Tuesday, April 7, 2015

Eiffel, Tolong!

Clio Freya
343 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Maret 2009
Rp. 48.000,- (edisi lama/ Rp. 67.000 (edisi baru)

Siapa sih yang nggak bakalan melonjak-lonjak kegirangan kalau ditawari liburan musim panas di Paris tanpa orangtua selama dua minggu?

Itu juga yang dilakukan Fay Regina Wiranata--yang baru saja naik ke kelas 3 SMA--ketika orangtuanya memberitahukan bahwa dia sudah didaftarkan kursus bahasa Prancis selama dua minggu di Paris.

Namun, setelah menginjakkan kaki di kota Paris, kegembiraan Fay berubah seketika; ia diculik oleh seorang pria yang memintanya berpura-pura menjadi seorang gadis Malaysia bernama Seena. Sejak itu, Fay menjalani kehidupan ganda selama dua minggu: kursus bahasa pada pagi hari dan latihan menjadi Seena pada sore hari

Masalah mulai muncul ketika Fay jatuh cinta pada Kent, seorang pemuda asal Inggris yang juga keponakan si penculik. Hidup Fay juga makin runyam ketika muncul Reno, teman kursusnya yang secara terang-terangan menentang hubungannya dengan Kent

Seperti apa hubungan Fay dengan Kent? Apa yang terjadi saat Fay melakukan tugasnya berperan sebagai Seena? Apa sebenarnya yang diinginkan oleh penculiknya?

Sudah lama aku tertarik untuk membaca Eiffel, Tolong!. Alasan utamanya sih karena ada gambar menara Eiffel di cover-nya dan setting ceritanya di Paris (obviously). Aku dengar novel ini punya cerita remaja yang berbeda dan jumlahnya cukup langka, sampai penerbit yang bersangkutan mengeluarkan edisi baru dengan cover yang ‘nyambung’ dengan seri keduanya, From Paris to Eternity. Dorongan untuk membaca semuanya semakin besar saat aku mendapatkan seri ketiganya, Traces of Love, secara gratis. Now, let’s review it ;D

"Saya ingin kamu berpura-pura menjadi orang lain dan memainkan peran itu selama beberapa hari. Kamu akan menjadi seorang gadis Malaysia yang akan mendaftarkan diri di universitas di Zurich dan singgah di tempat pamannya di Paris dalam perjalanan ke sana." – halaman 51

Fay Regina Wiranata mengisi liburan sekolah dengan mengikuti kursus bahasa Prancis di Paris selama dua minggu tanpa seorang pun yang menemaninya. Sesampainya di Paris, Fay dianjurkan untuk berjalan-jalan di sekitar menara Eiffel dan Champs-Élyées oleh host family-nya, Jacque dan Celine. Di tengah aktivitasnya, dua orang asing membawanya secara paksa ke tempat yang dia tidak ketahui. Dia disuruh melewati berbagai macam tes sampai akhirnya bertemu dengan Andrew McGallaghan. Andrew terkesan dengan kemiripan Fay dengan Seena Fatima Abdoellah, keponakan Alfred Whitman, seorang pengusaha yang menjadi target operasi rahasianya. Dia meminta Fay berpura-pura menjadi Seena untuk beberapa hari dan mengorek informasi rahasia dari kediaman Alfred. Andrew membuat surat palsu untuk menutupi kegiatan ganda Fay itu.

Fay mengikuti kelas bahasa Prancis pertamanya sesuai rencana. Dengan cepat dia akrab dengan Reno, salah satu teman kursus yang berasal dari Ekuador. Sesudah kursus, dia dijemput untuk mengikuti latihan di tempat Andrew. Kemampuan fisik dan analisa Fay dilatih dengan keras. Dua kegiatan itu memenuhi agenda Fay tiap harinya. Di satu waktu, Andrew menugaskan keponakannya, Kent, untuk melatih Fay. Latihan itu tidak berlangsung lancar karena Kent punya rencana pribadi. Saat Andrew mengetahui kelalaian itu, Fay berbohong untuk melindungi Kent. Itu membuat Kent kaget sekaligus malu. Fay dan Kent mulai akrab setelah itu. Kedekatan mereka membuat Reno agak gusar dan berkali-kali memperingatkan Fay.


