Lessons Learnt #3: #TanyaPenulis bersama Moemoe Rizal

by - 3:38 PM

#TanyaPenulis yang dipersembahkan oleh penerbit Gagas Media ini adalah sebuah program yang dirancang untuk mempertemukan pembaca dengan penulis favoritnya. Sebelumnya pembaca diminta untuk mengajukan pertanyaan lewat akun Twitter milik penerbit, @GagasMedia dengan menyertakan hashtag penulis yang bersangkutan. Lalu penulis tersebut akan memilih beberapa pertanyaan untuk dijawab dalam sebuah video. Baca bagian pertama dan kedua dan mari lanjut ke penulis selanjutnya ;)


Penulis Kelima
Moemoe Rizal (@moemoerizal)
Buku yang udah aku baca:
Bangkok: The Journal

The question:
00:44
@frema_siti
“Kak moemoe, kasih tau cara membuat novel yang baik, benar dan bagus seperti buatan kak mumu?”

His answer:
“Oke, cara membuat novel yang baik, yang baik sebetulnya mungkin yang sesuai dengan EYD tapi untuk penulis, jangan memikirkan EYD untuk pertama kali. Kita nulis, nulis aja. Ada editor nanti di penerbit yang bakalan membuat novel kamu menjadi baik. Apalagi kalo benar. Nah, sekarang tinggal bikin yang bagus. Gimana caranya bikin yang bagus? Bikin suatu novel yang kamu sukai. Bukan novel. Bikin sebuah cerita, atau apapun yang mau kamu tulis nih ya, adalah sesuatu sebuah yang kamu sukai. Karena kalo kamu mulai dari hal yang kamu sukai, nanti ujung-ujungnya bakal jadi bagus. Jadi jangan sampai ada beban atau gimana gitu. Sekarang tinggal menjadikan konsep yang kamu sukai itu konsep yang bisa diterima sama banyak orang, yang bikin orang-orang itu seneng sama tulisan kamu tersebut.”

The question:
02:57
@affishov
“Kak moemoe, emang udah pernah ke Bangkok sebelumnya? Kalau belum koq bisa membayangkan situasi Bangkok, gimana caranya?”

His answer:
“. .  Belum. Saya pengen banget ke Bangkok. Cuma saya belum, belum ke Bangkok. Mudah-mudahan bisa gitu ya ke Bangkok. . . Terus gimana saya bisa bikin, bisa membayangkan situasi Bangkok? Saya sendiri tidak membayangkan, karena saya belum pernah ke sana. Tapi saya mencari referensi-referensinya. Saya beli buku-buku yang berhubungan dengan Bangkok. Pertama saya beli buku Lonely Planet soal Bangkok. Itu lengkap banget dari mulai alamatnya, petanya, makanan-makanan disekitarnya gitu. Terus bahasa-bahasa yang digunakannya gitu. Terus saya juga beli buku Outrageous Thai. Itu tentang bahasa-bahasa yang dipakai oleh orang Thailand, yang bahasa-bahasa gaulnya, kayak gitu. Itu kan penting banget. Kalau kita misalnya ngegoogle translate bahasa Thai doang kan itu kan, jadinya, jatohnya nggak enak gitu ya. Yang ketiga yang pasti Google. Kalo kita punya satu tempat, misalnya saya udah nemu [suatu tempat]. Saya pengen cari [tempat tersebut] kayak gimana. Di google gampang, tapi kan cuma imagenya doang gitu ya. Itu mungkin tidak akan begitu representatif buat tulisan kita. Saya mulai cari di Youtube. Kalo kamu udah nemu satu tempat di Bangkok, misalnya saya pernah ngeYoutube tuh [suatu tempat] . . saya cari di Youtube seperti apa dan banyak sekali bule-bule yang merekam dengan sengaja si [tempat tersebut] itu. Jadi saya bisa tau suasananya seperti apa, orang-orang yang ada  seperti apa. Itu bakalan sangat-sangat membantu. Apalagi sekarang sudah sangat canggih sekali si teknologi. Youtube bisa membantu kita.

The question:
05:04
@sashabcrie
“Kak moemoe, koq bisa sih nulis cerita yang jleb dengan bahasa yang cewe banget pula, surveynya gimana tuh?”

His answer:
“Bikin cerita jleb itu, kalo menurut saya sih dengan membuat cerita yang, kita juga sebagai penulis, merasakan emosinya gitu. Kalo saya, ketika saya nulisnya nangis, mungkin itu bisa bikin jleb juga sama yang bacanya. Jadi berikan semua emosi kamu ke dalam cerita itu. Karena itu bakalan nyampe juga ke pembacanya. Kalo yang cewek banget ini saya banyak belajar ya. Berhubung saya bukan cewek gitu ya. Saya banyak banget dibantu temen-temen cewek saya. Saya banyak riset juga gitu. Buku-buku, apalagi majalah-majalah . . saya bisa tau pikiran mereka kayak gimana. . . ”


The (*ehem* MY) question:
06:33
@dhanarun
“Kak moemoe, bagaimana kak mumu menjaga ceritanya tetap update dengan tren walaupun idenya mungkin didapat bertahun-tahun yang lalu?”

His answer:
“Ide memang bisa datang kapan saja. Datang tahun kemaren, sepuluh tahun yang lalu, gitu. Saya juga sering bikin ide yang sudah dipikirin dari lama tapi begitu mau diaplikasikannya baru tahun berikutnya. Ya itu sih dengan kita mengikuti updatenya itu sendiri. Atau kalo nggak, buat timelinenya atau buat setting itu ada tanggalnya, ada tahunnya. Jadi kita masih bisa pakai updatetan ketika kita menemukan ide itu misalnya kita menemukan idenya tahun 2005 gitu ya. Tapi kita masih apal updatetan tahun 2005 kayak gimana. Kita pake itu aja. Sebutkan tahunnya. Saya sih sering bikin cerita itu nggak ada tahunnya. Entah tahun kapan gitu dibikinnya. Nah kalo gitu, kita harus siap-siap meng-update begitu novelnya selesai, ceritanya selesai, siap-siap mencari updatetan terbarunya, gitu.”


Selain baca transkrip yang aku tulis, jangan lupa tonton videonya. Karena takutnya ada beberapa kata yang tidak terdengar sama aku dan jadinya tidak tertulis. Untuk bagian yang isinya titik-titik, aku lewat karena isinya cuma jokes dan keluar dari hal yang ditanyakan. Semoga penulis-penulis lain bisa menyusul dan memberi inspirasi lebih banyak lagi ;D

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D