Stephanie Perkins
268 Halaman
Dutton Juvenile, 2010
Anna is looking forward to her senior year in Atlanta, where she has a
great job, a loyal best friend, and a crush on the verge of becoming more.
Which is why she is less than thrilled about being shipped off to boarding
school in Paris--until she meets Étienne St. Clair:
perfect, Parisian (and English
and American, which makes for a swoon-woorthy accent), and utterly
irresistible. The only problem is he’s taken, and Anna might be, too, if
anything comes of her almost-relationship back home.
As winter melts into spring, will a year of romantic near-misses end
with French kiss Anna-and the readers-have long awaited?
Anna and the French Kiss terpilih menjadi buku bacaan Quirky Reads
di bulan September. Buku ini sebenarnya kurencanakan untuk dibaca pada
pertengahan bulan lalu. Tapi begitu baca satu bab, langsung kubatalkan. ‘French
Kiss’ di judulnya itu aku kira kiasaan saja, tapi ternyata tokohnya beneran
pindah ke Paris. Saat itu aku sedang membaca buku lain yang kental dengan
Paris. Agak overwhelmed deh. Setelah
dianggurin, novel ini aku selesaikan tepat di hari terakhir September. Now, let’s review it!
:D
"I feel it
coming, but I can’t stop it.
PANIC.
They left me. My parents actually left me! IN FRANCE!"
Anna Oliphant kesal ayahnya
memasukannya ke sekolah asrama di Paris. Dia harus meninggalkan kehidupannya di
Atlanta, tempat Sean, adiknya yang masih kecil, Bridgette sahabatnya, Toph, gebetannya
tinggal, dan memulai segalanya dari nol. Ketika homesick mulai menyerang Anna, penghuni kamar sebelah, Meredith ‘Mer’
Chevalier, menenangkannya. Mer menyakinkan dirinya dan teman-teman yang lain
akan membantunya. Ada Rashmi dan Josh yang merupakan sepasang kekasih. Lalu ada
Étienne St. Clair, yang berpacaran dengan Ellie, teman mereka yang sudah lulus.
Di antara teman-teman barunya, St.
Clair dengan sabar mengajari Anna beradaptasi mulai dari memesan makanan kantin
yang kebanyakan menggunakan bahasa Perancis sampai menemaninya berwisata
keliling Paris. Mereka juga punya banyak persamaan, salah satunya ayah yang
menyebalkan. Anna bisa mengerti kenapa semua orang suka pada St. Clair. Tetapi
Anna tidak mau melihat St. Clair lebih dari teman. Mereka masing-masing sudah punya
pasangan, lalu rahasia umum kalau Mer memendam perasaan kepada St. Clair, dan
keadaan keluarga St. Clair yang rumit. Yang dibutuhkan St. Clair saat ini
adalah dukungan penuh dari teman-temannya, bukan masalah baru.
"And if he doesn’t
like me, then I’d probably lose his friendship. Things would be too weird.
And right now St.
Clair needs friendship."
Anna and the French Kiss menghadirkan kisah cinta remaja yang tak
kukira bakal begitu menguras emosi. Menggambil setting di kota yang didapuk sebagai kota paling romantis di dunia,
cerita Anna, St. Clair, teman-temannya, dan segala permasalahan mereka
membuatku sedikit book hangover. Tak hanya
sedih karena cerita menyenangkan ini akhirnya berakhir, tapi juga karena .. um,
ada beberapa yang sedikit baper. Jadi aku butuh waktu untuk menenangkan diri,
memikirkan faktor apa yang memicunya, sebelum siap mencurahkan semuanya di
sini.
Jawabannya tentu hubungan Anna
dan St. Clair yang terhalangi status masing-masing.
Chemistry di antara mereka begitu kuat. Setiap kegiatan yang mereka
lakukan bersama atau setiap topik obrolan, yang sensitif sekalipun, terasa
bermakna. Aku juga suka sekali dengan candaan mereka yang begitu lepas,
biasanya menyangkut aksen dan ke-british-an
St. Clair. Tak hanya itu, saat-saat yang
canggung sekali pun membuat hubungan mereka lebih seru untuk diikuti. Bagi yang
tidak bisa merasakannya sepertiku, mungkin akan cepat bosan. Apalagi kisah
mereka mengambil waktu satu tahun ajaran dan melewati hari-hari libur khas
Amerika Serikat. Semuanya terasa diulur-ulur. Aku juga sempat tidak mengerti
kenapa salah satu dari mereka mengalami ketakutan yang tidak beralasan. Namun,
di akhir semuanya terasa memuaskan. Saat hubungan mereka ditelaah lagi dari
awal sampai akhir, aku akhirnya paham akar masalahnya adalah salah pengertian,
sesuatu yang sering terjadi pada komunikasi dua orang atau lebih. Tidak melihat
apakah mereka pasangan tua atau muda, keluarga atau pacar. Kesimpulan yang di
dapat dari Anna dan St. Clair itu memberikan contoh penting, tentang bagaimana
kita menyikapi persoalan cinta yang sebenarnya sederhana tapi sering kali terlihat
sangat rumit karena bercampur dengan berbagai emosi.