"Sesuatu yang tidak pernah kamu punyai adalah sesuatu yang tidak nyata, dan pertanyaan tentang sesuatu yang tidak nyata adalah pertanyaan yang sia-sia." – halaman 186

Eiffel, Tolong! memang punya cerita yang cukup unik dari teenlit lokal kebanyakan. Cerita Fay yang mendadak jadi ‘agen rahasia’ ini seru dan cukup menegangkan, apalagi bagian akhirnya. Didukung gaya penulisan yang enak dibaca, penjelasan operasi dan segala ‘bisnis’ milik Andrew yang cukup rumit bisa dinikmati. Sayangnya aku sedang dalam kondisi yang sangat capek saat mencoba mengerti semua itu. Makanya butuh waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikan novel ini. Padahal, kalau ceritanya memang rame, seharusnya rasa capek itu terlupakan dan aku ‘kesetanan’ melahap tiap halaman. Itu yang biasanya terjadi kalau aku menemukan bacaan bagus. Tapi berbeda dengan yang satu ini.

Alasannya mungkin karena aku tidak suka dengan tokoh utamanya. Menurutku, tokoh Fay ini agak pasif. Dia seperti tidak punya kendali dengan kehidupannya sendiri. Dia bahkan tidak mau repot-repot memikirkannya. Dia seperti membiarkan orang lain mengurus segalanya. Contohnya, Fay tidak mencoba menolak ‘permintaan’ Andrew. Dia memang sempat bertanya bagaimana kalau dia tidak menyanggupi ‘peran’ itu, tapi dia tidak berpikir panjang untuk sekedar bertanya kepada hati nuraninya. Aneh sekali. Fay sadar nggak sih dia disuruh melakukan sebuah kebohongan yang sangat besar? Lalu apa motivasinya melakoni peran itu? Ancaman yang dilayangkan Andrew tidak begitu jelas apalagi mengikatnya. Lalu  tidak terpikirkah apa yang akan terjadi saat dan setelah tugasnya selesai? Sepertinya Fay terlalu senang karena timbangannya turun drastis dan sibuk terpesona dengan mata biru cemerlang milik Kent.

Ketidakacuhan Fay pada nasibnya sendiri, membuatku malas dengan segala hal yang dia lakukan. Seperti penilaiannya terhadap kepribadian ruangan milik Andrew. Penjelasan tidak tertata rapi, tidak benar-benar merangkum apalagi menceritakan ‘rasa’ ruangan tersebut. Penjelasan lainnya juga begitu. Beberapa sampai aku skip saking sia-sianya. Lalu aku juga sadar pembagian bab tidak proporsional. Ada cukup panjang (ini mungkin didukung efek kecapekan) sampai 40 halaman, tapi ada yang cuma 20 halaman. Andai jumlah halaman tiap babnya tidak timpang dan singkat-singkat, mungkin ceritanya akan terasa lebih cepat dan memacu rasa penasaran.

Untungnya, tokoh-tokoh lain seperti Kent, Reno, bahkan Andrew masih membuatku penasaran. Kemunculan mereka, walaupun kadang nggak penting, selalu membawa sesuatu yang mengejutkan, baik tentang operasi rahasia atau kehidupan klan McGallaghan. Twist tentang hubungan Kent dan Reno benar-benar tidak pernah aku pikirkan! Aku memang sudah menduga ada sesuatu antara mereka tapi tidak sampai ke sana. Bagian akhirnya, di mana operasi rahasia itu dijalankan, sangat seru. Hanya saja porsinya kurang panjang. Untung saja ending-nya cukup ‘menggantung’ dan membuatku ingin membaca seri keduanya. Siapa pun akan tertarik begitu membaca sinopsis singkat itu!

At last, Eiffel, Tolong! akan membawamu mengikuti perubahan drastis kehidupan Fay sebagai remaja biasa. Setting di Paris yang sayang untuk dilewatkan, gaya bahasa yang oke, tokoh-tokoh yang menarik, kecuali Fay, dan segala kehidupan ‘rahasia’-nya akan menarikmu untuk menyelesaikan ceritanya sampai halaman terakhir ;D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D