Clio Freya
343 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Maret 2009
Rp. 48.000,- (edisi lama) / Rp. 67.000 (edisi baru)
Siapa sih yang nggak
bakalan melonjak-lonjak kegirangan kalau ditawari liburan musim panas di Paris
tanpa orangtua selama dua minggu?
Itu juga yang dilakukan Fay Regina Wiranata--yang baru saja naik ke
kelas 3 SMA--ketika orangtuanya memberitahukan bahwa dia sudah didaftarkan
kursus bahasa Prancis selama dua minggu di Paris.
Namun, setelah menginjakkan kaki di kota Paris, kegembiraan Fay berubah
seketika; ia diculik oleh seorang pria yang memintanya berpura-pura menjadi
seorang gadis Malaysia bernama Seena. Sejak itu, Fay menjalani kehidupan ganda
selama dua minggu: kursus bahasa pada pagi hari dan latihan menjadi Seena pada
sore hari
Masalah mulai muncul ketika Fay jatuh cinta pada Kent, seorang pemuda
asal Inggris yang juga keponakan si penculik. Hidup Fay juga makin runyam
ketika muncul Reno, teman kursusnya yang secara terang-terangan menentang
hubungannya dengan Kent
Seperti apa hubungan Fay dengan Kent? Apa yang terjadi saat Fay
melakukan tugasnya berperan sebagai Seena? Apa sebenarnya yang diinginkan oleh
penculiknya?
Sudah lama aku tertarik untuk
membaca Eiffel, Tolong!. Alasan
utamanya sih karena ada gambar menara Eiffel di cover-nya dan setting
ceritanya di Paris (obviously). Aku dengar
novel ini punya cerita remaja yang berbeda dan jumlahnya cukup langka, sampai
penerbit yang bersangkutan mengeluarkan edisi baru dengan cover yang ‘nyambung’ dengan seri keduanya, From Paris to Eternity.
Dorongan untuk membaca semuanya semakin besar saat aku mendapatkan seri
ketiganya, Traces of Love, secara gratis. Now,
let’s review it ;D
"Saya
ingin kamu berpura-pura menjadi orang lain dan memainkan peran itu selama
beberapa hari. Kamu akan menjadi seorang gadis Malaysia yang akan mendaftarkan
diri di universitas di Zurich dan singgah di tempat pamannya di Paris dalam
perjalanan ke sana." – halaman 51
Fay Regina Wiranata mengisi liburan
sekolah dengan mengikuti kursus bahasa Prancis di Paris selama dua minggu tanpa
seorang pun yang menemaninya. Sesampainya di Paris, Fay dianjurkan untuk
berjalan-jalan di sekitar menara Eiffel dan Champs-Élyées oleh host family-nya, Jacque dan Celine. Di
tengah aktivitasnya, dua orang asing membawanya secara paksa ke tempat yang dia
tidak ketahui. Dia disuruh melewati berbagai macam tes sampai akhirnya bertemu
dengan Andrew McGallaghan. Andrew terkesan dengan kemiripan Fay dengan Seena
Fatima Abdoellah, keponakan Alfred Whitman, seorang pengusaha yang menjadi
target operasi rahasianya. Dia meminta Fay berpura-pura menjadi Seena untuk
beberapa hari dan mengorek informasi rahasia dari kediaman Alfred. Andrew
membuat surat palsu untuk menutupi kegiatan ganda Fay itu.
Fay mengikuti kelas bahasa Prancis pertamanya
sesuai rencana. Dengan cepat dia akrab dengan Reno, salah satu teman kursus
yang berasal dari Ekuador. Sesudah kursus, dia dijemput untuk mengikuti latihan
di tempat Andrew. Kemampuan fisik dan analisa Fay dilatih dengan keras. Dua
kegiatan itu memenuhi agenda Fay tiap harinya. Di satu waktu, Andrew menugaskan
keponakannya, Kent, untuk melatih Fay. Latihan itu tidak berlangsung lancar
karena Kent punya rencana pribadi. Saat Andrew mengetahui kelalaian itu, Fay berbohong
untuk melindungi Kent. Itu membuat Kent kaget sekaligus malu. Fay dan Kent
mulai akrab setelah itu. Kedekatan mereka membuat Reno agak gusar dan
berkali-kali memperingatkan Fay.
