Dahlian
336 halaman
GagasMedia, Mei 2014
Rp. 57.000,-
Pembaca tersayang,
Ambil petamu dan bentangkanlah. Dahlian, penulis Promises Promises dan Andai Kau Tahu, akan mengajak kita berkunjung ke Casablanca, salah satu kota eksotis di Maroko.
Temui Vanda di lobi sebuah hotel. Dia bimbang dengan rencana pernikahannya dan ingin menenangkan diri, jauh dari Jakarta. Pertemuan berkali-kali dengan seorang pria Indonesia bernama Laz mengganggu pelariannya. Namun, kegigihan pendekatan Laz membuat Vanda luluh, dan memberinya kesempatan untuk sekadar berteman.
Di tengah-tengah itu, sang tunangan datang dan mendesaknya pulang. Keadaan semakin genting ketika Laz mendadak muncul di antara mereka berdua. Vanda harus segera mengambil keputusan. Di manakah hatinya tak lagi bimbang ; pulang ataukah tetap berada di kota yang diam-diam memberinya hangat dalam bincang akrab?
Setiap tempat punya cerita. Diembus aroma angin mediterania, ada rahasia yang segera terkuak.
Enjoy the journey.
Ambil petamu dan bentangkanlah. Dahlian, penulis Promises Promises dan Andai Kau Tahu, akan mengajak kita berkunjung ke Casablanca, salah satu kota eksotis di Maroko.
Temui Vanda di lobi sebuah hotel. Dia bimbang dengan rencana pernikahannya dan ingin menenangkan diri, jauh dari Jakarta. Pertemuan berkali-kali dengan seorang pria Indonesia bernama Laz mengganggu pelariannya. Namun, kegigihan pendekatan Laz membuat Vanda luluh, dan memberinya kesempatan untuk sekadar berteman.
Di tengah-tengah itu, sang tunangan datang dan mendesaknya pulang. Keadaan semakin genting ketika Laz mendadak muncul di antara mereka berdua. Vanda harus segera mengambil keputusan. Di manakah hatinya tak lagi bimbang ; pulang ataukah tetap berada di kota yang diam-diam memberinya hangat dalam bincang akrab?
Setiap tempat punya cerita. Diembus aroma angin mediterania, ada rahasia yang segera terkuak.
Enjoy the journey.
Ada dua alasan utama kenapa aku
memilih Casablanca: Forget Me Not masuk
ke early birthday gift-ku. Satu, nama
penulisnya. Aku sebelumnya sudah membaca novel Dahlian lain, Andai Kau Tahu dan
suka banget sama ceritanya. Well, sedikit klise, sih, tapi aku tetep suka. Dua,
novel ini masuk ke dalam STPC musim kedua. Seri pembukanya, Athena: Eureka,
yang kurang memuaskan tidak menyurutkan ketertarikanku sama sekali. Jadi,
novel-novel seri ini pasti langsung masuk daftar belanja bukuku, tanpa
pusing-pusing liat nama penulis atau baca blurb-nya.
Untuk seri kedua ini, ada sesuatu yang membedakannya dengan cover STPC lain, gambar sepasang sepatu
aladin dan lampu ajaib. Padahal biasanya yang muncul di cover hanya tulisan dan ornamen. Hmm, gimana dengan ceritanya ya? Let’s review it now :D
“Well, semua orang pasti punya ketakutan saat akan menghadapi
perubahan besar dalam hidup. Kecemasan pada sanggup atau tidaknya kita
menjalani, itu soal biasa. Tapi, membayangkan kita akan menjalani hidup bersama
orang yang kita cintai, biasanya membuat kita bisa melawan ketakuran itu.” –
halaman 182
Vanda Cahyanto kabur dari segala
persiapan pernikahannya dan pergi ke Casablanca sendirian. Dia merasa
pernikahan ini tidak seharusnya terjadi. Dia masih ragu untuk menikahi tunangannya,
Rommy. Mungkin itu karena dia masih memikirkan cinta pertamanya, Ardi. Tapi dia
mendapat tekanan dari keluarganya, yang menyuruhnya untuk cepat menikah atau dia
akan dilangkahi adiknya Vanessa, yang sudah ingin menikah dengan pacarnya.
Di lobi hotel tempat dia
menginap, Vanda dihampiri seorang warga Indonesia, Laz. Laki-laki itu sangat
menyebalkan dengan mengikuti dan ikut campur semua kegiatan Vanda. Vanda sampai
memberinya julukan ‘ulat bulu’. Tapi dia harus mengakui Laz punya penampilan
yang memikat dan membuat hatinya berdesir. Diam-diam, Laz juga mengalami
keterarikan yang sama dengan Vanda. Dia sedikit terhibur dengan keberadaan
Vanda dan rasa sakit hati karena ditinggal Nadia, mantan pacarnya yang memilih
menikah dengan laki-laki lain, terlupakan. Namun dia menahan perasaan itu demi
sebuah rencana. Untuk melancarkan rencana itu, Laz terus mendesak Vanda untuk
membatalkan pernikahannya dengan Rommy.
“Kamu pernah denger
filosofi lilin? Lilin selalu menerangi sekitarnya, tetapi dia menghancurkan
dirinya sendiri. Kamu mau seperti itu?” – halaman 182-183
Secara keseluruhan, aku suka
cerita Casablanca: Forget Me Not ini.
