Halooo, blog Too Early mendapat
kesempatan menjadi host blog tour
lagi. Kali ini buku yang dibahas adalah Suti karya Sapardi Djoko Damono. Aku
menulis review untuk ceritanya,
menanyakan beberapa pertanyaan ke penulis, dan tentunya ada giveaway! :D
Sapardi Djoko Damono
200 Halaman
Penerbit Buku Kompas, November 2015
Suti adalah seorang perempuan yang dengan enteng tetapi tegar
menyaksikan dan menghayati proses perubahan masyarakat pramodern ke modern yang
dijalaninya ketika bergerak dari sebuah kampung pinggir kota ke tengah-tengah
kota besar.
Ia bergaul dengan gerombolan pemuda berandalan maupun keluarga priayi
tanpa merasa kikuk, dan melaksanakan apa pun yang bisa mendewasakan dan
mencerdaskan dirinya.
Suti terlibat dalam masalah yang sangat rumit dalam keluarga Den
Sastro, yang sulit dibayangkan ujung maupun pangkalnya.
Meskipun sudah memiliki dua karya
Sapardi Djoko Damono (SDD) yaitu novel Hujan Bulan Juni dan kumpulan sajak Melipat
Jarak, Suti adalah karya yang
pertama kubaca. Sempet kaget karena seorang sastrawan sekelas SDD mengadakan blog tour, sekaligus bangga karena aku
masuk dalam salah satu blogger yang
diajak. Thank you and now let’s review it! :D
"Perempuan
muda itu yatim, dan itu mungkin sebabnya orang desa cenderung menerima sebagai
hal yang wajar-sewajar-wajarnya kalau ada berita aneh tentangnya, meskipun
mereka tentu juga tahu bahwa orang yatim tidak harus aneh tingkah lakunya."
– halaman 5
Suti adalah perempuan muda yang tidak
bisa diam. Karena tak mau dibilang tidak becus mengurus anaknya, Parni, ibu
Suti, menikahkan Suti dengan Sarno, seorang duda yang kerja serabutan. Suti
juga tidak punya pekerjaan tetap. Kemudian keluarga Den Sastro datang dari Ngadijayan
dan menetap di desa Tungkal. Keluarga priyayi itu tinggal tak jauh dari
pemakaman, tempat makam ‘keramat’ Pak Parmin berada. Suti dan suaminya menjadi
orang-orang yang dimintai bantuan untuk mengerjakan apa saja.
Semakin sering berada di rumah
tersebut, Suti lama-lama menjadi bagian dari keluarga itu. Dia kagum dengan
kegagahan Pak Sastro sebagai kepala rumah tangga, kekuatan Bu Sastro dalam
memperjuangkan keluarga, si sulung Kunto yang pintar, dan si bungsu Dewo yang
nakal tapi berani. Dia juga mendapatkan hal-hal baru seperti film yang berbeda
dengan pertunjukan wayang, lalu buku-buku dan lainnya. Lalu perlahan Suti merasa
status ‘adik’ atau ‘anak bungsu’ yang kerap dikeluarkan Kunto dan Pak Sastro
tidak lagi cukup.
"Ia
merasa ada yang terbakar dalam dirinya. Bukan, bukan Sarno yang menyulut
apinya." – halaman 51
Satu kata yang paling cocok
menggambarkan Suti, rumit! Dari
awal Suti sudah dipandang sebelah mata dan menimbulkan topik obrolan yang
aneh-aneh. Kehidupannya semakin sibuk dengan keluarga Den Sastro. Dia punya
konflik dengan keempat orang priyayi itu. Semuanya agak susah diselesaikan
karena jika satu benang ditarik, benang lain akan ikut terbawa dan memperkeruh
suasana. Pusiiing deh. Tetapi Suti ini perempuan yang menarik. Dia bisa bergaul
dengan siapa saja, mudah beradaptasi dan memposisikan diri di situasi yang
paling canggung sekalipun, dan kemampuannya menyerap hal baru cukup
mengagumkan. Ketika pengetahuan baru muncul, Suti membandingkannya dengan
pengetahuan lain yang sudah dia tahu sebelumnya dan langsung mengaplikasikannya
pengetahuan gabungan tersebut dalam masalah di kehidupannya. Aku hanya berharap
Suti bisa lebih terbuka kepada orang lain dan sehingga bisa mengambil keputusan
yang lebih baik.