Aku juga mengalami sedikit salah
pengertian saat baru mengenal karakter Anna. Di minggu-minggu pertamanya
sekolah di Paris, Anna tidak excited
untuk keliling Paris, mempelajari bahasa Perancis, atau paling tidak keluar
dari kamar asramanya. Kalau pun akhirnya keluar, dia tidak jarang membandingkan
hal-hal baru dengan kehidupan yang dia tinggalkan di Atlanta. Uggh, aku kesal
dia tidak memanfaatkan semua keberuntungan yang dia dapat dengan gampang. Aku
tahu dia homesick, tapi siapa sih
yang bakal begitu menderita dikirim ke kota cahaya itu? Saat culture shock yang dirasakan Anna sudah berkurang, aku mulai
menyukainya. Pertama, dia ternyata punya hobi menonton dan menulis review film-film yang kebanyakan tidak mainstream. Prinsipnya pergi nonton
sendirian itu sangat aku kagumi karena aku sendiri kayak gitu hahaha. Aku
mengerti perasaan Anna saat dia mendapatkan pertanyaan atau tatapan heran dari
orang-orang tentang kebiasaan itu. Apa salahnya nonton sendiri?
Toh, bioskopnya kemungkinan penuh, jadi kita tidak benar-benar sendirian. Di
dalam juga gelap dan diperuntukan untuk nonton film dengan nyaman. Ngobrol atau
cek ponsel sebentar bisa membuyarkan konsentrasi. Lalu tidak enak untuk memaksa
orang lain menonton film yang bukan selera mereka, seperti yang malas nonton
film Indonesia. Jadi nonton sendiri adalah pilihan terakhir :p Alasan
kedua, cara Anna menghadapi masalah cintanya cukup dewasa. Pilihannya untuk mengutamakan
persahabatan adalah langkah yang berani. Dia begitu mengerti permasalahan yang
menderap teman-temannya, sehingga rela berkorban untuk kebaikan semua. Memang sih
pengorbanan itu sedikit penyiksa. Tapi menunjukkan bahwa Anna punya kepribadian
yang baik dan seseorang yang terlalu berharga untuk ditinggalkan.
Kalau untuk St. Clair, hmmm . .
dia dan segala pesonanya sangat memikat. Walaupun punya tinggi badan yang cukup
pendek untuk kalangan laki-laki dan takut ketinggian, kekurangannya itu
tertutupi oleh sifatnya yang baik, ramah, dan menyenangkan. Latar belakang
campurannya, ayah dari Paris, lahir di Amerika, besar di Inggris, membuatnya
sangat unik. Sayangnya, aku kurang sreg dengan posisi dan cara dia menghadapi
masalah cintanya. Sebelum akhir cerita yang penuh penjelasan itu, aku tidak
benar-benar mengerti apa yang St. Clair inginkan. Sikapnya itu yang membuat
drama datang tak henti. Aku nggak tega memikirkan semua ini terjadi di kehidupan
nyata dan aku menjadi pihak yang kurang beruntung. Baper deh jadinya. Dan walaupun
tidak sepenuhnya, aku menemukan sifat orangtuanya dalam St.Clair. Hanya saja jalan
hidup St. Clair masih panjang dan dia masih bisa berusaha untuk menjadi lebih baik.
Stop baper soal cinta, mari
pindah ke baper soal kota impianku! Aku senang sekali dengan sisi Paris
yang ditampilkan di sini. Banyak tempat yang tak asing disebutkan, tapi banyak
juga tempat-tempat baru yang membuatku bersemangat. Ada Point Zéro
Des Routes De France – Titik Nol Perancis yang berada dekat Notre-Dame. Selama
ini aku kita titik tersebut ada di Menara Eiffel, karena di sana terdapat data
jumlah jarak Paris dengan beberapa ibu kota dunia. Lalu tentunya bioskop yang
tersebar di mana-mana. Dari sekian banyak buku tentang Paris yang kubaca, belum
ada yang menyinggung keberadaan tempat hiburan favoritku ini. Kalau pun ada,
pasti yang dibahas adalah festival film Cannes. Tambah satu lagi tujuan
wisataku ke Paris (ammiiiinnnn) ;)
At last, Anna and the French
Kiss melewati ekspetasiku dengan kisah romantis di kota romantis yang
sukses membuatku baper, lagi. Anna, St. Clair, dan teman-temannya memang masih
remaja. Tapi mereka memberiku hal-hal baru yang sangat berguna, untuk masalah
hati dan Paris. Rasa puas ini membuatku ingin meneruskan ke buku selanjutnya,
Lola and the Boy Next Door. Belum tahu apa benang merahnya, tapi aku excited untuk mencari tahu. Recommended! :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D