Friday, December 5, 2014

An Abundance of Katherine - Tentang Katherine

John Green
320 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, September 2014 (cetakan kedua, ganti cover)
Rp 60.000,-

Katherine V menganggap cowok menjijikkan.
Katherine X hanya ingin berteman.
Katherine XVIII memutuskan Colin lewat email.

Kalau soal pacar, ternyata tipe yang disukai Colin Singleton adalah cewek-cewek bernama Katherine.Dan kalau soal Katherine, Colin selalu jadi yang tercampak.

Setelah diputuskan Katherine XIX, cowok genius yang hobi mengotak-atik anagram ini mengadakan perjalanan panjang bersama teman baiknya. Colin ingin membuktikan teori matematika karyanya, supaya dapat memprediksi hubungan asmara apa pun, menolong para Tercampak, dan akhirnya mendapatkan cinta sang gadis.

Dalam rangka menyambut (atau menunggu) film adaptasi Paper Town, aku berniat membaca semua karya John Green mulai Januari 2015. Tapinya, aku tidak bisa menunggu sampai tahun berganti. Aku keburu penasaran dengan novel-novel terjemahannya yang punya cover super menarik. Maka aku mulai saja ‘reading challenge’ ini. Pilihan pertamaku jatuh ke An Abundance of Katherine - Tentang Katherine. Kenapa? Sederhana saja. Novel itu satu-satunya novel Green yang available di Pitimoss, hahahaha. Let’s review it now :D

"Tanpa Katherine, tanpa Teori dan tanpa harapan untuk menjadi berarti, Colin hampir tidak punya apa-apa. Tapi ia selalu punya buku. buku adalah Tercampak sejati: letakan saja dan mereka akan menanti sampai kapan pun; pusatkan perhatian dan mereka akan selalu membalas cintamu." – halaman 158-159

Setelah lulus SMA, Colin Singleton dicampakkan untuk kesembilan belas kalinya oleh gadis yang bernama Katherine. Colin sangat sedih dan terpukul. Teman baiknya, Hassan Harbish, mengajaknya untuk melancong. Kemana saja. Hassan juga ingin melupakan masalah perkuliahannya sejenak. Maka dengan mobil Colin yang dinamai, Kereta Jenazah Setan, mereka pergi tanpa tujuan. Sepanjang perjalanan, Colin tidak bisa berhenti memikirkan Katherine XIX, atau delapan belas Katherine sebelumnya. Colin, yang dinilai sebagai anak ‘ajaib’ karena mampu menyerap pengetahuan semenjak kecil, lalu merancang sebuah teori. Teori ini dia rancang untuk mengetahui kapan dan siapa yang mencampakan dan dicampakan dalam sebuah hubungan percintaan.

Di pertengahan jalan, Colin dan Hassan melihat sebuah iklan tentang pemakaman Archduke Franz Ferdinand di Gunshot, Tennessee. Mereka memutuskan untuk mengunjunginya. Seorang gadis yang tak jauh dari umur mereka, Lindsey Lee Wells, memandu mereka. Mereka juga bertemu dengan pacar Lindsey, yang sama-sama bernama Colin dan ibu Lindsey, Hollis. Hollis, yang mengenali Colin sebagai anak ‘ajaib’, menawari mereka sebuah pekerjaan. Mereka hanya perlu mewawancarai penduduk Gunshot ditemani Lindsey.  Gaji yang diberikan sangat besar sehingga Colin dan Hassan sepakat untuk menerimanya.

"Kurasa bagian-bagian yang hilang dari dirimu takkan pernah bisa masuk dengan pas lagi. Seperti Katherine. Inilah yang kusadari: kalau aku mendapatkannya lagi, ia takkan bisa menggantikan lubang yang terjadi akibat kepergiannya." – halaman 283

An Abundance of Katherine - Tentang Katherine menceritakan kegalauan remaja ‘ajaib’ dengan menarik, lucu sekaligus memusingkan, bagi orang-orang yang benci dengan matematika. Tokoh-tokohnya tak kalah rame dan unik, khususnya latar belakang Colin sebagai anak yang super pintar tapi tidak jenius dan Hassan yang merupakan seorang Muslim. Pertama-tama sih aku pusing banget membacanya. Mungkin karena ceritanya ‘sangat cowok’. Tokoh utamanya cowok, gaya menulisnya cowok dan gaya galaunya pun seperti cowok. Seneng sih bisa baca sesuatu yang berbeda seperti ini, hanya butuh menyesuaian saja. Lalu ‘kepintaran’ Colin sangat menganggu. Sedikit-sedikit dia harus menjelaskan definisi dari setiap benda, aktivitas atau apapun yang ada dan terjadi. Atau merangkai ulang setiap kata yang dia temukan alias membuat anagram. Tapi kemudian setelah membaca dan mengerti ‘kepintaran’ Colin, aku mulai menikmati cerita dan bisa menangkap jokes-nya. Sedangkan untuk si Teori, aku sama sekali tidak mengerti! Aku membaca semua footnote dan juga bagian lampiran di bagian belakang. Tapi tidak ada yang masuk ke otak. Sepertinya kepalaku sudah secara otomatis menolak sebagai sesuatu yang berhubungan rumus-rumus memusingkan hahaha. Namun, aku kagum dengan kerja keras Green dan temannya untuk benar-benar merancang sebuah rumus asli dan menyertakannya ke dalam cerita ;D

