Thursday, December 11, 2014

The Darkest Minds – Pikiran Terkelam

Alexandra Bracken
584 Halaman
Fantasious, September 2014
Rp. 89.900,-

Ketika Ruby terbangun pada ulang tahunnya yang kesepuluh, sesuatu tentang dirinya telah berubah. Sesuatu yang cukup mengkhawatirkan untuk membuat orangtuanya mengunci dirinya di garasi dan menelepon polisi. Sesuatu yang membuat dirinya dikirim ke Thurmond, 'kamp rehabilitasi' milik pemerintah yang kejam.

Dia mungkin telah selamat dari penyakit misterius yang membunuh sebagian besar anak-anak Amerika, tapi dia dan anak-anak lainnya harus berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih buruk: kemampuan menakutkan yang tidak dapat mereka kendalikan. Sekarang, saat berumur enam belas tahun, Ruby termasuk salah satu anak yang memiliki kemampuan paling berbahaya.Dan ketika kebenaran terungkap, Ruby pun berusaha mati-matian untuk meloloskan diri dari Thurmond.

Tapi, ada pihak lain yang bekerja, orang-orang yang tidak akan berhenti untuk menggunakan Ruby dalam perjuangan mereka melawan pemerintah. Ruby akan menghadapi pilihan demi pilihan yang buruk, yang mungkin akan berarti menyerahkan satu-satunya kesempatannya untuk hidup.

Aku sering melihat cover dan fisik bukunya The Darkest Minds – Pikiran Terkelam selama beberapa minggu. Aku tidak benar-benar tertarik untuk membaca, atau sekedar mencari tahu, sampai aku melihat para booktuber memegangnya terus-menerus dan mengeluarkan komentar positif. Tapi sepertinya yang benar-benar membuatku membacanya adalah kabar bahwa ceritanya akan diangkat ke layar lebar hehehe. Typical Dhyn. Now, let’s review it :D

"Tetapi bukan berarti aku tidak ingin, atau tidak perlu, menemukan Slip Kid ini. Keinginanku sama besarnya dengan mereka. Tetapi aku tidak berani bertanya. Aku tidak berani bertanya. Aku tidak sanggup menjerumuskan mereka ke dalam cengkeraman jari-jari tak terlihat yang sepertinya mengubrak-abrik setiap hubungan yang berhasil kubangun." – halaman 168

Sebuah penyakit yang diberi nama Idiopathic Adolescent Acute Neurodegeneration (IAAN) – Degenerasi Saraf Akut Remaja membunuh sebagian besar anak di Amerika. Anak-anak yang tidak terpengaruh dengan penyakit tersebut ternyata mempunyai kemampuan menakutkan yang tidak bisa mereka kendalikan. Dibangunlah sebuah kamp rehabilitasi kejam bernama Thurmond di Virginia. Anak-anak dikelompokan dalam lima warna, Merah (mampu mengendalikan api), Oranye (mampu mengendalikan pikiran), Biru (telekenesis), Kuning (mampu mengendalikan listrik) dan Hijau (genius). Mereka disebut Psi. Banyak keluarga yang menyembunyikan anak mereka, tapi tidak sedikit pula yang menyerahkan anaknya dengan sukarela. Presiden Gray juga memasukan anaknya, Clancy Gray.

Ruby Elizabeth Daly, anak yang baru mencapai usia sepuluh, melakukan sesuatu yang membuat kedua orangtuanya panik dan memanggil Psi Special Forces (PSF) – Pasukan Khusus Psi. Ruby dimasukan ke kamp dan diklasifikasikan sebagai seorang Hijau. Di kamp, Ruby dan anak lainnya hidup dalam aturan yang sangat ketat. Mereka diperlakukan semena-mena dan dipekerjakan secara paksa. Jika ada pelanggaran, PSF menghukum mereka dengan Kendali Tenang/Dengung Statis, gelombang suara yang hanya bisa didengar Psi. Kebanyakan Psi Merah, Oranye dan Kuning dibunuh karena terlalu berbahaya dan sulit dikendalikan. Di tahun ke enam, suara Kendali Tenang/Dengung Statis itu terdengar sedikit berbeda, membuat Ruby kesakitan dan mengalami pendarahan hebat. Seorang dokter bernama Cate Begbie menjelaskan bahwa pihak PSF mengubah gelombangnya untuk menyaring Psi Merah, Oranye dan Kuning yang tidak terdeteksi. Ruby terpengaruh karena dia sebenarnya Oranye.

Cate menawarkan bantuan untuk mengeluarkan Ruby dari Thurmond dan bergabung dalam Liga Anak, sebuah perkumpulan untuk melawan pemerintah dan program kamp ini. Ruby menerimanya dan berhasil keluar bersama Martin, Oranye lainnya. Ruby mempercayai semua ucapan Cate sampai dia masuk ke pikiran partner Cate, Rob, dan menemukan kejanggalan. Dia segera melarikan diri. Dalam perlariannya, Ruby bertemu dengan geng kecil Psi yang terdiri dari Liam ‘Lee’ Stewart (Biru), Charles ‘Chubs’ Carrington Meriwether IV (Biru) dan Suzume ‘Zu’ (Kuning). Mereka berasal dari kamp di wilayah lain. Mereka dalam misi mencari East River, tempat aman untuk Psi yang dipimpin oleh Oranye yang diberi julukan Slip Kid. Slip Kid dipercaya bisa melindungi dan membantu Psi untuk pulang ke keluarga mereka. Ruby ikut serta karena dia ingin meminta Slip Kip mengajarinya mengendalikan kemampuan Oranye-nya. Perjalanan yang diwarnai dengan kemunculan PSF, Liga Anak dan geng Psi lainnya, mendekatkan Ruby dengan ketiga teman barunya. Dia mulai menghargai kemampuannya dan berhenti menganggap dirinya sendiri sebagai ‘monster’.

