Thursday, August 27, 2015

Shatter Me

Tahereh Mafi
250 Halaman
HarperCollins, 2011
eBook

I have a curse
I have a gift

I am a monster
I'm more than human

My touch is lethal
My touch is power

I am their weapon
I will fight back

Juliette hasn’t touched anyone in exactly 264 days.

The last time she did, it was an accident, but The Reestablishment locked her up for murder. No one knows why Juliette’s touch is fatal. As long as she doesn’t hurt anyone else, no one really cares. The world is too busy crumbling to pieces to pay attention to a 17-year-old girl. Diseases are destroying the population, food is hard to find, birds don’t fly anymore, and the clouds are the wrong color.

The Reestablishment said their way was the only way to fix things, so they threw Juliette in a cell. Now so many people are dead that the survivors are whispering war – and The Reestablishment has changed its mind. Maybe Juliette is more than a tortured soul stuffed into a poisonous body. Maybe she’s exactly what they need right now.

Juliette has to make a choice: Be a weapon. Or be a warrior.

Aku sering melihat cover Shatter Me di-display toko buku, tempat peminjaman buku, recent update Goodreads, di-review banyak book blogger, dan diperlihatkan oleh booktuber luar di video-video mereka. Penasaran pengen baca tapi nggak ada waktu atau ada seri lain yang lebih menarik saat itu. Begitu mendengar seri ini diangkat menjadi TV show, dorongannya jadi terasa lebih kuat. Itu pula yang membuatku setuju saat judul ini menjadi bahan bacaan bersama untuk Quirky Reads. Now, let’s review it :D

".. but I’d always hoped that if I were a good enough girl, if I did everything right, if I said the right things or said nothing at all – I thought my parents would change their minds. I thought they would finally listen when I tried to talk. I thought they would give me a chance. I thought they might finally love me.
I always had that stupid hope."

Karena kekuatan misterius dalam sentuhan tangannya, Juliette Ferrars dianggap berbahaya dan diasingkan ke rumah sakit jiwa. Tak seorang pun yang peduli, bahkan kedua orangtuanya mengabaikannya. Dari dalam sel sempit, dia menyaksikan dunia luar hancur karena sebuah penyakit dan terbentuk kembali di bawah The Reestablishment. Tiga tahun berlalu, seorang laki-laki, Adam, dijebloskan ke sel Juliette. Dia membuat Juliette tidak nyaman dengan tingkahnya yang seenaknya dan seribu pertanyaan yang diajukannya. Tapi dia mengingatkan Juliette pada seseorang di masa lalu, yang mustahil masih ada. Interaksi kaku di antara mereka juga membuat Juliette sedikit merasa hidup dan tak sendirian.

Suatu hari, sekelompok tentara menyerbu masuk sel mereka dan membawa paksa Juliette. Lalu Juliette bertemu dengan Warner. Warner tahu tentang kekuatan tangan Juliette dan mengajaknya bergabung dengan The Reestablishment. Dia menyediakan kamar khusus dengan fasilitas lengkap, memperlihatkan dunia ‘baru’, dan dengan sabar menunggu Juliette menyetujui tawarannya. Dia sudah meneliti Juliette sejak lama, bahkan Adam adalah salah satu ujiannya. Juliette, yang tidak mau kejadian buruk di masa lalu terulang, terus menolak. Tapi dia tidak bisa menyembunyikan keterarikannya pada Adam.

"You are not normal. You never have been, and you never will be. Embrace who you are."

Shatter Me membuatku kebingungan. Tak hanya dengan alur ceritanya, tapi juga apakah aku suka atau tidak dengan buku pertama dari sebuah trilogi ini. Banyak yang kusuka, tapi lebih banyak yang kurang kusuka, sehingga butuh lama membacanya dan menulis review ini. Di bab-bab awal, gaya bahasanya begitu puitis. Juliette menggunakan kiasan-kiasan dalam menceritakan bagaimana dia bisa diasingkan, perasaan kesepian yang dalam, harapan bisa bebas, dan kejutan-kejutan yang ditemukan dan dihasilkan dari kehadiran Adam. Banyak kalimat yang sengaja dicoret. Pertamanya aku terganggu, lalu aku mengerti kalau kalimat-kalimat gagal itu membantu aku mengerti apa yang sebenarnya Juliette rasakan. Dia sembunyikan karena jika mengakuinya, semuanya jadi terasa lebih nyata dan kenyataan kadang terlalu pahit untuk diterima *tuh kan aku ikutan jadi puitis*.

Penuturannya itu cocok dengan Juliette yang terlihat rapuh, rindu kasih sayang, dan sentuhan orang lain. Adam bisa memberikan yang dia butuhkan, membuatnya jadi terlalu ‘bersemangat’. Di tengah ancaman Warner dan pasukannya, dia sempat-sempatnya beromantis ria dengan Adam. Agak berlebihan, berkat kalimat-kalimat manisnya, sampai aku geli sendiri. Tokoh utama macam apa ini? Tapi aku mendengar dan membaca bahwa karakter Juliette berkembang di dua buku selanjutnya. Aku jadi penasaran seperti apa. Untuk Adam, aku tidak terlalu percaya dengannya. Mungkin karena tingkahnya di awal yang sudah bikin sebal. Lagian orang-orang lebih ribut mendukung Warner. Kenapa, ya? Kemunculan Warner agak telat dan cuma sedikit, kalau dibandingkan Adam. Tapi dari sudut pandang Juliette, Warner ini sama menawannya dengan Adam, tapi versi bad boy kali ya. Lalu ada Kenji, tokoh yang tiba-tiba muncul di pertengahan cerita tapi jadi sangat penting. Sejauh ini cuma dia yang menghiburku dengan jokes-nya. #TeamKenji!

Untuk ceritanya sendiri, cukup menarik. Tapi Juliette kurang pandai menceritakannya padaku. Keadaan dunia luar yang hancur lebur karena penyakit misterius dan peran The Reestablisment dalam membangunnya kembali masih belum jelas. Lalu ada sedikit bagian aksi kejar-kejaran yang cukup menegangkan di pertengahan cerita. Namun temponya kembali turun dan semuanya jadi agak membosankan. Cerita pun kembali ke interaksi dari hati ke hati antara Juliette dan Adam. Ugh, aku tahu semua itu romantis, memang indah, dan diam-diam aku juga suka. Tapi entah kenapa bawaannya jadi baper. Untungnya setelah itu Kenji datang dan menyelematkan suasana hatiku hahahaha #TeamKenji!

Book VS TV Show

Sekitar Juni 2015, Shatter Me diberitakan akan menjadi TV show dibawah naungan ABC Signature Studios dan sang penulis menjadi produser konsultannya. Belum ada kabar terbaru lagi soal rencana tayang, para pemeran dan lainnya. Kalau cast-nya menarik, mungkin aku bakal nonton. Semoga bisa secepatnya, ya.

At last, walaupun sempat bingung dengan kesanku pada Shatter Me, secara keseluruhan ceritanya sebenarnya cukup menghibur.  Dunia dystopian-nya mungkin belum begitu jelas dan tokoh-tokohnya belum berhasil membuatku simpati, tapi cukup untuk membuatku penasaran. Aku tertarik membaca buku keduanya, Unravel Me, untuk melihat perkembangan karakter Juliette dan lebih banyak porsi Warner yang bikin banyak pembaca tergila-gila. Tapi nanti, deh ;p

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D