Alexandra Bracken
624 Halaman
Fantasious, November 2014
Rp. 89.500,-
Setelah menghapus jejak dirinya dalam benak Liam dan meninggalkan
teman-temannya demi melindungi mereka, Ruby terjun dalam misi-misi berbahaya
untuk Liga Anak. Walau tujuan Liga Anak adalah menyelamatkan anak-anak yang
diculik dari keluarga mereka dan dikurung dalam kamp-kamp karena kekuatan yang
nyaris tak sadar mereka miliki, Ruby menjadi mengerti bahwa orang-orang baik
tak selamanya baik.
Dengan kemampuan yang dimilikinya, Ruby terlibat dalam misi untuk
mencari flashdrive penting berisi rahasia mengenai penyakit yang menewaskan
sebagian besar anak di Amerika. Namun, untuk itu ia harus melakukan hal yang
paling tidak ia inginkan lagi di dunia: bertemu Liam.
Dalam perjalanannya melintasi negara putus asa dan tak kenal hukum
untuk mencari Liam dan jawaban atas segala musibah yang telah mengoyak
hidupnya, ia harus memilih antara sumpahnya pada Liga, teman-temannya, serta
pemuda yang paling dicintainya. Ruby bersedia melakukan apa pun demi mereka.
Namun, bagaimana seandainya bertahan hidup bukanlah pilihan?
Ketika aku melihat novel Never Fade - Takkan Pernah Pudar terselip
di rak di Pittimos, jantungku berhenti berdetak sesaat, saking bahagia dan
terharunya. Akhirnya aku bisa melanjutkan apa yang menggantung di buku
sebelumnya, The Darkest Mind. Langsung aku ambil dan pinjam untuk seminggu.
Ternyata aku hanya butuh 48 jam saja untuk mencapai halaman terakhir. Let’s review it now :D
"Cate
pernah memberitahuku, dulu sekali, bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari
masa lalu adalah mencari cara untuk menutupnya di belakangmu, menutup satu
pintu sebelum melewati pintu lain ke kamar yang lebih terang. Aku takut. Itulah
kebenarannya. Aku takut akan rasa bersalah dan malu yang akan membanjiriku saat
menelusuri jejakku kembali, memutar kunci, dan menemukan anak perempuan yang
telah kutinggalkan." – halaman 212 - 213
Setelah meninggalkan Charles ‘Chubs’
dalam keadaan sekarat dan menghapus sebagian ingatan Liam Stewart, Ruby Daly
bergabung dengan Liga Anak yang dipimpin oleh John Alban. Karena kemampuannya
sebagai Oranye, dia menjadi ketua dalam kelompok kecil Psi yang terdiri dari
Vida (Biru), Jude (Kuning) dan Nico (Hijau). Enam bulan kemudian, Ruby
melaksanakan sebuah operasi penyelamatan seorang agen bersama Vida dan tim agen
yang dipimpin Rob Meadow. Sebuah serangan kecil yang hampir membunuh dirinya
dan Vida, yang dicurigai dirancang oleh Rob. Lalu Jude dan Nico memberitahu Ruby
bahwa ada pemberontak di dalam Liga Anak. Pemberontak itu, termasuk Rob, tidak
sabar dengan langkah lambat pemimpin mereka dan berencana menjadikan anak-anak
Psi sebagai umpan untuk meruntuhkan pemerintahan Presiden Gray.
Perhatian Ruby sedikit teralih kepada
agen yang dia selamatkan. Agen itu adalah Cole Stewart, kakak kandung Liam.
Cole sedang melakukan sebuah operasi mengenai penelitian tentang penyakit Idiopathic Adolescent Acute
Neurodegeneration (IAAN) – Degenerasi Saraf Akut Remaja saat
ditangkap. Dia menyimpan semua data di sebuah flash drive yang dijahitkan ke jaketnya. Saat Ruby masuk ke pikiran
Cole, terungkaplah jaket itu tertukar dan terbawa oleh Liam. Ruby dan Cole lalu
merancang sebuah operasi rahasia untuk mengambil flash drive itu tanpa memberitahu siapapun demi melindungi Liam.
Saat melakukan operasi selanjutnya, Ruby harus kabur dari Rob, melindungi Jude,
berlari dari kejaran Vida dan juga Chubs yang kini bekerja sebagai Pelacak
Jejak.
