Stephanie Perkins
237 Halaman
Dutton Juvenile, September 2011
In this companion novel to Anna
and the French Kiss, two teens discover that true love may be closer than they
think.
Budding designer Lola Nolan doesn’t believe in fashion .. she belives
in costumes. The more expressive the outfit – more sparkly, more fun, more wild
– the better. But even though Lola’s style is outrageous, she’s a devoted
daughter and friend with some big plans for the future. And everything is pretty
perfect (right down to her hot rocker boyfriend) until the dreaded Bell twins,
Calliope and Cricket, return to the neighborhood.
When Cricket – a gifted inventor – steps out from his twin sister's
shadow and back into Lola's life, she must finally reconcile a lifetime of
feelings for the boy next door
Lola and the Boy Next Door adalah sekuel dari buku bacaan Quirky
Reads di bulan September, Anna and the French Kiss. Gini nih kalau sudah
terlanjur baca buku pertama dari sebuah seri, aku jadi penasaran dan diam-diam
bertekad melahap habis setiap bukunya. Berbeda dengan buku pertamanya yang memakan
waktu cukup lama untuk diselesaikan, buku kedua ini habis dibaca dalam waktu 24
jam. Now, let’s review it! :D
"I
don’t believe in fashion. I believe in costume. Life is too short to be the
same person every day."
Dolores ‘Lola’ Nolan mempunyai tiga
keinginan. Satu, merancang kostum Marie Antoinette untuk acara dansa musim
dingin. Dia sudah mempersiapkan segalanya dan yakin ini akan menjadi kostum
terbaiknya. Dua, dia ingin kedua ayahnya, Andy dan Nathan, menerima Max,
vokalis band rock, sebagai pacarnya
walaupun mereka punya perbedaan usia yang cukup jauh. Selain itu kedua ayah
Lola cemas dengan pergaulan anak band yang dekat dengan alkohol dan
obat-obatan. Lola menyadari bahwa mereka trauma dengan apa yang terjadi dengan
ibu kandungnya, Norah, yang merupakan seorang mantan pencandu dan tunawisma. Tapi
dia berusaha menyakinkan mereka bahwa Max tidak pernah memaksakan apapun
padanya. Tiga, Lola tidak mau melihat saudara kembar Bell lagi. Calliope,
seorang atlet eskating berprestasi yang sempat menjadi panutan Lola, selalu
sinis padanya. Cricket sedikit lebih baik tapi pemuda itu melukai hati Lola
sebelum pindah. Tetapi keluarga Bell ternyata kembali dan menjadi tetangga
sebelah rumah Lola lagi. Calliope masih sama seperti dulu. Namun Cricket
memberi Lola kejutan dengan menyatakan perasaannya.
"Up
close, I saw that his acne had disappeared, and his face had grown older. We stood
there, smiling like fools. What do you say to someone who is not the same and
yet completely the same? Had I changed, too, or had it just been him?"
Lola and the Boy Next Door mempunyai kisah cinta remaja yang cukup
berbeda dengan menampilkan tokoh utama perempuan tidak selalu terhipnotis pesona
laki-laki impiannya, dengan konflik yang sesuai dengan keadaan sekarang,
orangtua gay, ibu kandung yang
bermasalah, dan pacar yang lebih tua. Seriusan, baru kali ini aku menemukan
tokoh yang sadar akan potensi dirinya tanpa harus jatuh bangun dan akhirnya
ditolong pangeran berkuda. Karakter Lola ini fun, penuh percaya diri dan kuat. Kesenangannya mengenakan kostum
dalam kesehariannya, kadang menjadi stroberi, api, dan hal unik lainnya,
mengagetkanku. Lola betul-betul sudah menemukan jati dirinya, di usia yang
sangat muda!
Mungkin kedewasaan ini muncul karena Lola hidup di lingkungan keluarga berbeda.
Memang ibu kandungnya membuatnya benci pada masa lalu, tetapi itu juga yang
mengasahnya dan mendorongnya untuk jadi seseorang yang lebih baik. Lalu
pengalaman kedua ayahnya, membuat Lola punya banyak toleransi pada perbedaan.
Walaupun begitu, aku masih bisa
melihat Lola masih seperti gadis pada umumnya yang ingin menemukan cinta
sejati. Satu untuk selamanya. Drama percintaannya dengan Max dan Cricket
membantunya belajar mengerti cinta lebih baik. Aku sempet dilema karena hubungan
Lola dengan kedua laki-laki itu sama baiknya. Max yang lebih tua membuat Lola
bertanggung jawab, sementara Cricket membuatnya tetap rendah hati. Aku sempet
condong ke Max, yang punya prinsip tidak memaksakan sesuatu pada Lola, tapi perasaaan
dan perhatian tulus dari Cricket juga membuatku terharu. Super bingung (padahal
bukan urusanku untuk memilih ;p). Jadi saat salah satu hubungan berakhir, aku
merasa sedikit kecewa. Kenapa harus berakhir seburuk itu? Apa ini agar pihak
lain jadi terlihat lebih baik?
Terlepas dari lika liku cinta Lola, kini
aku mengerti bahwa gelar ‘girl/boy next
door’ itu identik dengan seseorang yang sangat baik dan cenderung pemalu. Aku
kira siapa pun bisa mendapat sebutan itu asal tinggal tepat di sebelah rumah
kita. Ternyata tidak toh, hehehe. Lalu, aku senang dengan setting-nya di San Fancisco. Rasanya ini novel pertama yang kubaca
yang menggunakan kota tersebut. Biasanya kota bagian yang kecil atau
berputar-putar di LA, New York dan kota besar lainnya. Karena sebelumnya aku pernah
nonton Summer Break dan ada episode yang memperlihatkan cast-nya jalan-jalan ke
sana, Gambaran jalan yang naik turun agak ekstrim dan china town yang
dipaparkan Lola cukup jelas di pikiranku. Menarik sekali!
By the way, ada yang ingat apa hubungan San Francisco dengan novel
sebelumnya, Anna and the French Kiss? Yap, Anna and St.Clair berkuliah di
sana. Mereka muncul sebagai teman kerja Lola di salah satu bioskop. Kisah
mereka dulu di Paris dan sekarang yang membuat Lola mengevaluasi hubungannya
dengan Max dan Cricket. Tetapi kemunculan pasangan ini terlalu banyak, terutama
yang menunjukan betapa mesra dan serius hubungan mereka. Bukannya tidak ikut
senang, hanya saja kehadiran mereka sedikit menganggu konsentrasiku kepada kisah
Lola. Seharusnya Lola yang jadi pusatnya, kan? Lalu aku merasa asing dengan
Anna dan St. Clair yang ‘baru’ ini. Mereka, dari sudut pandang Lola, terlihat
begitu santai. Sangat berbeda dibandingkan cerita dulu yang menggunakan sudut
pandang Anna. Kenapa, ya?
At last, dengan memunculkan tokoh utama yang percaya diri dan
menyadari potensinya, Lola and the Boy
Next Door memberikan udara segar untuk kisah percintaan remaja yang kubaca
selama ini. Konflik cinta segitiga dan keluarga yang jauh dari ideal memberikan
Lola lebih banyak alasan untuk jadi lebih kuat. Aku penasaran, apakah Lola akan
muncul di buku ketiga nanti, menjadi benang merah seperti Anna dan St. Clair? Can’t wait to find it out. Recommended! ;)
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D