Fira dan Hafez

by - 1:16 PM

Fira Basuki
248 halaman
Grasindo, September 2013 (cetakan kedua)
Rp. 62.000,-

Tidak ada lagi yang bisa saya tambahkan tanpa mengurangi fokus buku ini. Buku ini bisa memuaskan kehausan orang akan cerita yang bagus. Ia menjadi inspirasi pada keindahan kehidupan yang disertai ketegaran dan perspektif yang utuh. Paling penting, buku ini mengajar kita tentang cinta. Fira mengutip kata-kata Robindranath Togore, "Love is an endless mystery, for it has nothing else to explain it"
Wimar Witoelar

Mbak Fira sosok yang menjadi inspirasi wanita smart, fun, dan fearless buat kamis Finalis FFF 2006. Kami mencintai Mbak Fira. […] Mbak Fira adalah sosok yang kuat, karena tidak semua wanita bisa sekuat Mbak Fira menghadapi semuanya yang dialami Mbak Fira. Kami bangga sama Mbak Fira. We always love you mbak Firaku sayang …
Sandra Dewi

I think it’s very deep, intimate, touchy yet beautiful love story. Makes me learn about love and never take granted what we have right now. And another lesson to learn is to learn the word ‘ikhlas’ – very powerful work.
Melaney Ricardo Lynch

Buku ini membuat saya lebih mengenal lagi MEREKA. Orang BAIK meninggalkan KEBAIKAN. Saya percaya betul itu. tentu ada keKUATan yang disiapkan Hafez untuk orang tercintanya. Itu yang terbesar yg saya RASAkan dari buku ini.
Alvin Adam – JustAlvin

Terlalu pilu untuk kulanjutkan. Bermula dari sering crita di Raudhah yg sudah bikin hatiku bergetar, karena aku pun pernah berdoa di sana, kencang, bergantung, berharap. Sampai pada detik-detik terakhir yang buat ku sendu sampai ulu hati.
Ayu Dewi

Saya kira cinta sejati hanya ada di film … ternyata ini nyata adanya. Sangat mengharukan.
Ivan Gunawan

Aku agak kaget menemukan buku Fira dan Hafez di salah satu toko buku diskon langgananku. Buku itu tidak punya sinopsis yang jelas, hanya komentar beberapa public figure. Walaupun begitu aku bisa membayangkan isinya dari tweet-tweet sang penulis yang rajin muncul di timeline-ku. Setahun kemudian ada kabar buku itu akan difilmkan. Aku jadi tertarik buat baca bukunya sebelum nonton filmnya (classic me). Tapi bukunya terbilang sudah langka dan sepertinya tidak ada tempat dan orang yang bisa aku minta pinjam. Untungnya dan hebatnya, tak lama kemudian aku mendapatkan buku tersebut secara cuma-cuma dari editor penerbit yang bersangkutan di Workshop Tulis Nusantara 2014. I was so lucky! Now, let’s review it :D

"Saya menangis di hari Hafez meninggal dan dimakamkan di hadapan banyak orang. Setelah itu, saya menyimpan air mata saya di hadapan umum, kebanyakan hanya menangis di depan para sahabat atau dalam kesendirian saya. Air mata yang tidak tampak di hadapan manusia, bukan berarti tak mencerminkan kepedihan hati penuh rasa." – halaman 99

Fira Basuki menuliskan perjalanan cintanya dengan Hafez Agung Baskoro. Status Fira sebagai janda beranak satu dan perbedaan usia 11 tahun tidak menghalangi mereka untuk menikah. Namun, di usia pernikahan baru menginjak 3-4 bulan dan Fira tengah hamil, Hafez tiba-tiba koma dan akhirnya meninggal dunia. Fira menuliskan semua pengalaman dan perasaan itu dalam 27 bab (Akhirnya, Saya Menulis Ini, The One, Saya Merenung, Masa Kecil Saya, Saya dan Menulis, Masa Kecil Hafez, Hafez dan Musik, Foto, dan Film, Awal Pertemuan Kami, Sigaraning Nyawa, I Do, Hamil, Tanda-Tanda, Hafez Kembali ke Allah, Dan Saya Menangis, Ada Apa dengan Jumat?, Ada Apa dengan Hujan?, Syaza, Guru Saya, Belajar Sabar, Kiad, Si Kuat, Tuhan Mahabaik, Ohana, Berbagi, Pondok Al-Hafez, Seribu Tahun dan Janji Abadi, Kata Mereka, Lampiran Cerita Pendek dan Tentang CD: Love You So Much By Tantry). Buku ini dilengkapi CD yang berisikan lagu berjudul ‘Love You So Much’ karya Tantry, yang merupakan adik kandung Hafez.