"Kau tahu... kau membuatku begitu bahagia sehingga terkadang aku lupa bernafas. Saat aku memandangmu, dadaku terasa sesak… dan yang kupikirkan hanyalah betapa inginnya aku memeluk dan menciummu. Jadi, jangan bicara tentang keluar dari sini, karena aku tak akan pergi kecuali kau ikut juga." – halaman 521

The Darkest Minds – Pikiran Terkelam adalah novel dystopian menakutkan, mengejutkan dan mencekam. Ceritanya di setiap babnya begitu intens, jarang sekali bisa melewatinya tanpa melihat salah satu tokohnya berdarah-darah. Tokoh-tokohnya menarik dan hubungan mereka diceritakan begitu baik. Menjelang bagian akhir, ada ‘kejutan-kejutan’ kecil yang bikin aku super sedih (, mengucapkan nama Liam beberapa kali) dan pengen baca buku keduanya, secepatnya! By the way, maaf untuk sinopsis yang sangat panjang. Aku tidak bisa menulisnya lebih pendek karena banyak hal yang harus dijelaskan. Cerita dystopian selalu rumit pada awalnya. Banyak hal baru, ‘aneh’, dan ‘unik’. Tenang saja, banyak bagian-bagian kecil yang lumayan penting terlewatkan. Sinopsis di atas juga belum mengungkapkan, bahkan menyentuh bagian-bagian yang ramenya hehehe.

Untuk para tokohnya, aku senang dengan cara penulis menonjolkan kelemahan para tokohnya. Ruby dan Zu yang selalu menganggap diri mereka berbahaya, Liam yang terlalu gampang percaya dan terlalu baik dan Chubs yang mementingkan keinginan sendiri. Tapi dengan begitu, para tokoh bisa membangun rasa percaya diri dan kekuatan mereka yang sesungguhnya. Sebagai pembaca, aku menjadi lebih bersimpati pada mereka dan melihat kelebihan mereka dengan mudah. Untuk hubungan tiap tokoh, aku sedikit terkejut Ruby akhirnya begitu dekat Chubs. Tapi aku tidak heran dengan hubungan manis Ruby dan Liam hehehe. Sialnya, chemistry mereka yang begitu memikatku ‘diterpa’ beberapa masalah besar di bagian akhir. Mereka terpukul, apalagi aku. Aku seriusan, sangat, super sedih dengan ending-nya. Tapi semua itu menutup buku pertama ini dengan baik dan membuka cerita baru di buku keduannya. Argh, si penulisnya jago, nih. Jangan-jangan dia Oranye :))

Ceritanya sangat rame membuat ‘gairah’ dan ketertarikanku tentang cerita dystopian naik lagi. Namun sudut pandang orang pertama yang digunakan agak menyulitkanku mengetahui dan mengerti informasi dasar tentang dunia baru ini. Kebingunganku berawal dari wabah penyakit IAAN yang malah mengungkapkan bahwa anak-anak punya kemampuan ‘monster’ ini. Dari mana asal penyakit IAAN? Apa anak yang tidak terjangkit IAAN berarti sudah pasti punya kemampuan khusus? Dari mana asal kemampuan khusus itu? Apakah kemampuan khusus itu berasal dari virus IAAN yang tidak mempan kepada anak-anak tertentu? Tanda tanyaku berpindah pada istilah ‘Psi’. Apa kepanjangan nama itu? Apa di bukunya dijelaskan? Apakah aku melewatkannya? Itu untuk masalah cerita. Sedangkan untuk masalah teknis ada di terjemahannya. Terjemahannya sangat bagus dan enak dibaca. Tapi sulit dimengerti kalau konteksnya dan kata ganti orang seperti ‘dia, mereka, -nya’ tidak jelas mengacu kemana. Aku bingung saat Ruby mendengar percakapan Liam dan Chubs yang dia sangka mengenai dirinya, padahal tidak. Apakah saat berbicara, Liam dan Chubs menggunakan kata ganti ‘it’, bukan ‘she’ atau ‘her’? Atau Ruby mengira mereka terlalu marah, sehingga menggunakan ‘it’? Eh, ini termasuk masalah dalam penerjemahan, kan?

At last, The Darkest Minds – Pikiran Terkelam memiliki cerita tentang dunia hancur dan sangat mengerikan, yang sangat menarik untuk dibaca. Aku ingin segera membaca buku kedua, dan tentunya ketiga. Aku sangat ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, berpetualang lagi dengan Ruby dan .. ingin Liam kembali. Bagi yang tahu jawabannya, bisa kasih komentar di bawah. Tapi jangan kasih aku spoiler ya. Recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D