Walaupun masih memproses alur
hidup Suti ini, aku rasa pengalaman pertama membaca karya SDD cukup
menyenangkan. Yang paling aku suka adalah gaya penulisannya. Narasi yang
mendominasi, tetapi sangat enak dibaca. Setelah membaca ulang beberapa bagian,
aku menemukan banyak bagian yang ditulis sangat bagus untuk memperlihatkan karakter
setiap tokohnya dan itu menimbulkan efek yang kuat. Masih sulit memilih siapa
tokoh favoritku, Suti, Bu Sasro, atau Kunto. Drama tiga babaknya juga
membantuku masuk ke cerita dan memperlihatkan naik turun perkembangan cerita
dengan baik.
Selain itu, unsur Jawa Tengahnya
sangat kental. Iya, lah, latar belakangnya, kan di Solo. Sebelum cerita dimulai,
tersedia daftar kata dan istilah bahasa Jawa sebagai acuan. Untuk seseorang
yang tidak familiar dan hanya sesekali membaca cerita Jawa, semuanya jadi
sangat menarik. Aku mencoba menebak arti beberapa kata, karena kadang
kosakatanya tidak jauh dari bahasa Sunda. Tetapi memang masih ada yang salah tebak
hahaha. Lalu apa aku sudah ceritanya mengambil latar waktu yang jadul, tepatnya
tahun 1960-an? Semuanya terlihat sederhana, tetapi tetap saja rumit untuk
ukuran zaman tersebut. Di sini pergesekan antara kehidupan kota dan desa
mulai terjadi. Kedatangan keluarga priyayi menjadi salah satu faktornya. Kebiasaan
masyarakat desa pun mulai bergeser, tak jauh berbeda dari gaya hidup orang kota.
Tetapi mereka masih percaya pada hal gaib dan mengkramatkan sesuatu.
Perubahan desa dan kota yang
lambat tapi pasti itu cukup menyita perhatianku. Tetapi aku bingung seberapa
besar dan lama perubahan itu berlangsung. Narasi dalam cerita tidak menjelaskan
dengan jelas berapa tahun Suti bekerja di rumah Den Sastro. Aku kaget saat
Kunto tiba-tiba saja sudah memikirkan akan bekerja di kota mana. Bukannya dia
baru saja mulai kuliah di Yogya? Atau pendidikannya lebih singkat
karena dia mengambil program D2 atau D3? Kebingungan lainnya dari salah ketik.
Karena ini aku anggap sebagai sastra, satu penulisan yang agak lain mungkin
saja menjadi atau bisa memberi arti tersembunyi. Aku berpikir seperti itu
sampai Kunto disebut sebagai ‘si bontot’. Lalu yang kurang memuaskan adalah
jumlah halamannya yang singkat. Aku mau cerita lebih panjang, terutama di babak
ketiga yang terasa sangat cepat itu. Tapi dengan bagian yang sedikit, akhir
ceritanya sukses bikin aku sesak nafas. Rumiiit, masih rumit.
At last, Suti memperlihatkan bahwa jumlah halaman yang tipis masih memperlihatkan cerita rumit dengan narasi dan tokoh-tokoh yang kuat. Malah lebih mudah dibaca ulang, terutama untuk aku yang masih ingin mengali detail-detail kecil yang terlewatkan. Selain itu, aku jadi semangat untuk membaca karya SDD selanjutnya. Oh, iya, jangan lupa ikuti giveaway-nya di sini :D :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D