Windry Ramadhina
320 halaman
GagasMedia, Desember 2014 (cetakan pertama)
Rp. 50.000,-
Masa lalu akan tetap ada. Kau tak perlu terlalu lama terjebak di
dalamnya.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu
sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya
semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang
terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu sejak berhari-hari
lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang ternyata
tak mampu ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkah kau merasa seperti itu?
tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia.
Pernahkah kau merasa seperti itu?
saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka?
Mungkin, kisah An seperti kisahmu. Diam-diam, doa yang sama masih kau
tunggu.
Sebelum meminjam Walking After You, aku agak ragu untuk
membacanya. Bukan karena aku tidak yakin dengan ceritanya, aku hanya merasa takut.
Aku takut dengan ceritanya yang pasti bisa menghanyutkanku. Ini juga yang bikin
aku tidak memasukannya ke daftar belanja buku, membaca sneak peak-nya atau pre-order.
Tapi aku nggak bisa menyangkal kalau aku penasaran dengan ceritanya. Lagian aku
sudah membuat self reading challenge
yang berfokus pada karya Windry Ramadhina. Jadi cepat atau lambat, aku akan
membacanya juga. Now, let’s review it
:D
"Kalau
dipikir-pikir, ini ironis. Setiap kali suasana hatiku berubah buruk karena
Julian, aku memakan kue buatan lelaki itu untuk menghibur diri." – halaman
28
Anise, yang biasa dipanggil An, mulai
bekerja di Afternoon Tea, toko kue milik sepupunya, Galuh. Dia mendapat posisi
sebagai asisten koki untuk membantu Julian, koki utama dan Gen, penghias kue.
Berbeda dengan Gen, Julian tidak menunjukan sikap ramah sama sekali. Dia
berkali-kali memarahi An karena sering mengacaukan dapur dan kue-kuenya. An
menanggapi semua itu dengan ringan dan tetap teguh. Dia mengakui dia memang
tidak pandai memanggang kue, dia sebenarnya lebih pandai memasak pasta dan menu
Italia lainnya. Bekerja di toko kue adalah impian saudari kembarnya, Arlet.
Salah satu pelanggan setia Afternoon
Tea, Ayu, sedikit banyak mengingatkan An kepada dirinya sendiri. Perempuan yang
selalu membawa hujan dan memesan Soufflé cokelat tanpa memakannya sama sekali,
hampir mirip dengan perjuangan An untuk meneruskan impian Arlet. An jadi
penasaran dengan Ayu dan memperhatikan segala detail tentang perempuan itu.
Selain itu, saat Julian mulai menerimanya di dapur, An bertemu kembali dengan
Jinendra, bosnya saat masih bekerja di restoran La Spezia. Jinendra berharap An
kembali ke restorannya dan menerima cintanya lagi.
"Hatiku
pedih, tetapi juga geram. Demi Tuhan, ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin
manusia bisa menyukai seseorang dan membenci orang itu sekaligus pada saat yang
sama?" – halaman 224
Cerita Walking After You ini sangat manis sekaligus sedikit sendu dan
seperti yang kuduga aku ‘tenggelam’ di dalamnya. Seperti novel-novel
sebelumnya, ceritanya punya topik(, tema atau aku tidak tahu tepatnya)
yang terhubung langsung dengan profesi dan kehidupan para tokohnya. Kali ini
tentang makanan, khususnya kue dan menu Italia. Karena tidak terlalu suka
makanan manis, apalagi kue dengan banyak krim, aku kesulitan menikmati bab-bab
yang membahas kue. Giung. Namun aku
benar-benar ‘tergugah’ dengan deskripsi menu Italia-nya. Aku malah berniat
mencari tahu lebih banyak, mungkin mulai membeli buku resep dan coba memasaknya
:9
Selain makanan, deskripsi tentang
setting dan tempat cerita berlangsung
tertulis dengan begitu baik dan tidak berlebihan. Penjelaskannya memang hanya
mencakup bentuk dan posisi barang-barang yang ada, tapi porsinya begitu tepat
sehingga gampang dibayangkan dan masih ada ruang untuk imajinasi pribadi. Ini
nih yang paling aku suka dari penulis ini! Aku juga suka dengan
penggunaan bahasa baku yang tidak terasa kaku dan tidak ada typo! Kemudian, bagi yang sudah
membaca London: Angel, pasti senang dengan selipan cerita mengenai Ayu
dan Gilang. Tidak terlalu banyak sih karena ceritanya melebur dengan hidup An.
Tapi porsinya cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi setelah mereka kembali
di Indonesia. Menurutku, karena London Angel akan diangkat menjadi film layar
lebar (seperti
halnya novel Angel in the Rain ;p),
novel ini harus diadaptasi juga untuk menjadi semacam closure. XD
Walaupun berhasil ‘menghanyutkan’
ke dalam ceritanya, aku merasa novel ini terlalu indah. Dari awal aku tahu akan
ada konflik yang rumit tapi pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja, happy ending. Happy ending memang jadi kesukaan semua orang, termasuk aku. Entah
mengapa happy ending di sini terjadi
bukan karena tokoh-tokohnya berusaha mendapatkannya akhir tersebut, tapi mereka
mendapatkannya begitu saja. Momen hitting
rock bottom-nya kurang menurutku sehingga aku tidak benar-benar merasakan
‘jatuh’nya. Kalo kalian tidak merasakan hal yang sama, berarti ini sepertinya
masalah seleraku saja. And thanks to Her
Fearful Symmetry and Fangirl, aku
bisa langsung menebak apa yang terjadi antara saudari kembar ini. Kekecewaanku
juga tertuju pada cerita tentang Ayu dan Gilang. Meskipun senang mendengar
kabar mereka, aku ingin mereka dibuatkan novel tersendiri. Penulis juga pernah
menjanjikan hal itu. Apa setelah mereka ‘nempel’ ke cerita tokoh lain, rencana
itu akan tetap dilaksanakan atau batal total? :o
At last, Walking After You
memberikan cerita super manis tentang pahitnya masa lalu dengan gaya bahasa dan
deskripsi yang pas. Ada beberapa bagian dan elemen yang kurang sreg buatku.
Tapi itu hanya masalah selera saja. Bagi yang sudah London:
Angel, harus baca novel ini juga. Bagi yang belum, ayo baca dan nantikan film
adaptasinya. Recommended! ;D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D