Monday, August 25, 2014

Glam Girls

Nina Ardianti
339 Halaman
GagasMedia, 2008 (cetakan pertama)
Rp. 48.000,-

GLAM GIRLS. YOU WILL LOVE US—WE PROMISE.

Jadi pintar itu gampang—belajar aja yang rajin. Jadi cantik lebih gampang lagi. Dengan semua servis ala Nip/Tuck yang ada sekarang, apa aja mungkin. Kekayaan? Well, hanya karena lahir di keluarga kaya raya sampai tujuh turunan, bukan berarti kamu lantas punya potensi sebagai pusat perhatian. You can buy Gucci, but you can’t buy style.

Kami nggak pernah pelit kok ngasih tahu rahasianya jadi terkenal. Kamu nggak boleh dijengkal, apalagi jadi orang yang gampang ditebak. Kalau ada yang bersikap buruk ke kamu, jangan takut. Kamu juga punya hak penuh buat balik nge-bitchy-in dia. Kamu juga harus berani tampil beda. Sesekali, nggak ada salahnya tampil kontroversial. Yang nggak masuk akal biasanya susah dilupakan.

Ribet? Emang! Siapa juga sih yang bilang jadi populer itu gampang?

Untuk memenuhi Winna Efendi’s Books Reading Challenge, aku sengaja meminjam novel seri Glam Girls dari temanku. Memang sih di sini Winna Efendi cuma menulis seri terakhirnya, Unbelievable. Tapi aku merasa perlu untuk mengikuti awal ceritanya. Yap, mulailah aku membaca novel Glam Girls. Let’s review it :)

Adrianna Fernandhita Fauzi melanjutkan pendidikannya di Voltaire International School (VIS) Jakarta. Padahal Ad, biasa dia disapa, ingin masuk ke SMA Harapan Bangsa sebagaimana teman-teman baiknya, Lelly dan Nadine. Hari pertama masuk, Ad bertemu dengan tiga siswi populer. Mereka adalah Rashida Agashi Pradakso, Shinna Maessa Wijaya yang mengganti namanya sendiri menjadi Maybella dan Marion Theroux. Ad tidak suka dengan tipe orang seperti itu. Dia yakin Rashi dan pengikutnya hanya gemar hura-hura dan memiliki otak kosong. Dia heran kenapa orang-orang tidak menyadari hal itu dan terus saja membicarakan bahkan memuja mereka.

Saat sedang berada di ruangan loker, Ad tak sengaja mendengar pertengkaran Rashi dan Marion tentang Gilang, mantan Rashi. Setelah itu Marion diketahui keluar dari grup populer itu. Sialnya, setelah itu Ad terjebak dengan Rashi dan Maybella dalam satu kelompok untuk pelajaran Indonesian Studies. Di salah satu kerja kelompok, Rashi dan Maybella mulai mengajak Ad untuk ikut bergaul bersama mereka. Semua itu menghasilkan karmanya sendiri. Nilai Ad mengalami penurunan dan dia menjadi target Dico, playboy VIS. 

"Nadine benar. Untuk ukuran orang yang nggak suka, aku nggak henti-hentinya ngomongin mereka terus." – halaman 45

Cerita Glam Girls ini tak bisa ditebak, karakter-karakternya menarik, bahasa mengalir dan keglamorannya menggoda banget. Pada awalnya ceritanya bakal kayak Mean Girls, from nobody to somebody. Ad yang diam-diam membenci orang kayak Rashi dkk bakal berubah menjadi kloningan dan bersikap seperti mereka. Lalu di halaman berikutnya, aku berpikir Ad bakal menemukan sisi lain dari Rashi dkk dan sedikit berdamai dengan mereka. Walaupun akhirnya ceritanya hampir mirip Mean Girls, aku ngerasa beda. Nggak ini bukan Mean Girls, ini Glam Girls. Mungkin yang bikin beda itu uniknya karakter si Rashi. Iya, dia nyebelin banget. Tapi iya juga, dia menarik banget. Ad dan pencarian jati dirinya sebenarnya menarik. Tapi dia terlalu sibuk meperhatikan Rashi dan akhirnya malah Rashi yang jadi fokus dunianya.

Rasanya kalau aku baca novel ini enam tahun yang lalu, aku bakal sedikit kebingungan dengan bahasanya yang menggunakan campuran antara Bahasa Indonesia dan Inggris. Jadi menguatkan status sosial mereka yang memang bersekolah di international school dan berasal dari keluarga terpandang. Oh iya, banyak banget merk luar yang disebutin di sini. Lucunya, aku hafal banget dengan merk yang sering dipakai Ad karena dulupun, tahun 2008an, merk itu booming banget. Oke banget, ya, riset dan keakuratannya.

Sayangnya, ada pengulangan informasi yang agak berlebihan dan tidak logis. Contohnya, soal penjelasan latar belakang keluarga Rashi dan Maybella. Kedua informasi itu dibeberkan di hari pertama Ad melihat mereka untuk pertama kali dan saat Ad masih bingung kenapa mereka bisa populer. Lalu ada juga bagian Ad, Rashi dan Maybella dipanggil gurunya. Di situ Ad sempat berpikir mereka bakal dihukum hormat ke tiang bendera selama berjam-jam. Hmm, untuk ukuran siswa yang bersekolah di international school dari kecil, kayaknya nggak mungkin deh Ad tahu atau pernah mengalami hal semacam itu. Setauku, segala hal di international school diatur dan dirancang khusus untuk membantu siswa berkembang, termasuk soal hukuman, dan semuanya biasanya logis.

Selanjutnya aku agak kecewa dengan bagian akhir tiap bab yang kurang mulus. Seperti akhir bab 2 yang menyebutkan nama Rifky. Nama itu tidak langsung dijelaskan di bab selanjutnya. Malah munculnya jauh banget dari pertama disebutin. Banyak bab yang ditutup seperti itu. Dan bagian klimaks dan ending yang kurasa terlalu singkat dan terburu-buru. Setelah membaca cuplikan buku selanjutnya, Reputation, aku agak maklum sih. Oooh, cerita Ad, Rashi dan Maybella ini masih panjang, ya.

At last, Glam Girls ini asyik banget untuk bacaan santai. Jalan cerita dan para karakternya tidak terduga. Tapi aku tetap berharap kisah Ad ini punya ending yang lebih baik dan memuaskan. Now, move on to the next book, Reputation ;)

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D