"Itu
salah, oke? Aku tahu itu. Aku tak suka perasaan memaksa orang berbuat sesuatu,
terutama jika aku tahu itu berlawanan dengan hal yang biasanya mereka inginkan.
Aku tak suka melihat kenangan atau pikiran mereka atau hal-hal yang mereka
ingin simpan sendiri." – halaman 452
Dibandingkan dengan novel
sebelumnya, arah cerita di Never Fade
- Takkan Pernah Pudar lebih jelas dan terarah. Jika sebelumnya, Ruby
dan anak Psi hanya mencoba menyelamatkan diri kamp-kamp yang kejam, kali ini
mereka mulai memikirkan bagaimana penyakit IAAN muncul, kenapa mereka mempunyai
kemampuan khusus dan cara menyembuhkannya. Ternyata mereka sama bingungnya
denganku hahaha. Di 200 halaman terakhir, kejutan-kejutan tak terduga muncul. Ceritapun
menjadi luas dan sedikit berkembang dari tujuan awalnya. Kemudian ditutup
dengan ending yang bikin ngeregetan. Argh, why you did this again? Aku rasa buku ketiganya nanti
bakal penuh penjelasan dan aku gak sabar buat membacanya.
Selain itu bagian aksinya lebih
banyak dan lebih menegangkan. Benakku masih penasaran bagaimana mereka bisa
sembuh dari luka-luka itu cukup cepat. Lalu banyak karakter baru yang menarik. Aku
asalnya agak sebal dengan Vida. Tapi kehadirannya membuat komposisi perjalanan
mirip dengan buku pertamanya. Jika sebelumnya terdiri dari Ruby (Oranye),
Liam (Biru),
Chubs (Biru),
dan Zu (Kuning),
kini menjadi Ruby (Oranye), Chubs (Biru), Vida (Biru) dan Jude (Kuning).
Untuk karakter lamanya, seperti Ruby dan Chubs, mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Sehingga aku sempat bertanya, siapa mereka? Aku tidak kenal mereka! Ruby
yang ini begitu berani, tanggung dan pandai menggunakan kemampuan Oranye-nya.
Sedangkan Chubs jadi begitu gagah, berwibawa dan dewasa. Tapi untuk karakter
Liam, dia tidak banyak berubah. Dia tetap laki-laki yang perhatian, punya
pendirian sekaligus lovable, hihihi. Itu
bikin ‘harapan’ yang aku pendam di ending
buku pertama terbalaskan hahaha.
Keasyikanku mencerna cerita
sedikit terganggu dengan pergantian paragrafnya. Rasanya kalimat di awal
paragrapf kedua tidak nyambung atau melanjutkan kalimat terakhir di paragraf
pertama. Ini tidak terjadi di semua paragraf, tapi cukup sering sehingga aku
membaca paragraf-paragraf tersebut lebih dari dua kali. Lalu aku melihat ada
‘gaya’ yang sama untuk menutup suatu bab. Pasti ada tembakan, ledakan atau
sesuatu yang runtuh. Pada awalnya, ‘gaya’ tersebut menaikan tensi cerita. Tapi
lama-lama jadi hambar. Untuk kekurangan lainnya, mungkin typo. Cukup mengagetkan karena buku pertamanya sangat rapi.
At last, Never Fade - Takkan
Pernah Pudar adalah sebuah sekuel yang memuaskan. Cerita dan
karakternya semakin menarik dan berkembang, tapi tidak melupakan keasyikan di
buku sebelumnya. Para pencinta dunia dystopian
harus membaca seri ini. Versi Bahasa Indonesia dari seri ketiganya, In The
After Light, direncanakan terbit tahun depan. Buat kalian yang belum baca sama
sekali, kusarankan menunggunya. Biar nanti kalian bisa baca semuanya sekaligus dan
gak penasaran sepertiku saat ini, hahaha. Recommended! :D
P.S. The Darkest Minds . . Never
Fade . . In The After Light. Best series titles ever! XD
Ah, akhirnya ada juga yg bahas never fade. Aku baru nonton film yg darkest mind, seru. Tapi endingnya gantung, nunggu2 buat film kedua tapi gg ada kabar. Agak lega begitu tau cerita sambungannya ada, seneng banget kalo ada bahas cerita yg ketiganya juga
ReplyDelete