"Sesuatu
yang tidak pernah kamu punyai adalah sesuatu yang tidak nyata, dan pertanyaan
tentang sesuatu yang tidak nyata adalah pertanyaan yang sia-sia." –
halaman 186
Eiffel, Tolong! memang punya cerita yang cukup unik dari teenlit lokal kebanyakan. Cerita Fay
yang mendadak jadi ‘agen rahasia’ ini seru dan cukup menegangkan, apalagi
bagian akhirnya. Didukung gaya penulisan yang enak dibaca, penjelasan operasi dan
segala ‘bisnis’ milik Andrew yang cukup rumit bisa dinikmati. Sayangnya aku
sedang dalam kondisi yang sangat capek saat mencoba mengerti semua itu. Makanya
butuh waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikan novel ini. Padahal, kalau
ceritanya memang rame, seharusnya rasa capek itu terlupakan dan aku ‘kesetanan’
melahap tiap halaman. Itu yang biasanya terjadi kalau aku menemukan bacaan
bagus. Tapi berbeda dengan yang satu ini.
Alasannya mungkin karena aku
tidak suka dengan tokoh utamanya. Menurutku, tokoh Fay ini agak pasif. Dia
seperti tidak punya kendali dengan kehidupannya sendiri. Dia bahkan tidak mau
repot-repot memikirkannya. Dia seperti membiarkan orang lain mengurus
segalanya. Contohnya, Fay tidak mencoba menolak ‘permintaan’ Andrew. Dia memang
sempat bertanya bagaimana kalau dia tidak menyanggupi ‘peran’ itu, tapi dia tidak
berpikir panjang untuk sekedar bertanya kepada hati nuraninya. Aneh sekali. Fay
sadar nggak sih dia disuruh melakukan sebuah kebohongan yang sangat besar? Lalu apa
motivasinya melakoni peran itu? Ancaman yang dilayangkan Andrew tidak begitu
jelas apalagi mengikatnya. Lalu tidak
terpikirkah apa yang akan terjadi saat dan setelah tugasnya selesai? Sepertinya
Fay terlalu senang karena timbangannya turun drastis dan sibuk terpesona dengan
mata biru cemerlang milik Kent.
Ketidakacuhan Fay pada nasibnya sendiri, membuatku malas dengan
segala hal yang dia lakukan. Seperti penilaiannya terhadap kepribadian ruangan
milik Andrew. Penjelasan tidak tertata rapi, tidak benar-benar merangkum apalagi
menceritakan ‘rasa’ ruangan tersebut. Penjelasan lainnya juga begitu. Beberapa
sampai aku skip saking sia-sianya. Lalu aku juga sadar pembagian bab tidak
proporsional. Ada cukup panjang (ini mungkin didukung efek kecapekan) sampai
40 halaman, tapi ada yang cuma 20 halaman. Andai jumlah halaman tiap babnya
tidak timpang dan singkat-singkat, mungkin ceritanya akan terasa lebih cepat
dan memacu rasa penasaran.
Untungnya, tokoh-tokoh lain seperti Kent, Reno, bahkan
Andrew masih membuatku penasaran. Kemunculan mereka, walaupun kadang nggak
penting, selalu membawa sesuatu yang mengejutkan, baik tentang operasi rahasia
atau kehidupan klan McGallaghan. Twist tentang hubungan Kent dan Reno
benar-benar tidak pernah aku pikirkan! Aku memang sudah menduga ada sesuatu antara mereka tapi
tidak sampai ke sana. Bagian akhirnya,
di mana operasi rahasia itu dijalankan, sangat seru. Hanya saja porsinya kurang
panjang. Untung saja ending-nya cukup
‘menggantung’ dan membuatku ingin membaca seri keduanya. Siapa pun akan
tertarik begitu membaca sinopsis singkat itu!
At last, Eiffel, Tolong!
akan membawamu mengikuti perubahan drastis kehidupan Fay sebagai remaja biasa. Setting
di Paris yang sayang untuk dilewatkan, gaya bahasa yang oke, tokoh-tokoh yang
menarik, kecuali Fay, dan segala kehidupan ‘rahasia’-nya akan menarikmu untuk
menyelesaikan ceritanya sampai halaman terakhir ;D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D