau Sara sudah bisa melupakan dirinya. Dia pun memutuskan pacaran dengan murid baru yang imut dan cantik, Lala.
Aksi pamer kemesraan pun mewarnai kehidupan sekolah mereka. Tidak ada yang mau mengalah, mereka saling menyerang. Ryan yang selalu terlihat bareng Lala dan Sara yang selalu diantar jemput oleh Bona.
Namun, entah mengapa ketika malam hari tiba rasa rindu pun ikut menyergap…
Kalau tidak berminat mengikuti
lomba menulis yang diselenggarakan oleh Ice Cube, kayaknya aku nggak bakal
pernah kepikiran buat baca We Quit Us.
Karena salah satu syaratnya adalah potongan dari pembatas novel Seri
Bluestoberi. Novel ini aku pilih berdasarkan cover, judul yang menurutku unik, sinopsis di bagian belakang dan .
. ehem, harga, hehehe. Aku sih nggak jadi ikutan lombanya. Tapi aku merasa
punya beban untuk membaca setiap buku yang aku beli, apapun alasannya. So,
setelah diundur beberapa kali, aku akhirnya membaca novel ini. Now, let’s review it :D
"Bicara
itu memang gampang, Nay. Masalahnya menghapus perasaan itu nggak segampang
menghapus tulisan di papan tulis." – halaman 90
Di tengah hujan deras, Sara
memutuskan hubungannya dengan Ryan. Ryan setuju karena dia sudah capek dengan
pertengkaran yang selalu terjadi di antara mereka. Putusnya kisah cinta mereka
memberikan efek buruk pada teman-teman mereka, Naya, Ito dan Andi. Geng Lima,
di mana Sara dan Ryan juga bergabung, jadi renggang dan penuh kekakuan. Ketiga
teman itu lalu berencana mendamaikan Sara dan Ryan. Mereka berpikir Sara dan
Ryan harus punya pacar baru atau lebih baik lagi kalau mereka balikan. Naya
lalu mengenalkan Bona kepada Sara. Sementara Ryan mulai dekat dengan Lala,
murid baru di kelasnya. Baik Bona dan Lala tidak tahu menahu soal masa lalu Sara
dan Ryan. Mereka tanpa sadar terjebak saat Geng Lima berkumpul dan perang mulut
antara Sara dan Ryan terjadi kembali.
"Aku
mungkin terlihat lugu, tapi aku mengerti sedikit tentang cinta. Satu hal yang
pasti dari cinta, kamu nggak akan bisa membohongi perasaan sendiri, Ryan."
– halaman 121
Setelah membaca sinopsisnya di
atas, pasti terpikir cerita percintaan remaja yang bikin galau dan menye-menye.
Tapi sebenarnya We Quit Us punya cerita
yang tak biasa dan ending yang pas. Cerita
Sara dan Ryan lebih dari sekedar hubungan paska putus dan saling membuat mantan
cemburu. Ada sedikit sisi kedewasaan yang Sara dan Ryan dapatkan dan tunjukan
dari hubungan mereka. Mereka mungkin saja masih remaja, tapi mereka memandang
cinta secara serius. Oleh karena itu ending-nya
terasa pas dan realistis. Mungkin ending
seperti ini agak berbeda dan mengecewakan pembaca lain tapi buatku sah-sah
saja.
Sayangnya, ceritanya sulit
dinikmati karena banyak elemen penulisan yang ‘dilanggar’. Salah satunya adalah
‘showing, not telling’. Gaya
penceritaannya ini ‘telling’ banget. Setiap
perasaan dan pikiran setiap karakter dijelaskan secara gamblang dibagian
deskripsi. Hal ini membuat aku sama sekali tidak bisa berimajinasi. Kemudian banyak
keterangan yang menggelikan dan gak variatif. Contohnya saat galau, Sara
berguling-guling di tempat tidurnya sambil memikirkan Ryan. Ryan yang sama-sama
galau di tempat lain sedang berguling-guling juga. Masa sih kedua orang itu
bener-bener melakukan hal yang sama persis, sih? Apa mungkin orang galau itu
selalu berguling-guling? Aku nggak tuh -.- Sedangkan hal penting, seperti setting, yang butuh diinfokan ke aku
selaku pembaca malah terabaikan. Lalu banyak hal-hal kecil yang tidak penting
muncul di tengah bagian yang seharusnya dramatis dan penting. Contohnya, Ryan
dan Bona saling mengomentari senyum manis masing-masing di tengah permainan
basket one-on-one atau Ryan yang
memuji kemampuan bahasa Inggris Sara saat sedang serius membicarakan masa depan
hubungan mereka. Maksudnya apa coba? :O
At last, cerita yang menurutku unik dan berbeda yang ditawarkan We Quit Us tertutupi oleh penulisan
yang kurang tepat dan informasi yang tidak efektif, bahkan menggelikan. Aku
berharap penulisnya terus berkarya agar kemampuannya meningkat dan menghasilkan
cerita yang lebih baik lagi. Good day,
guys :)
2/5 stars
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D