Monday, October 26, 2015

Lola and the Boy Next Door

Stephanie Perkins
237 Halaman
Dutton Juvenile, September 2011

In this companion novel to Anna and the French Kiss, two teens discover that true love may be closer than they think.

Budding designer Lola Nolan doesn’t believe in fashion .. she belives in costumes. The more expressive the outfit – more sparkly, more fun, more wild – the better. But even though Lola’s style is outrageous, she’s a devoted daughter and friend with some big plans for the future. And everything is pretty perfect (right down to her hot rocker boyfriend) until the dreaded Bell twins, Calliope and Cricket, return to the neighborhood.

When Cricket – a gifted inventor – steps out from his twin sister's shadow and back into Lola's life, she must finally reconcile a lifetime of feelings for the boy next door

Lola and the Boy Next Door adalah sekuel dari buku bacaan Quirky Reads di bulan September, Anna and the French Kiss. Gini nih kalau sudah terlanjur baca buku pertama dari sebuah seri, aku jadi penasaran dan diam-diam bertekad melahap habis setiap bukunya. Berbeda dengan buku pertamanya yang memakan waktu cukup lama untuk diselesaikan, buku kedua ini habis dibaca dalam waktu 24 jam. Now, let’s review it! :D

"I don’t believe in fashion. I believe in costume. Life is too short to be the same person every day."

Dolores ‘Lola’ Nolan mempunyai tiga keinginan. Satu, merancang kostum Marie Antoinette untuk acara dansa musim dingin. Dia sudah mempersiapkan segalanya dan yakin ini akan menjadi kostum terbaiknya. Dua, dia ingin kedua ayahnya, Andy dan Nathan, menerima Max, vokalis band rock, sebagai pacarnya walaupun mereka punya perbedaan usia yang cukup jauh. Selain itu kedua ayah Lola cemas dengan pergaulan anak band yang dekat dengan alkohol dan obat-obatan. Lola menyadari bahwa mereka trauma dengan apa yang terjadi dengan ibu kandungnya, Norah, yang merupakan seorang mantan pencandu dan tunawisma. Tapi dia berusaha menyakinkan mereka bahwa Max tidak pernah memaksakan apapun padanya. Tiga, Lola tidak mau melihat saudara kembar Bell lagi. Calliope, seorang atlet eskating berprestasi yang sempat menjadi panutan Lola, selalu sinis padanya. Cricket sedikit lebih baik tapi pemuda itu melukai hati Lola sebelum pindah. Tetapi keluarga Bell ternyata kembali dan menjadi tetangga sebelah rumah Lola lagi. Calliope masih sama seperti dulu. Namun Cricket memberi Lola kejutan dengan menyatakan perasaannya.


"Up close, I saw that his acne had disappeared, and his face had grown older. We stood there, smiling like fools. What do you say to someone who is not the same and yet completely the same? Had I changed, too, or had it just been him?"

Lola and the Boy Next Door mempunyai kisah cinta remaja yang cukup berbeda dengan menampilkan tokoh utama perempuan tidak selalu terhipnotis pesona laki-laki impiannya, dengan konflik yang sesuai dengan keadaan sekarang, orangtua gay, ibu kandung yang bermasalah, dan pacar yang lebih tua. Seriusan, baru kali ini aku menemukan tokoh yang sadar akan potensi dirinya tanpa harus jatuh bangun dan akhirnya ditolong pangeran berkuda. Karakter Lola ini fun, penuh percaya diri dan kuat. Kesenangannya mengenakan kostum dalam kesehariannya, kadang menjadi stroberi, api, dan hal unik lainnya, mengagetkanku. Lola betul-betul sudah menemukan jati dirinya, di usia yang sangat muda! Mungkin kedewasaan ini muncul karena Lola hidup di lingkungan keluarga berbeda. Memang ibu kandungnya membuatnya benci pada masa lalu, tetapi itu juga yang mengasahnya dan mendorongnya untuk jadi seseorang yang lebih baik. Lalu pengalaman kedua ayahnya, membuat Lola punya banyak toleransi pada perbedaan.

Walaupun begitu, aku masih bisa melihat Lola masih seperti gadis pada umumnya yang ingin menemukan cinta sejati. Satu untuk selamanya. Drama percintaannya dengan Max dan Cricket membantunya belajar mengerti cinta lebih baik. Aku sempet dilema karena hubungan Lola dengan kedua laki-laki itu sama baiknya. Max yang lebih tua membuat Lola bertanggung jawab, sementara Cricket membuatnya tetap rendah hati. Aku sempet condong ke Max, yang punya prinsip tidak memaksakan sesuatu pada Lola, tapi perasaaan dan perhatian tulus dari Cricket juga membuatku terharu. Super bingung (padahal bukan urusanku untuk memilih ;p). Jadi saat salah satu hubungan berakhir, aku merasa sedikit kecewa. Kenapa harus berakhir seburuk itu? Apa ini agar pihak lain jadi terlihat lebih baik?

Terlepas dari lika liku cinta Lola, kini aku mengerti bahwa gelar ‘girl/boy next door’ itu identik dengan seseorang yang sangat baik dan cenderung pemalu. Aku kira siapa pun bisa mendapat sebutan itu asal tinggal tepat di sebelah rumah kita. Ternyata tidak toh, hehehe. Lalu, aku senang dengan setting-nya di San Fancisco. Rasanya ini novel pertama yang kubaca yang menggunakan kota tersebut. Biasanya kota bagian yang kecil atau berputar-putar di LA, New York dan kota besar lainnya. Karena sebelumnya aku pernah nonton Summer Break dan ada episode yang memperlihatkan cast-nya jalan-jalan ke sana, Gambaran jalan yang naik turun agak ekstrim dan china town yang dipaparkan Lola cukup jelas di pikiranku. Menarik sekali!

By the way, ada yang ingat apa hubungan San Francisco dengan novel sebelumnya, Anna and the French Kiss? Yap, Anna and St.Clair berkuliah di sana. Mereka muncul sebagai teman kerja Lola di salah satu bioskop. Kisah mereka dulu di Paris dan sekarang yang membuat Lola mengevaluasi hubungannya dengan Max dan Cricket. Tetapi kemunculan pasangan ini terlalu banyak, terutama yang menunjukan betapa mesra dan serius hubungan mereka. Bukannya tidak ikut senang, hanya saja kehadiran mereka sedikit menganggu konsentrasiku kepada kisah Lola. Seharusnya Lola yang jadi pusatnya, kan? Lalu aku merasa asing dengan Anna dan St. Clair yang ‘baru’ ini. Mereka, dari sudut pandang Lola, terlihat begitu santai. Sangat berbeda dibandingkan cerita dulu yang menggunakan sudut pandang Anna. Kenapa, ya?

At last, dengan memunculkan tokoh utama yang percaya diri dan menyadari potensinya, Lola and the Boy Next Door memberikan udara segar untuk kisah percintaan remaja yang kubaca selama ini. Konflik cinta segitiga dan keluarga yang jauh dari ideal memberikan Lola lebih banyak alasan untuk jadi lebih kuat. Aku penasaran, apakah Lola akan muncul di buku ketiga nanti, menjadi benang merah seperti Anna dan St. Clair? Can’t wait to find it out. Recommended! ;)


No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D