"Kehilangan orang yang dekat dengan kita, apalagi yang kita sayangi atau cintai adalah salah satu ujian kesabaran, sekaligus belajar sabar." – halaman 129

Fira dan Hafez menyajikan kisah cinta yang begitu mengharukan, begitu intim dan penuh pembelajaran. Lewat cerita-ceritanya, aku jadi lebih mengenal kehidupan pribadi dan profesional penulis. Aku juga mengerti kenapa penulis Jendela-Jendela, Atap dan Pintu (novel sastra Indonesia pertama yang aku baca saat SMA) bisa berkarir menjadi pemred sebuah majalah. Sebelum tahu ceritanya, aku sempet bingung soalnya, hehe. Untuk bagian-bagian yang membahas alm. Hafez, aku kagum dengan rasa cinta penulis yang begitu besar. Dia begitu mengenal alm. suaminya dengan baik. Hal-hal yang dia pelajari dari hidup alm. suami begitu berharga, menarik dan menginspirasi. Aku sempet susah lanjut ke bab-bab selanjutnya karena aku yakin ceritanya super sedih. Tapi gaya penulisannya yang enak dibaca. Penulis juga berusaha mendekatkan diri dengan pembaca dengan menulis hal-hal yang terjadi dalam proses penulisan buku ini atau sekedar bertanya bagaimana pembaca merespon ceritanya. Itu membuat aku, dan mungkin pembaca lain, seperti ‘ngobrol’ atau ‘dicurhatin’ secara langsung!

Di bagian akhir, penulis melampirkan empat cerpen (Semerbak Sekar, Pohon Kenangan, Foto, Bos Galak dan Sarung Ayah) yang banyak terinspirasi dari kehilangannya. Cerpen-cerpen yang sudah dimuat di media dan buku lain itu banyak memuat kemiripan dengan pengalaman pribadi penulis. Ada yang menggunakan nama dan tempat yang sama, ada juga yang sedikit di modifikasi. Aku kagum penulis bisa tetap kreatif dan menyalurkan kesedihannya menjadi sesuatu yang bisa menghibur orang lain. Selain itu aku merasa buku dan cerita adalah bentuk cinta dan mengabadian yang romantis sekaligus kuat, sebagaimana lagu dan musik. Untuk CD lagunya belum aku dengarkan. Aku lupa menyimpannya di mana. Aku juga agak takut mendengarkannya. Takut nangiiiis

Karena isi buku ini begitu sensitif, aku agak segan mengkritik kekurangannya. Tapi aku rasa ini harus tetap disampaikan. Untuk bagian ceritanya, aku tidak bermasalah. Hanya bagian teknisnya seperti typo, pengulangan informasi (mungkin ini wajar karena penulis sedang ‘curhat’) dan pengkategorian buku ini sebagai novel remaja. Apaaa? Buku ini lebih cocok masuk kategori autobiografi.  Dan walaupun tulisan-tulisan dari pihak ketiga seperti berita dan artikel yang disertakan sangat informatif, aku kurang suka dengan menyajiannya yang ‘plek-plekan’, tanpa diedit atau dirangkum. Sorry :(

At last, Fira dan Hafez tidak hanya bercerita tentang kehilangan, tapi juga bangkit dan terus menjalani hidup. Ditulis dengan gaya bahasa yang akrab, membuat pembaca mudah menangkap dan menyerap cerita serta hal-hal yang bisa dipelajari. Setelah beres membaca buku ini, aku siap untuk menonton film adaptasinya yang diberi judul ‘Cinta Selamanya’. Kapan tayangnya? Kuharap tidak akan lama lagi. Recommended! ;D

You May Also Like

3 comment(s)

  1. Duh ini bagaikan meratapi kesedihan setiap hari, tapi Fira ini sangat kuat ya, dan hampir semua tulisan terisnpirasi oleh suaminya

    ReplyDelete
  2. Fira dan hafez cerita yg sgt mirip dg ku,aku adalah wanita karir mapan seorang single parent dg anak perempuan 1,aku menjadi janda krna suamiku berselingkuh dg wanita lain yg akhirnya aku harus bangkit dlm keterpurukan untuk bertahan hidup dlm kepedihan dan membiayai anakku,sampai aku menjadi spt skr seorang wanita karir dan mapan,banyak laki laki keluar masuk dlm hidupku tapi tak satupun yg bisa meraih hatiku karena aku hanya ingin laki laki yg akan mencintaiku sampai akhir hayatku untuk menjadi cinta selamanya,sampai suatu ketika aku berkenalan dg seorang polisi umurnya beda 9 th di bawahku(yg kala itu aku tdk suka polisi meski aku py adik seorang polisi)tp dengan segala kegigihannya meyakinkan aku bahwa dia bisa menyayangi aku dan ankku sepenuh hati,itu yg membuat aku jatuh cinta dan cinta ini untuk selamanya....

    ReplyDelete
  3. Untuk pertama kalinya saya menangis membaca sebuah novel,yang membuat saya lebih menghargai pasangan dalam suka dan duka

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D