Premis ceritanya, agak sedikit klise dan ketebak sih, menarik, gaya bahasa enak
dibaca, POV orang ketiga terbatas yang berganti begitu cepat (di review-review
sebelumnya, aku ngaku nggak suka. Sekarang juga masih nggak suka sih, tapi oke
lah, terima aja) dan banyak pengetahuan baru tentang Casablanca (Timur
Tengah? Afrika? Baru tau looh). Namun, ada beberapa hal yang agak
menganjel. Aku bahas per-seratus halaman, ya :)
Di 100 halaman pertama, aku kaget
membaca perubahan suasana hati Laz yang sangat cepat. Dari sakit hati, kecewa
dan marah-marah, Laz langsung tertarik dengan kemunculan Vanda dan
mendekatinya. Dalam waktu yang singkat pula, Laz juga langsung merancang dan
melancarkan sebuah rencana. Apa karena dia saking sakit hatinya, sampe agak
dendam dan mirip psikopat gitu? Mengerikan. Di 100 halaman pertama
ini cerita juga berputar-putar di lokasi, kejadian dan urutan yang hampir
mirip. Lokasinya di hotel, kejadiannya Laz ngejar-ngejar dan mencoba berteman
dengan Vanda, dan urutannya dari bangun cukup siang, makan siang dan makan
malam di restoran hotel dan nongkrong di sudut-sudut hotel yang punya ciri khas
Maroko. Pikiran mereka berdua juga tertuju pada hal yang itu-itu aja. Vanda
masih aja galau soal pernikahannya, sibuk menolak telepon dan pesan dari Rommy.
By the way, where
the hell he got her number? Vanda pasti pake nomor provider lokal, kan,
bukan nomor provider Indonesia lagi dan di sini ceritanya Rommy masih nggak tau
kemana tunangannya ini pergi, boro-boro nomor barunya dong. Sedangkan Laz sibuk sama rencananya, yang
entah apa. Mungkin info yang minim tentang rencana Laz itu buat ngasih kesan
misterius. Namun jadinya malah terkesan pelit dan bikin kesel. Jangan-jangan
dia juga belum tau rencana fix-nya,
wong dapetnya aja sekejap mata :o Yang aku suka di bagian ini adalah
banyaknya percapakan dalam bahasa Prancis (hehehe), info singkat tentang
pedagang sana yang sangat agresif dan tebakan asal aku tentang cinta pertamanya
Vanda itu. Hmmmm.
Takchita, pakaian tradisional Maroko yang biasanya dipake ke acara tradisional atau pernikahan
Di 100 halaman kedua, cerita jadi
menarik karena Vanda dan Laz akhirnya jadi dekat dan mulai terbuka dengan
masalah pribadi masing-masing. Di sini rencana Laz makin terlihat jelas. Tapi
aku ngerasa dia makin nyeremin, berubah mulu suasana hatinya. Kadang Laz ini lembut,
menggoda, memikat dan tampaknya peduli. Sesaat kemudian, dia jadi keras soal
masalah pernikahan Vanda. Vanda lagi mau aja ngedengerin dan
mengangguk-ngangguk setuju. Mungkin hanya Vanda yang melihat Laz sebagai
laki-laki yang baik, lembut dan memberi pencerahan soal dilema pernikahannya. Kalo
aku sih, malah jadi takut :o
Di sisa halaman, 130 tepatnya,
aku agak bingung nih. Ini bagian ini ceritanya naik lalu turun, agak menukik. Di
sini ceritanya mereka makin sering keluar hotel untuk makan dan pergi mengunjungi
tempat-tempat unik di sana, salah satunya sebuah café yang terinspirasi sebuah
film klasik, Casablanca. Rame nih. Aku juga jadi tertarik buat nyari film dan
lagu-lagu yang disebutin di sini. Dan Rencana Laz udah sangat jelas di sini.
Tapi malah terbilang konyol. Bisa-bisanya sebuah kebetulan terjadi nun jauh di
Casablanca, pada saat yang sangat menguntungkan buat Laz. Yah, namanya juga
kebetulan. Hal yang bikin bagian ini makin rame adalah Rommy akhirnya muncul (ini bukan
spoiler, kan udah tercantum di blurb bukunya). By the way, Rommy ini karakter yang aku suka. Kemunculannya
menyayat hati huhuhuhu. Sayangnya, setelah itu ceritanya jadi terkesan
buru-buru bahkan ada hal yang aneh (cincin kawin? Cincin tunangan kali). Hari berganti hari, masalah yang semula kayak benang kusut
terselesaikan dengan mudah. Well,
nggak mudah juga sih. Tapi semuanya tiba-tiba
aja beres dan masalah yang tersisa adalah hubungan Vanda dan Laz. Di sini,
lagi-lagi suasana hati Laz berubah dengan cepat. Ckck, aku nggak ngerti deh
sama dia. Aku makin nggak ngerti dengan ending-nya.
Cerita lalu berakhir begitu saja.
Walau di atas aku kayak yang
benci banget sama Laz, aku sebenernya aku suka loh sama cerita Casablanca: Forget Me Not. Pake bingits
lagi. Suka bingits. Ceritanya memang agak klise dan konyol, tapi itu kan yang
bikin aku jadi seneng dan berbunga-bunga. Semacam guilty pleasure gitu loh. Mungkin
harapanku yang cukup tinggi sama seri STPC yang bikin aku rewel hehehe. Buat
yang penasaran, jangan ragu baca karena omelan aku ya ;p
Latar dan pengetahuan Bahasa asing: Bahasa Prancis. Itu point plus di mataku. Kedua, cerita psycopat yg bikin aku makin penasaran. Ketiga, nama penulis Dahlian yg membuatku berdecak dan terbuai dr Karya sebelumnya Promises Promises membuatku yakin. Segala kekonyolan di novel ini bukan tanpa maksud. Mungkin memang Beliau sedang ingin membuat yg seperti ini... Ahh, andai saja ada uang lebih. Mungkin tanpa pikir panjang aku langsung ke Gramedia. Huhuhu :(
ReplyDelete