Halooo, ini adalah bagian kedua
dari rangkaian blog tour Love Fate karya Sari Agustia. Di bagian
pertama, book trailer dan sedikit ‘bocoran’
cerita sudah diulas oleh tiga host blog
tour. Yang belum sempat baca bisa mengeceknya di blog A Pair of Glasses and a Cup of Tea, Too Early (tentunya) dan Desty Baca Buku. Di kesempatan kali ini, aku
berbagi cover, sinopsis dan wawancara
singkat dengan sang penulis novel. Penasaran?
Kata orang, pernikahan yang kupunya ini sempurna.
Karier kami sama-sama menanjak. Sejak dua tahun lalu, kami mulai
tinggal di rumah sendiri. Tak hanya itu, kami pun membekali diri kami
masing-masing sebuah mobil untuk bepergian setiap harinya. Oh ya, kami
juga punya dana untuk travelling keluar negeri—setidaknya sekali dalam
setahun—dan berkunjung ke rumah Ambu di Bandung atau rumah Bapak serta Ibu
Mertuaku di Malang.
Hanya satu yang sebenarnya sering kali mengganggu: Keturunan. Lima
tahun bahtera ini berjalan, belum juga hadir si buah hati.
Kami tak pernah menunda. Tak pernah juga mempermasalahkannya. Dan … tak
pernah juga membicarakannya.
Bagaimana ini….
Suamiku sebenarnya mau punya anak atau tidak?
Yang ke dokter hanya aku. Yang mau adopsi hanya aku. Masa hanya aku
saja yang berusaha?
Kalian mungkin sudah sering
melihat cover itu di toko buku dan
Goodreads. Jangan ragu untuk mengambilnya, ya, hehehe. Aku menyukai ceritanya
yang punya ending yang tak terduga.
Nanti, lah review lengkapnya aku
kasih. Kini ayooo kenalan dengan penulisnya :)
Sari Agustia, yang lebih akrab
dipanggil Tia, lahir di Bandung, 20 Agustus 1982. Pendidikan terakhirnya
ditempuh di Institut Teknologi Bandung jurusan Matematika tahun 2000-2004. Mbak
Tia pernah bekerja di asuransi tertua di Indonesia, Bumiputera sebagai Staf
Aktuaris dan Eldridge Consulting (sekarang Milliman) sebagai Junior Aktuaris di
Jakarta. Setelah menikah di tahun 2008, Mbak Tia dan suaminya menetap di
Kuala Lumpur, Malaysia selama kurang lebih 4 tahun. Di bulan
Juni 2013, Mbak Tia dan kedua anaknya, Grahito (5 tahun) dan Giska (2 tahun),
mengikuti kepindahan kerja suaminya ke Aachen, Jerman hingga saat ini.
Hobi menulis sudah tertanam sejak
kecil dalam Mbak Tia. Sayangnya sempat terkubur sekian lama. Mbak Tia kembali
menulis secara profesional sejak mulai mengikuti Kelas Sekolah Perempuan dan
ikut dalam komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) di tahun 2014. Love Fate ini
adalah novel perdananya.
Aku mendapat kesempatan untuk
menanyakan beberapa pertanyaan. Jawaban yang Mbak Tia berikan sangat menarik.
Mari disimak :D
Di cover novel Love Fate, tepat dibawah nama Mbak Tia, ada nama
Indscript Creative. Mbak bilang itu adalah nama agen naskah. Infomasi itu cukup
baru untukku, dan mungkin pembaca dan calon penulis lain. Seberapa besar dan
bagaimana bentuk bantuan yang diberikan sebuah agen naskah pada penulis seperti
Mbak Tia?
Seperti yang saya ceritakan di [wawancaradi blog A Pair of Glasses and a Cup of Tea], saya menyelesaikan naskah
Love Fate saat masih ikutan kelas menulis online di Sekolah Perempuan. Iya
bener, Indscript Creative itu yang kemudian menampung naskah saya setelah dari
sekolah. Agen naskahlah porsinya. Sebagai pemula, saya tidak tahu jalur menyerahkan
naskah ke penerbit. Pernah loh, dikala saya masih kerja gitu trus kepikir buat
bikin buku, tapi gak jadi, karena merasa percuma mau dikasiin ke mana. Nah,
agen naskah seperti Indscript bisa menjadi solusinya sekarang. Mereka juga
punya komunitas grup di Facebook yang besar, harapannya seengganya sudah ada
target pembaca buat naskah kita kalo diterbitkan. Untuk promo pun bisa
terbantu, terutama buat pemula dan jauh dari Indonesia seperti saya (lagi), jadi ada alternatif selain tatap muka,
misalnya. Komunitas sesama yang sudah punya buku bisa saling promo dan mention
buku masing-masing. Itu contoh kecilnya.
