Friday, May 8, 2015

[Blog Tour] Love Fate - Interview with the Author


Halooo, ini adalah bagian kedua dari rangkaian blog tour Love Fate karya Sari Agustia. Di bagian pertama, book trailer dan sedikit ‘bocoran’ cerita sudah diulas oleh tiga host blog tour. Yang belum sempat baca bisa mengeceknya di blog A Pair of Glasses and a Cup of Tea, Too Early (tentunya) dan Desty Baca Buku. Di kesempatan kali ini, aku berbagi cover, sinopsis dan wawancara singkat dengan sang penulis novel. Penasaran?

Kata orang, pernikahan yang kupunya ini sempurna.

Karier kami sama-sama menanjak. Sejak dua tahun lalu, kami mulai tinggal di rumah sendiri. Tak hanya itu, kami pun membekali diri kami masing-masing sebuah mobil untuk bepergian setiap harinya. Oh ya, kami juga punya dana untuk travelling keluar negeri—setidaknya sekali dalam setahun—dan berkunjung ke rumah Ambu di Bandung atau rumah Bapak serta Ibu Mertuaku di Malang.

Hanya satu yang sebenarnya sering kali mengganggu: Keturunan. Lima tahun bahtera ini berjalan, belum juga hadir si buah hati.

Kami tak pernah menunda. Tak pernah juga mempermasalahkannya. Dan … tak pernah juga membicarakannya. 

Bagaimana ini….

Suamiku sebenarnya mau punya anak atau tidak?

Yang ke dokter hanya aku. Yang mau adopsi hanya aku. Masa hanya aku saja yang berusaha?

Kalian mungkin sudah sering melihat cover itu di toko buku dan Goodreads. Jangan ragu untuk mengambilnya, ya, hehehe. Aku menyukai ceritanya yang punya ending yang tak terduga. Nanti, lah review lengkapnya aku kasih. Kini ayooo kenalan dengan penulisnya :)


Sari Agustia, yang lebih akrab dipanggil Tia, lahir di Bandung, 20 Agustus 1982. Pendidikan terakhirnya ditempuh di Institut Teknologi Bandung jurusan Matematika tahun 2000-2004. Mbak Tia pernah bekerja di asuransi tertua di Indonesia, Bumiputera sebagai Staf Aktuaris dan Eldridge Consulting (sekarang Milliman) sebagai Junior Aktuaris di Jakarta. Setelah menikah di tahun 2008, Mbak Tia dan suaminya menetap di Kuala Lumpur, Malaysia selama kurang lebih 4 tahun. Di bulan Juni 2013, Mbak Tia dan kedua anaknya, Grahito (5 tahun) dan Giska (2 tahun), mengikuti kepindahan kerja suaminya ke Aachen, Jerman hingga saat ini.

Hobi menulis sudah tertanam sejak kecil dalam Mbak Tia. Sayangnya sempat terkubur sekian lama. Mbak Tia kembali menulis secara profesional sejak mulai mengikuti Kelas Sekolah Perempuan dan ikut dalam komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) di tahun 2014. Love Fate ini adalah novel perdananya.

Aku mendapat kesempatan untuk menanyakan beberapa pertanyaan. Jawaban yang Mbak Tia berikan sangat menarik. Mari disimak :D

Di cover novel Love Fate, tepat dibawah nama Mbak Tia, ada nama Indscript Creative. Mbak bilang itu adalah nama agen naskah. Infomasi itu cukup baru untukku, dan mungkin pembaca dan calon penulis lain. Seberapa besar dan bagaimana bentuk bantuan yang diberikan sebuah agen naskah pada penulis seperti Mbak Tia? 

Seperti yang saya ceritakan di [wawancaradi blog A Pair of Glasses and a Cup of Tea], saya menyelesaikan naskah Love Fate saat masih ikutan kelas menulis online di Sekolah Perempuan. Iya bener, Indscript Creative itu yang kemudian menampung naskah saya setelah dari sekolah. Agen naskahlah porsinya. Sebagai pemula, saya tidak tahu jalur menyerahkan naskah ke penerbit. Pernah loh, dikala saya masih kerja gitu trus kepikir buat bikin buku, tapi gak jadi, karena merasa percuma mau dikasiin ke mana. Nah, agen naskah seperti Indscript bisa menjadi solusinya sekarang. Mereka juga punya komunitas grup di Facebook yang besar, harapannya seengganya sudah ada target pembaca buat naskah kita kalo diterbitkan. Untuk promo pun bisa terbantu, terutama buat pemula dan jauh dari Indonesia seperti saya (lagi), jadi ada alternatif selain tatap muka, misalnya. Komunitas sesama yang sudah punya buku bisa saling promo dan mention buku masing-masing. Itu contoh kecilnya.

