Fira Basuki
248 halaman
Grasindo, September 2013 (cetakan kedua)
Rp. 62.000,-
Tidak
ada lagi yang bisa saya tambahkan tanpa mengurangi fokus buku ini. Buku ini
bisa memuaskan kehausan orang akan cerita yang bagus. Ia menjadi inspirasi pada
keindahan kehidupan yang disertai ketegaran dan perspektif yang utuh. Paling
penting, buku ini mengajar kita tentang cinta. Fira mengutip kata-kata Robindranath
Togore, "Love is an endless mystery, for it has nothing else to explain
it"
Wimar
Witoelar
Mbak
Fira sosok yang menjadi inspirasi wanita smart, fun, dan fearless buat kamis
Finalis FFF 2006. Kami mencintai Mbak Fira. […] Mbak Fira adalah sosok yang
kuat, karena tidak semua wanita bisa sekuat Mbak Fira menghadapi semuanya yang
dialami Mbak Fira. Kami bangga sama Mbak Fira. We always love you mbak Firaku
sayang …
Sandra
Dewi
I
think it’s very deep, intimate, touchy yet beautiful love story. Makes me learn
about love and never take granted what we have right now. And another lesson to
learn is to learn the word ‘ikhlas’ – very powerful work.
Melaney
Ricardo Lynch
Buku
ini membuat saya lebih mengenal lagi MEREKA. Orang BAIK meninggalkan KEBAIKAN.
Saya percaya betul itu. tentu ada keKUATan yang disiapkan Hafez untuk orang
tercintanya. Itu yang terbesar yg saya RASAkan dari buku ini.
Alvin
Adam – JustAlvin
Terlalu
pilu untuk kulanjutkan. Bermula dari sering crita di Raudhah yg sudah bikin
hatiku bergetar, karena aku pun pernah berdoa di sana, kencang, bergantung,
berharap. Sampai pada detik-detik terakhir yang buat ku sendu sampai ulu hati.
Ayu
Dewi
Saya
kira cinta sejati hanya ada di film … ternyata ini nyata adanya. Sangat
mengharukan.
Ivan
Gunawan
Aku agak kaget menemukan buku Fira dan Hafez di salah satu toko buku
diskon langgananku. Buku itu tidak punya sinopsis yang jelas, hanya komentar
beberapa public figure. Walaupun
begitu aku bisa membayangkan isinya dari tweet-tweet
sang penulis yang rajin muncul di timeline-ku.
Setahun kemudian ada kabar buku itu akan difilmkan. Aku jadi tertarik buat baca
bukunya sebelum nonton filmnya (classic
me). Tapi bukunya terbilang sudah langka dan sepertinya tidak ada tempat
dan orang yang bisa aku minta pinjam. Untungnya dan hebatnya, tak lama kemudian
aku mendapatkan buku tersebut secara cuma-cuma dari editor penerbit yang
bersangkutan di Workshop Tulis Nusantara 2014. I was so lucky! Now, let’s
review it :D
"Saya
menangis di hari Hafez meninggal dan dimakamkan di hadapan banyak orang.
Setelah itu, saya menyimpan air mata saya di hadapan umum, kebanyakan hanya
menangis di depan para sahabat atau dalam kesendirian saya. Air mata yang tidak
tampak di hadapan manusia, bukan berarti tak mencerminkan kepedihan hati penuh
rasa." – halaman 99
Fira Basuki menuliskan perjalanan
cintanya dengan Hafez Agung Baskoro. Status Fira sebagai janda beranak satu dan
perbedaan usia 11 tahun tidak menghalangi mereka untuk menikah. Namun, di usia
pernikahan baru menginjak 3-4 bulan dan Fira tengah hamil, Hafez tiba-tiba koma
dan akhirnya meninggal dunia. Fira menuliskan semua pengalaman dan perasaan itu
dalam 27 bab (Akhirnya, Saya Menulis Ini, The One, Saya Merenung, Masa Kecil
Saya, Saya dan Menulis, Masa Kecil Hafez, Hafez dan Musik, Foto, dan Film, Awal
Pertemuan Kami, Sigaraning Nyawa, I Do, Hamil, Tanda-Tanda, Hafez Kembali ke
Allah, Dan Saya Menangis, Ada Apa dengan Jumat?, Ada Apa dengan Hujan?, Syaza,
Guru Saya, Belajar Sabar, Kiad, Si Kuat, Tuhan Mahabaik, Ohana, Berbagi, Pondok
Al-Hafez, Seribu Tahun dan Janji Abadi, Kata Mereka, Lampiran Cerita Pendek dan
Tentang CD: Love You So Much By Tantry). Buku ini dilengkapi CD yang berisikan
lagu berjudul ‘Love You So Much’ karya Tantry, yang merupakan adik kandung
Hafez.