Wah, itu bisa jadi solusi juga
motivasi bagi penulis pemula. Tapi, mari mundur sedikit ke proses penulisan
Love Fate. Selama meramu cerita pernikahan Tessa dan Bhaskoro, aku yakin cukup
banyak tantangan muncul.
Bagaimana cara Mbak Tia tetap termovitasi untuk menulis dan menyelesaikan
naskah tersebut?
Goal sekolah kan memang menyelesaikan satu naskah buat ke penerbit,
jadi saya strick sama goal itu aja. Penasaran gitu bisa gak jadi satu buku.
Bukan main waktu dan berasa proses menulisnya kok panjangggg banget ya, berasa
gak nyampe-nyampe ke finish. Apalagi, ya, itu sempet liburan yang ternyata
bikin malahan ga nulis, wifi mati-matian, laptop juga pinjeman, pengennya
ngobrol sama keluarga tapi kudu nulis, dan lain-lain. Tapi mentor-mentor di
sana selalu ngingetin kami, ‘sudah sampe mana nulisnya?’.
Semua temen, kan, jawab sekian, masa iya saya gak maju-maju? Wahaha, kalah
gengsi hihi. Ya tapi sengganya memang kalau ada yang menemani dan membimbing
itu beda kok, kami selalu ada yang kontrol. Maka dari itu, justru sekarang bisa
jadi saat yang lebih berat dari itu, bagaimana saya membuktikan bahwa memang capable sebagai penulis dan tetap berkarya, soalnya,
kan, komunitas yang solid para penulis di Indscript, paling saling
menyemangatinya di situ, lihat yang nelorin buku baru kita termotivasi aka
terkompori.
Masih tentang proses penulisan,
nih. Dari keseluruhan cerita Love Fate, bagian mana yang paling susah dan berkesan saat ditulis?
Waduh takut spoiler ini. Jujur loh saya susah banget mau cerita atau ambil quote karena takutnya malah spoiler. Untung aja menemukan format tepat buat kemaren bikin book trailer. Yang paling susah dulu ni dikasih tau, sebelum berkesan, adalah nentuin
ending ya, karena buat saya ending itu pengennyaaaa memuat suatu pesan atau
makna sebagai pesan (kelihatan
ga si pesannya? Bukan pesan es teh ya ..:D). Nah jadi yang berkesan banget
memang membuat konflik dari puncaknya sampai akhirnya selesai. Bagaimana
mengambarkan kesedihan seorang Tessa [yang] bertubi-tubi sampai ke bab 30an
Love Fate. Membayangkan menjadi seorang Tessa dengan dramanya berharap yang
baca merasakan hal yang dirasakan Tessa. Sst.. kata temen si dramanya dapet,
watir banget dengan seorang Tessa di situ, dan banyak yang pengen jambak saya
karena Bhaskoro (tolong!). Akhir yang dipilih menurut saya yang paling baik
buat Tessa saat ini. Tapi so far debatable, tiap pembaca yang komen ke saya punya berbagai titik berat dan opini
masing-masing. Bagaimana kamu?
Iya, akhir cerita di Love Fate memang menampilkan sisi lain
dari tuntutan memiliki anak pertama bagi sepasang suami istri dan .. sabar
dong, review lengkapnya akan
diposting minggu depan ;)
Sekian tanya jawabku dengan Mbak Tia.
Singkat tapi cukup bisa memperluas wawasan dan trik penulisnya bisa ‘dicontek’,
hihi. Ngomong-ngomong, setelah Love Fate ini terbit, Mbak
Tia kini aktif menjadi kontributor lepas di salah satu website dan ingin
menghasilkan karya kembali. Mari nantikan dan dukung karya-karya selanjutnya!