Wah, itu bisa jadi solusi juga motivasi bagi penulis pemula. Tapi, mari mundur sedikit ke proses penulisan Love Fate. Selama meramu cerita pernikahan Tessa dan Bhaskoro, aku yakin cukup banyak tantangan muncul. Bagaimana cara Mbak Tia tetap termovitasi untuk menulis dan menyelesaikan naskah tersebut? 

Goal sekolah kan memang menyelesaikan satu naskah buat ke penerbit, jadi saya strick sama goal itu aja. Penasaran gitu bisa gak jadi satu buku. Bukan main waktu dan berasa proses menulisnya kok panjangggg banget ya, berasa gak nyampe-nyampe ke finish. Apalagi, ya, itu sempet liburan yang ternyata bikin malahan ga nulis, wifi mati-matian, laptop juga pinjeman, pengennya ngobrol sama keluarga tapi kudu nulis, dan lain-lain. Tapi mentor-mentor di sana selalu ngingetin kami, ‘sudah sampe mana nulisnya?’. Semua temen, kan, jawab sekian, masa iya saya gak maju-maju? Wahaha, kalah gengsi hihi. Ya tapi sengganya memang kalau ada yang menemani dan membimbing itu beda kok, kami selalu ada yang kontrol. Maka dari itu, justru sekarang bisa jadi saat yang lebih berat dari itu, bagaimana saya membuktikan bahwa memang capable sebagai penulis dan tetap berkarya, soalnya, kan, komunitas yang solid para penulis di Indscript, paling saling menyemangatinya di situ, lihat yang nelorin buku baru kita termotivasi aka terkompori. 


Masih tentang proses penulisan, nih. Dari keseluruhan cerita Love Fate, bagian mana yang paling  susah dan berkesan saat ditulis?

Waduh takut spoiler ini. Jujur loh saya susah banget mau cerita atau ambil quote karena takutnya malah spoiler. Untung aja menemukan format tepat buat kemaren bikin book trailer. Yang paling susah dulu ni dikasih tau, sebelum berkesan, adalah nentuin ending ya, karena buat saya ending itu pengennyaaaa memuat suatu pesan atau makna sebagai pesan (kelihatan ga si pesannya? Bukan pesan es teh ya ..:D). Nah jadi yang berkesan banget memang membuat konflik dari puncaknya sampai akhirnya selesai. Bagaimana mengambarkan kesedihan seorang Tessa [yang] bertubi-tubi sampai ke bab 30an Love Fate. Membayangkan menjadi seorang Tessa dengan dramanya berharap yang baca merasakan hal yang dirasakan Tessa. Sst.. kata temen si dramanya dapet, watir banget dengan seorang Tessa di situ, dan banyak yang pengen jambak saya karena Bhaskoro (tolong!). Akhir yang dipilih menurut saya yang paling baik buat Tessa saat ini. Tapi so far debatable, tiap pembaca yang komen ke saya punya berbagai titik berat dan opini masing-masing. Bagaimana kamu?

Iya, akhir cerita di Love Fate memang menampilkan sisi lain dari tuntutan memiliki anak pertama bagi sepasang suami istri dan .. sabar dong, review lengkapnya akan diposting minggu depan ;)

Sekian tanya jawabku dengan Mbak Tia. Singkat tapi cukup bisa memperluas wawasan dan trik penulisnya bisa ‘dicontek’, hihi. Ngomong-ngomong, setelah Love Fate ini terbit, Mbak Tia kini aktif menjadi kontributor lepas di salah satu website dan ingin menghasilkan karya kembali. Mari nantikan dan dukung karya-karya selanjutnya!

Mbak Tia bisa dihubungi di:
Facebook: Sari Agustia
Twitter: @TIAsariagustia

Tak hanya di Too Early, Mbak Tia juga menjawab pertanyaan Nana dari A Pair of Glasses and a Cup of Tea dan Desty dari Desty Baca Buku. Jangan lupa kunjungi blog-blog tersebut untuk mengetahui proses lahirnya Love Fate. Tunggu juga bagian ketiga dari blog tour-nya yang berupa review dan giveaway. Yeaaay!