"Kehilangan
orang yang dekat dengan kita, apalagi yang kita sayangi atau cintai adalah
salah satu ujian kesabaran, sekaligus belajar sabar." – halaman 129
Fira
dan Hafez menyajikan kisah cinta yang begitu mengharukan, begitu intim dan
penuh pembelajaran. Lewat cerita-ceritanya, aku jadi lebih mengenal kehidupan
pribadi dan profesional penulis. Aku juga mengerti kenapa penulis
Jendela-Jendela, Atap dan Pintu (novel sastra Indonesia pertama yang aku baca
saat SMA) bisa berkarir menjadi pemred sebuah majalah. Sebelum tahu ceritanya,
aku sempet bingung soalnya, hehe. Untuk bagian-bagian yang membahas alm. Hafez,
aku kagum dengan rasa cinta penulis yang begitu besar. Dia begitu mengenal alm.
suaminya dengan baik. Hal-hal yang dia pelajari dari hidup alm. suami begitu
berharga, menarik dan menginspirasi. Aku sempet susah lanjut ke bab-bab
selanjutnya karena aku yakin ceritanya super sedih. Tapi gaya penulisannya yang
enak dibaca. Penulis juga berusaha mendekatkan diri dengan pembaca dengan
menulis hal-hal yang terjadi dalam proses penulisan buku ini atau sekedar
bertanya bagaimana pembaca merespon ceritanya. Itu membuat aku, dan mungkin
pembaca lain, seperti ‘ngobrol’ atau ‘dicurhatin’ secara langsung!
Di bagian akhir, penulis melampirkan
empat cerpen (Semerbak Sekar, Pohon Kenangan, Foto, Bos Galak dan Sarung Ayah)
yang banyak terinspirasi dari kehilangannya. Cerpen-cerpen yang sudah dimuat di
media dan buku lain itu banyak memuat kemiripan dengan pengalaman pribadi
penulis. Ada yang menggunakan nama dan tempat yang sama, ada juga yang sedikit
di modifikasi. Aku kagum penulis bisa tetap kreatif dan menyalurkan
kesedihannya menjadi sesuatu yang bisa menghibur orang lain. Selain itu aku
merasa buku dan cerita adalah bentuk cinta dan mengabadian yang romantis
sekaligus kuat, sebagaimana lagu dan musik. Untuk CD lagunya belum aku
dengarkan. Aku lupa menyimpannya di mana. Aku juga agak takut mendengarkannya.
Takut nangiiiis
Karena isi buku ini begitu sensitif,
aku agak segan mengkritik kekurangannya. Tapi aku rasa ini harus tetap
disampaikan. Untuk bagian ceritanya, aku tidak bermasalah. Hanya bagian teknisnya
seperti typo, pengulangan informasi
(mungkin ini wajar karena penulis sedang ‘curhat’) dan pengkategorian buku ini
sebagai novel remaja. Apaaa? Buku ini lebih cocok masuk kategori
autobiografi. Dan walaupun
tulisan-tulisan dari pihak ketiga seperti berita dan artikel yang disertakan
sangat informatif, aku kurang suka dengan menyajiannya yang ‘plek-plekan’,
tanpa diedit atau dirangkum. Sorry :(
At
last, Fira dan Hafez tidak
hanya bercerita tentang kehilangan, tapi juga bangkit dan terus menjalani hidup.
Ditulis dengan gaya bahasa yang akrab, membuat pembaca mudah menangkap dan
menyerap cerita serta hal-hal yang bisa dipelajari. Setelah beres membaca buku
ini, aku siap untuk menonton film adaptasinya yang diberi judul ‘Cinta
Selamanya’. Kapan tayangnya? Kuharap tidak akan lama lagi. Recommended! ;D
Duh ini bagaikan meratapi kesedihan setiap hari, tapi Fira ini sangat kuat ya, dan hampir semua tulisan terisnpirasi oleh suaminya
ReplyDeleteFira dan hafez cerita yg sgt mirip dg ku,aku adalah wanita karir mapan seorang single parent dg anak perempuan 1,aku menjadi janda krna suamiku berselingkuh dg wanita lain yg akhirnya aku harus bangkit dlm keterpurukan untuk bertahan hidup dlm kepedihan dan membiayai anakku,sampai aku menjadi spt skr seorang wanita karir dan mapan,banyak laki laki keluar masuk dlm hidupku tapi tak satupun yg bisa meraih hatiku karena aku hanya ingin laki laki yg akan mencintaiku sampai akhir hayatku untuk menjadi cinta selamanya,sampai suatu ketika aku berkenalan dg seorang polisi umurnya beda 9 th di bawahku(yg kala itu aku tdk suka polisi meski aku py adik seorang polisi)tp dengan segala kegigihannya meyakinkan aku bahwa dia bisa menyayangi aku dan ankku sepenuh hati,itu yg membuat aku jatuh cinta dan cinta ini untuk selamanya....
ReplyDeleteUntuk pertama kalinya saya menangis membaca sebuah novel,yang membuat saya lebih menghargai pasangan dalam suka dan duka
ReplyDelete