Nina Ardianti
339 Halaman
GagasMedia, 2008 (cetakan pertama)
Rp. 48.000,-
GLAM GIRLS. YOU WILL LOVE US—WE PROMISE.
Jadi pintar itu gampang—belajar aja yang rajin. Jadi cantik lebih
gampang lagi. Dengan semua servis ala Nip/Tuck yang ada sekarang, apa aja mungkin. Kekayaan? Well, hanya karena lahir di keluarga kaya raya
sampai tujuh turunan, bukan berarti kamu lantas punya potensi sebagai pusat
perhatian. You can buy Gucci, but you can’t buy style.
Kami nggak pernah pelit kok ngasih tahu rahasianya jadi terkenal. Kamu
nggak boleh dijengkal, apalagi jadi orang yang gampang ditebak. Kalau ada yang
bersikap buruk ke kamu, jangan takut. Kamu juga punya hak penuh buat balik nge-bitchy-in dia. Kamu juga harus berani tampil beda.
Sesekali, nggak ada salahnya tampil kontroversial. Yang nggak masuk akal biasanya
susah dilupakan.
Ribet? Emang! Siapa juga sih yang bilang jadi populer itu gampang?
Ribet? Emang! Siapa juga sih yang bilang jadi populer itu gampang?
Untuk memenuhi Winna Efendi’s Books Reading Challenge, aku sengaja meminjam novel seri Glam Girls dari temanku.
Memang sih di sini Winna Efendi cuma menulis seri terakhirnya, Unbelievable.
Tapi aku merasa perlu untuk mengikuti awal ceritanya. Yap, mulailah aku membaca
novel Glam Girls. Let’s review it :)
Adrianna Fernandhita Fauzi melanjutkan
pendidikannya di Voltaire International School (VIS) Jakarta. Padahal Ad, biasa
dia disapa, ingin masuk ke SMA Harapan Bangsa sebagaimana teman-teman baiknya, Lelly
dan Nadine. Hari pertama masuk, Ad bertemu dengan tiga siswi populer. Mereka
adalah Rashida Agashi Pradakso, Shinna Maessa Wijaya yang mengganti namanya
sendiri menjadi Maybella dan Marion Theroux. Ad tidak suka dengan tipe orang
seperti itu. Dia yakin Rashi dan pengikutnya hanya gemar hura-hura dan memiliki
otak kosong. Dia heran kenapa orang-orang tidak menyadari hal itu dan terus saja
membicarakan bahkan memuja mereka.
Saat sedang berada di ruangan loker, Ad
tak sengaja mendengar pertengkaran Rashi dan Marion tentang Gilang, mantan
Rashi. Setelah itu Marion diketahui keluar dari grup populer itu. Sialnya, setelah
itu Ad terjebak dengan Rashi dan Maybella dalam satu kelompok untuk pelajaran
Indonesian Studies. Di salah satu kerja kelompok, Rashi dan Maybella mulai
mengajak Ad untuk ikut bergaul bersama mereka. Semua itu menghasilkan karmanya
sendiri. Nilai Ad mengalami penurunan dan dia menjadi target Dico, playboy VIS.
"Nadine
benar. Untuk ukuran orang yang nggak suka, aku nggak henti-hentinya ngomongin
mereka terus." – halaman 45
Cerita Glam Girls ini tak bisa ditebak, karakter-karakternya menarik, bahasa
mengalir dan keglamorannya menggoda banget. Pada awalnya ceritanya bakal kayak
Mean Girls, from nobody to somebody.
Ad yang diam-diam membenci orang kayak Rashi dkk bakal berubah menjadi
kloningan dan bersikap seperti mereka. Lalu di halaman berikutnya, aku berpikir
Ad bakal menemukan sisi lain dari Rashi dkk dan sedikit berdamai dengan mereka.
Walaupun akhirnya ceritanya hampir mirip Mean Girls, aku ngerasa beda. Nggak ini
bukan Mean Girls, ini Glam Girls. Mungkin
yang bikin beda itu uniknya karakter si Rashi. Iya, dia nyebelin banget. Tapi
iya juga, dia menarik banget. Ad dan pencarian jati dirinya sebenarnya menarik.
Tapi dia terlalu sibuk meperhatikan Rashi dan akhirnya malah Rashi yang jadi
fokus dunianya.
Rasanya kalau aku baca novel ini
enam tahun yang lalu, aku bakal sedikit kebingungan dengan bahasanya yang
menggunakan campuran antara Bahasa Indonesia dan Inggris. Jadi menguatkan
status sosial mereka yang memang bersekolah di international school dan berasal dari keluarga terpandang. Oh iya,
banyak banget merk luar yang disebutin di sini. Lucunya, aku hafal banget
dengan merk yang sering dipakai Ad karena dulupun, tahun 2008an, merk itu booming banget. Oke banget, ya, riset
dan keakuratannya.
Sayangnya, ada pengulangan informasi
yang agak berlebihan dan tidak logis. Contohnya, soal penjelasan latar belakang
keluarga Rashi dan Maybella. Kedua informasi itu dibeberkan di hari pertama Ad
melihat mereka untuk pertama kali dan saat Ad masih bingung kenapa mereka bisa
populer. Lalu ada juga bagian Ad, Rashi dan Maybella dipanggil gurunya. Di situ
Ad sempat berpikir mereka bakal dihukum hormat ke tiang bendera selama
berjam-jam. Hmm, untuk ukuran siswa yang bersekolah di international school dari kecil, kayaknya nggak mungkin deh Ad tahu
atau pernah mengalami hal semacam itu. Setauku, segala hal di international school diatur dan
dirancang khusus untuk membantu siswa berkembang, termasuk soal hukuman, dan
semuanya biasanya logis.
Selanjutnya aku agak kecewa
dengan bagian akhir tiap bab yang kurang mulus. Seperti akhir bab 2 yang
menyebutkan nama Rifky. Nama itu tidak langsung dijelaskan di bab selanjutnya.
Malah munculnya jauh banget dari pertama disebutin. Banyak bab yang ditutup
seperti itu. Dan bagian klimaks dan ending
yang kurasa terlalu singkat dan terburu-buru. Setelah membaca cuplikan buku
selanjutnya, Reputation, aku agak maklum sih. Oooh, cerita Ad, Rashi dan Maybella
ini masih panjang, ya.
At last, Glam Girls ini
asyik banget untuk bacaan santai. Jalan cerita dan para karakternya tidak
terduga. Tapi aku tetap berharap kisah Ad ini punya ending yang lebih baik dan memuaskan. Now, move on to the next book, Reputation ;)
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D