Sky Nakayama
207 Halaman
PlotPoint, April 2013
Rp. 12.000
(Promo Diskon Bentang)
Aria tahu cewek pasti lebih memilih kakaknya daripada dia. Kakaknya,
Arian, lebih ramah dan sangat supel, sementara ia pendiam, kaku, dan susah
bergaul. Itu sebabnya, saat Aria tahu Arian suka dengan tetangga baru mereka,
ia cuma melengos dan tidak mau ambil peduli.
Lalu, Aria tak sengaja membuka jendela dan melihat sosok tetangga
barunya. Gadis itu menyapanya. Bukannya membalas Aria malah membanting jendela.
Kenapa dia melakukan itu? Dia tidak kenal gadis itu, tapi ada sesuatu yang
berbeda dari senyumnya. Apa-apaan ini? Apa dia menyukai gadis itu? Gila.
Bagaimana dengan kakaknya?
Nama gadis itu: Alina. Alina yang kesepian punya hati rapuh akibat
kematian kakaknya yang sudah bertahun lalu terjadi. Alina sebenarnya ingin
terus membangun tembok hati agar tak terluka kembali. Namun, hidup terus
memaksanya membuka hati. Sahabat kecilnya yang bertahun-tahun menghilang kini
hadir kembali, dan dua kakak beradik tetangga sebelah rumah juga mulai mengusik
hatinya.
Ini adalah kisah mereka yang ingin selalu menunda apa isi hati. Ini
tentang mereka yang diingatkan kembali oleh hidup, bahwa rahasia hati menunggu
untuk diungkapkan.
Aku sudah mendengar judul novel Sesuatu Yang Tertunda ini jauuuuh
sebelum informasi terbitnya dipublikasikan dan fisiknya masuk ke toko buku. Ada
kejadian memalukan sekaligus mengecewakan dibaliknya. Rasa penasaranku jadi cukup
tinggi. Now, let’s review :D
"Siapa
lagi yang bisa bikin kita sakit hati, selain orang yang paling kita sayangi?"
– halaman 87
Pikiran Aria penuh dengan kuliah,
kesehatan ibunya dan mantan pacarnya, Anggi, yang menikah dengan laki-laki
lain. Jadi dia tidak mengacuhkan tetangga baru yang mencuri perhatian kakaknya,
Arian. Tapi kemudian dia tak sengaja bertatapan dengan perempuan bernama Alina
itu lewat jendela mereka. Pertemuan-pertemuan selanjutnya membuat Aria dan
Alina semakin dekat. Tapi dia tidak yakin hubungannya dengan Alina akan
berhasil. Dia bukan Arian yang sempurna dalam segala hal.
Sementara itu, Alina senang dengan pertemanannya
dengan kakak beradik itu. Kesedihannya akan kepergiaan kakaknya, Agung, agak
terobati. Tapi tidak lagi saat Dio, teman semasa SMA-nya, muncul lagi dan menjadi
barista baru di tempat Alina bekerja, Blue Velvet. Dio bersikap seolah-olah dia
tidak tahu ataupun peduli dengan kehilangan yang Alina rasakan tiga tahun lalu.
"Ia
mengerti bahwa ada banyak hal yang memang tak dapat diubahnya. Tapi kini ia
paham, bukan dunia yang harus berubah mengikutinya, tetapi dirinyalah yang
harus berubah, melebur dengan ritme waktu tanpa harus kehilangan warna hidup
yang telah membentuk dirinya." – halaman 191
Sesuatu Yang Tertunda punya gaya tulisan yang cukup enak dibaca dan
twist. Sayangnya nilai plus itu tidak
didukung oleh alur dan tokoh yang menarik. Ceritanya datar, banyak detail yang
tidak konsisten, penuh kebetulan yang memaksa dua tokoh atau lebih
berinteraksi, dan ada satu bagian yang mirip sekali dengan adegan film Eiffel,
I’m in Love. Info tentang kesamaan itu aku baca di salah review-nya di laman Goodreads, sebelum aku membaca novelnya. Begitu
aku sampai ke bagian itu, aku tak menyangka detailnya juga hampir sama. Aku memang
tidak terlalu ingat dengan detail di filmnya. Tapi kembang api, berantem, babak
belur ... cukup klik dengan apa yang aku ingat.
Bagian tersebut ternyata cukup
penting dan menjadi awal dari konflik yang dimiliki Aria. Namun, aku rasa masih
banyak pilihan lain untuk menjelaskannya. Mungkin bisa dimulai dari memberi
para tokohnya me time lebih banyak. Aku
capek dengan pertemuan mendadak dan ‘tidak sengaja’ yang ada. Cerita sepertinya
susah bergulir kalau setiap tokohnya tidak bertemu setiap hari dan waktu. Kalau
saja mereka dalam keadaan sendirian, pembaca akan bisa melihat pribadi mereka.
Apa yang mereka lakukan saat santai atau tertekan, rencana-rencana apa yang
dirancang, dan pikiran-pikiran yang menggema di kepala mereka saat tidak
tertutupi suara orang lain.
Aku tidak yakin, sih, tapi
pendekatan tokoh itu bisa membantu ketidaksinkronan detail dalam cerita. Ini
sepertinya khusus untuk pihak penulisnya. Sebelum menyentuh pembaca, tokoh itu
berada ditangan penulis. Jika penulisnya cukup dekat dan mengerti bagaimana
tokohnya hidup, dia bisa melihat jika ada sesuatu yang salah. Seperti latar
belakang kenapa Aria berantem di malam itu. Apa Aria emosi karena bertemu
mantan atau tidak sengaja ditabrak orang asing? Lalu bagaimana kabar ibu
kakak beradik itu?
At last, Sesuatu Yang
Tertunda sebenarnya punya gaya menulis yang baik. Sayang sekali tidak
dimanfaatkan untuk mengembangkan cerita yang lebih detail dalam kehidupan
tokoh-tokohnya. Semoga penulis bisa memperbaikinya di karya-karya selanjutnya :)
Reviewnya keren, boleh dong sekali-sekali cerpenku (yang masih pemula) di review juga :)
ReplyDelete