Mbak Tia bisa dihubungi di:
Facebook: Sari Agustia
Twitter: @TIAsariagustia
Email: bukubuku.tia@gmail.com
Tak hanya di Too Early, Mbak Tia juga
menjawab pertanyaan Nana dari A Pair of Glasses and a Cup of Tea dan Desty dari Desty Baca Buku. Jangan lupa kunjungi blog-blog tersebut untuk mengetahui proses
lahirnya Love Fate. Tunggu juga
bagian ketiga dari blog tour-nya yang
berupa review dan giveaway. Yeaaay!
Jika nanti aku memiliki anak, kalau dia seorang putri, aku akan memberinya nama “Annisa”. Nama itu adalah nama yang diinginkan dan aku harapkan bersama kekasihku. Annisa berarti seorang perempuan. Dengan harapan, semoga dia menjadi seorang perempuan yang baik, yang memiliki kasih sayang seperti nama diriku “Rohmah”. Awalan huruf “A” adalah, agar dia bisa menjadi yang selalu terdepan namun, tetap besikap rendah hati. Nisa, adalah nama panggilan yang pas untuknya kelak. Hee... dan untuk nama depan atau nama belakangnya, menyesuaikan dengan pendapat ayahnya nanti.
ReplyDeleteKhoirur Rohmah | @Sii_Rohmaazha05 | Jember
Aku sudah komen di A Pair of Glasses and a Cup of Tea : Sneek Peak/Interview with the Author, Too Early : Sneek Peak/Interview with the Author, dan Desty Baca Buku : Sneek Peak /Interview with the Author dengan nama Rohma Azha
nah kalau urusan ending yg debatable itu sih sebenernya hak veto penulis ya mbak :D hihihi masalahnya kalau endingnya sesuai ekspektasi pembaca itu namanya gak seru wkwkkwk
ReplyDeletethanks atas pembelajarannya mbak, akan aku coba ikutin keteguhan hati untuk mencapai suatu "goal" hihi :D
Dias Shinta Devi
@DiasShinta
Jadi penulis ternyata juga penuh rintangan ya mb Tia =) sukses selalu ya mb =)
ReplyDeleteMaria Azmi Piscessanella
@piescessanella_
Ketimbang pengen ngejambak si mbaknya, saya kepalang penasaran banget sama si Bhaskoro iki lanang koyo opo sih? Selempeng dan secuek apakah dia kepada Tessa? Nah, nanti kalau udah baca keseluruhan ceritanya, baru deh saya pertimbangkan saya ikutan mau jambak si mbaknya juga apa nggak *eh* hahaha nggak deh mbak becanda. :p
ReplyDeleteWah... ga mudah yah jadi orang yg sukses. Semoga selalu berhasil yah Mbak, dan ditunggu karya selanjutnya :D
ReplyDeleteBismillahirrohmaanirrohim
ReplyDeleteKalau aku bisa berkesempatan untuk memenangkan novel “Love Fate” Karya Mbak Sari Agustia, aku akan dengan senang hati berucap Alhamdulillah, tak lupa aku juga menyampaikan terkait novel tersebut kepada kekasihku, terutama. Karena dia sangat antusias sekali dengan yang namanya buku. Barulah aku akan bercerita kepada Ibu dan juga Kakakku yang selalu heboh, ketika menanti kiriman paket buku yang ditujukan untukku.
Thus, aku akan membaca novel tersebut sampai tuntas, dan mencoba mengikuti ajang review novel Love Fate di Blognya mbak Sari Agustia, barulah kemudian, aku akan pinjamkan novel itu kepada sahabat aku yang selalu menunggu novel terbaru dariku.
Itu saja yang akan aku lakukan setelah memenangkan novel Love Fate tersebut.
aku juga akan merawat novel “Love Fate” tersebut sebagai koleksi buku di perpustakanku, nantinya :D
Khoirur Rohmah | Ag3ntc0dyb4nk5@gmail.com
@sii_Rohmaazha05
Link Twitter : https://twitter.com/Sii_Rohmaazha05/status/598361532741726209
thanks Dhyn buat interviewnya,semoga pembaca makin kenal dengan saya, ibarat pepatah tak kenal maka tak sayang eaaaa
ReplyDeleteDan selamat penasaran dan pengen baca ;)
Wiiihhh... Seruuuu
ReplyDeletesukses untuk Novel LE Marriagenya mbak Sari Agustia
Rohma Azha
@Sii_Rohmaazha05
duhhh ternyata jadi penulis banyak banget rintangannnya..aku salut sama mbak tia :) sukses selalu yaa mbak :D
ReplyDelete