9 comments:

  1. Jika nanti aku memiliki anak, kalau dia seorang putri, aku akan memberinya nama “Annisa”. Nama itu adalah nama yang diinginkan dan aku harapkan bersama kekasihku. Annisa berarti seorang perempuan. Dengan harapan, semoga dia menjadi seorang perempuan yang baik, yang memiliki kasih sayang seperti nama diriku “Rohmah”. Awalan huruf “A” adalah, agar dia bisa menjadi yang selalu terdepan namun, tetap besikap rendah hati. Nisa, adalah nama panggilan yang pas untuknya kelak. Hee... dan untuk nama depan atau nama belakangnya, menyesuaikan dengan pendapat ayahnya nanti.

    Khoirur Rohmah | @Sii_Rohmaazha05 | Jember

    Aku sudah komen di A Pair of Glasses and a Cup of Tea : Sneek Peak/Interview with the Author, Too Early : Sneek Peak/Interview with the Author, dan Desty Baca Buku : Sneek Peak /Interview with the Author dengan nama Rohma Azha

    ReplyDelete
  2. nah kalau urusan ending yg debatable itu sih sebenernya hak veto penulis ya mbak :D hihihi masalahnya kalau endingnya sesuai ekspektasi pembaca itu namanya gak seru wkwkkwk
    thanks atas pembelajarannya mbak, akan aku coba ikutin keteguhan hati untuk mencapai suatu "goal" hihi :D

    Dias Shinta Devi
    @DiasShinta

    ReplyDelete
  3. Jadi penulis ternyata juga penuh rintangan ya mb Tia =) sukses selalu ya mb =)

    Maria Azmi Piscessanella
    @piescessanella_

    ReplyDelete
  4. Ketimbang pengen ngejambak si mbaknya, saya kepalang penasaran banget sama si Bhaskoro iki lanang koyo opo sih? Selempeng dan secuek apakah dia kepada Tessa? Nah, nanti kalau udah baca keseluruhan ceritanya, baru deh saya pertimbangkan saya ikutan mau jambak si mbaknya juga apa nggak *eh* hahaha nggak deh mbak becanda. :p

    ReplyDelete
  5. Wah... ga mudah yah jadi orang yg sukses. Semoga selalu berhasil yah Mbak, dan ditunggu karya selanjutnya :D

    ReplyDelete
  6. Bismillahirrohmaanirrohim
    Kalau aku bisa berkesempatan untuk memenangkan novel “Love Fate” Karya Mbak Sari Agustia, aku akan dengan senang hati berucap Alhamdulillah, tak lupa aku juga menyampaikan terkait novel tersebut kepada kekasihku, terutama. Karena dia sangat antusias sekali dengan yang namanya buku. Barulah aku akan bercerita kepada Ibu dan juga Kakakku yang selalu heboh, ketika menanti kiriman paket buku yang ditujukan untukku.

    Thus, aku akan membaca novel tersebut sampai tuntas, dan mencoba mengikuti ajang review novel Love Fate di Blognya mbak Sari Agustia, barulah kemudian, aku akan pinjamkan novel itu kepada sahabat aku yang selalu menunggu novel terbaru dariku.

    Itu saja yang akan aku lakukan setelah memenangkan novel Love Fate tersebut.
    aku juga akan merawat novel “Love Fate” tersebut sebagai koleksi buku di perpustakanku, nantinya :D
    Khoirur Rohmah | Ag3ntc0dyb4nk5@gmail.com
    @sii_Rohmaazha05
    Link Twitter : https://twitter.com/Sii_Rohmaazha05/status/598361532741726209

    ReplyDelete
  7. thanks Dhyn buat interviewnya,semoga pembaca makin kenal dengan saya, ibarat pepatah tak kenal maka tak sayang eaaaa

    Dan selamat penasaran dan pengen baca ;)

    ReplyDelete
  8. Wiiihhh... Seruuuu

    sukses untuk Novel LE Marriagenya mbak Sari Agustia

    Rohma Azha
    @Sii_Rohmaazha05

    ReplyDelete
  9. duhhh ternyata jadi penulis banyak banget rintangannnya..aku salut sama mbak tia :) sukses selalu yaa mbak :D

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D