Teori memusingkan itu berkat ‘kepintaran’ Colin yang masih in denial karena dicampakan Katherine XIX. Cukup kreatif untuk orang yang patah hati. Tapi kepintarannya yang sebenarnya agak memprihatinkan. Colin dianggap ‘ajaib’ karena mahir membaca dalam usia yang sangat muda, menyerap isi buku dengan mudah. Tapi dia tidak bisa mengaitkan atau membuat kesimpulan dari pengetahuan itu untuk kehidupan sehari-hari. Semuanya harus berdasarkan logika dan sudah teruji dalam penelitian. Colin jadi nggak jauh beda sama robot. Sepertinya itu yang membuatnya selalu gagal dalam hubungan percintaan. Kepintarannya itu jadi lucu karena akhirnya dia ‘menemukan’ hal-hal mengagumkan menurut pemikirannya. Padahal hal itu sudah diketahui dan dipercayai secara umum. Aku tertawa puas saat Colin ‘menyimpulkan’ bahwa masa depan tidak bisa diprediksi dengan pasti. Ya ampun Colin! It took you nineteen ex-girlfriends and a whole book to understand something like that :))

Rumus rancangan Colin

Footnote yang panjang sekaliiii

Kemudian ada Hassan, teman baik Colin yang berasal dari Lebanon dan seorang Muslim. Dia lucu, menyenangkan dan setia kawan. Bukan karena aku sama-sama Muslim jadi memihak dan mengelu-elukan tokoh ini, ya. Tokoh ini tetap menarik, koq, tanpa informasi tentang kepercayaannya. Aku hanya senang dan lumayan kagum ada media dan penulis luar negeri yang tidak memandang atau menceritakan yang jelek-jelek tentang Islam. Di sini Hassan memang bukan seorang Muslim yang sempurna, tapi ketidaksempurnaan aku anggap sebagai penggambaran remaja Muslim yang real. Aku harap remaja yang membaca novel ini, di manapun mereka berada, bisa mendapatkan informasi dan mengerti Islam lebih baik :)

Untuk bagian cerita dan tokoh-tokoh, aku puas. Sedangkan untuk bagian teknis, ada beberapa yang aku anggap kurang. Satu, aku sedih menemukan ‘mengacuhkan’ digunakan dalam artian ‘mengabaikan’ di halaman 39. Padahal arti dari kata dasarnya, ‘acuh’ itu artinya peduli, bukan sebaliknya. Banyak yang masih tidak tahu. Tapi sekarang kamu tahu. Jadi, tolong, gunakan dengan baik dan benar. Dua, typo ada di mana-mana. Ckckck, kenapa buku terbitan Gramedia jadi sering terkena ‘penyakit’ ini? Tiga, cover-nya terlalu manis. Aku suka banget dengan cover ini, atau cover sebelumnya. Tapi begitu membaca keseluruhan cerita, aku berharap tingkat manisnya cover ini bisa diturunkan. Cover yang sedikit netral, unisex atau apapun istilahnya bisa ‘memikat’ kaum laki-laki untuk membacanya. Secara ceritanya kuanggap lebih dan sangat cocok untuk mereka. Untung-untung mereka tahu siapa John Green dan karya-karyanya, sehingga tidak mempedulikan cover-nya. Kalau tidak? Sayang banget, kan :(

At last, An Abundance of Katherine - Tentang Katherine menceritakan kisah kegalauan remaja laki-laki yang belum bisa move on dengan cara berbeda, unik dan tidak menggalaukan sama sekali. Bisa jadi pilihan untuk obat patah hati. Kamu malah pusing dengan rumus dan kurva matematikanya hehehe. Aku berharap kaum laki-laki mengabaikan covernya dan bisa ikut menikmati ceritanya. Recommended :D

2 comments:

  1. Wah, jadi pengin cepet baca buku ini. Keren mana sama Looking For Alaska dan Paper Town?

    ReplyDelete
  2. Belum baca Looking For Alaska atau Paper Town :(

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D