Friday, November 21, 2014

Recap Post: STPC Seri 2 GagasMedia


Tahun lalu, GagasMedia dan Bukune mengeluarkan seri novel bertema traveling yang diberi nama Setiap Tempat Punya Cerita (STPC). 12 cerita berlatar kota di luar negeri, seperti Paris, Bangkok dan New York, disajikan bersama sampul yang eye catching, ilustrasi menarik dan bonus kartu post unik.  Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa baca recap post seri pertama STPC di sini. Kesuksesan seri tersebut membuat GagasMedia mengeluarkan seri keduanya. Aku yang sangat menyukai seri ini excited menyambut cerita-cerita selanjutnya. Mari kita lihat tiga kota yang sudah aku ‘jelajahi’ ;D

***

Erlin Natawiria
374 Halaman
GagasMedia, Desember 2014
Rp. 56.000,-

Widha nekat berlibur sendirian ke tempat impiannya, Athena. Perjalanan Widha ini juga membawa misi dan secuil harapan akan mantan kekasihnya, Wafi, yang dia ketahui sedang berada di sana juga. Sebelum berhasil bertatap muka dengan mantannya yang sudah punya kekasih seorang penulis, Keira, Widha berkenalan dengan Nathan, wisatawan dari Perth yang bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Bersama-sama, mereka merasakan teriknya Athena, mencicipi makanan asli (walaupun akhirnya kembali ke mie goreng instan) dan berbagi sedikit kisah pribadi. Tanpa Widha bercerita, Nathan tahu gadis itu sedang gelisah, memikirkan seseorang. Tapi dia tidak menyangka orang itu adalah lawannya di masa lalu.

“Hei, cinta itu kayak rinai hujan. Jatuh tanpa melihat-lihat siapa yang akan tertimpa. Jatuh tanpa memperhatikan secepat apa mereka sampai ke bawah. Tahu-tahu, kamu merasa basah. Tahu-tahu, kamu merasakan desiran-desiran itu lagi.” – halaman 218

Mungkin karena ekspetasiku yang tinggi akan kesuksesan STPC musim sebelumnya, maka Athena: Eureka ini tidak terasa begitu memuaskan. Aku bahkan sempat membanding-bandingkannya dengan Melbourne: Rewind, karena sama-sama menggunakan lirik lagu sebagai judul bab (so sorry). Aku tidak paham jelas konflik utamanya di sini karena ada tiga karakter yang terlibat, Widha, Wafi dan Nathan. Apakah ini tentang gadis yang belum bisa move on? Apa ini cerita dendam karena pemberebutkan seorang gadis? Apa malahan ini cerita tentang sesuatu yang serba kebetulan? Iya, ‘kebetulan’ menjadi hal yang lumrah di cerita ini. Aku nggak terlalu keganggu sih tapi membaca halaman thanks to dari sang penulis yang mengaku overdosis jurus ‘kebetulan’ sebelumnya membuatku bertanya, separah apa porsi ‘kebetulan’ muncul di naskah draft pertama? Ketiga karakter itu juga membuat penjelasan tentang tempat wisata jadi berulang-ulang. Mungkin maksudnya ingin mengambarkan tempat tersebut dari tiga kacamata berbeda tapi ternyata penjelasannya tidak jauh berbeda. Baca review selengkapnya di sini :)

***

Dahlian
336 Halaman
GagasMedia, Mei 2014
Rp. 57.000,-

Vanda Cahyanto kabur dari segala persiapan pernikahannya dan pergi ke Casablanca sendirian. Dia merasa pernikahan ini tidak seharusnya terjadi. Dia masih ragu untuk menikahi tunangannya, Rommy. Mungkin itu karena dia masih memikirkan cinta pertamanya, Ardi. Tapi dia mendapat tekanan dari keluarganya, yang menyuruhnya untuk cepat menikah atau dia akan dilangkahi adiknya Vanessa, yang sudah ingin menikah dengan pacarnya.

Di lobi hotel tempat dia menginap, Vanda dihampiri seorang warga Indonesia, Laz. Laki-laki itu sangat menyebalkan dengan mengikuti dan ikut campur semua kegiatan Vanda. Vanda sampai memberinya julukan ‘ulat bulu’. Tapi dia harus mengakui Laz punya penampilan yang memikat dan membuat hatinya berdesir. Diam-diam, Laz juga mengalami keterarikan yang sama dengan Vanda. Dia sedikit terhibur dengan keberadaan Vanda dan rasa sakit hati karena ditinggal Nadia, mantan pacarnya yang memilih menikah dengan laki-laki lain, terlupakan. Namun dia menahan perasaan itu demi sebuah rencana. Untuk melancarkan rencana itu, Laz terus mendesak Vanda untuk membatalkan pernikahannya dengan Rommy.

 “Well, semua orang pasti punya ketakutan saat akan menghadapi perubahan besar dalam hidup. Kecemasan pada sanggup atau tidaknya kita menjalani, itu soal biasa. Tapi, membayangkan kita akan menjalani hidup bersama orang yang kita cintai, biasanya membuat kita bisa melawan ketakuran itu.” – halaman 182

Secara keseluruhan, aku suka cerita Casablanca: Forget Me Not ini. Premis ceritanya, agak sedikit klise dan ketebak sih, menarik, gaya bahasa enak dibaca, POV orang ketiga terbatas yang berganti begitu cepat (di review-review sebelumnya, aku ngaku nggak suka. Sekarang juga masih nggak suka sih, tapi oke lah, terima aja) dan banyak pengetahuan baru tentang Casablanca (Timur Tengah? Afrika? Baru tau looh). Namun, ada beberapa hal yang agak menganjel. Aku bahas per-seratus halaman, ya :)

Di 100 halaman pertama, aku kaget membaca perubahan suasana hati Laz yang sangat cepat. Dari sakit hati, kecewa dan marah-marah, Laz langsung tertarik dengan kemunculan Vanda dan mendekatinya. Dalam waktu yang singkat pula, Laz juga langsung merancang dan melancarkan sebuah rencana. Apa karena dia saking sakit hatinya, sampe agak dendam dan mirip psikopat gitu? Mengerikan. Di 100 halaman pertama ini cerita juga berputar-putar di lokasi, kejadian dan urutan yang hampir mirip. Lokasinya di hotel, kejadiannya Laz ngejar-ngejar dan mencoba berteman dengan Vanda, dan urutannya dari bangun cukup siang, makan siang dan makan malam di restoran hotel dan nongkrong di sudut-sudut hotel yang punya ciri khas Maroko. Baca review selengkapnya di sini :)

***

Arumi E.
316 Halaman
GagasMedia, 2014
Rp. 55.000,-

Kiara Almari, seorang aktris Indonesia yang sedang naik daun, melakukan perjalanan kerja ke Cannes sebagai duta sebuah produk kecantikan. Kegiatannya padat dan membosankan. Itu membuat Kiara berani kabur ke Nice, sendirian, meninggalkan Livia, asisten pribadi dan sahabat baiknya kelimpungan. Di kereta menuju Nice, Kiara berkenalan dengan Bertrand LaForce, fotografer lepas yang sukarela menjadi pemandunya dan menantangnya ke Monte Carlo. Tapi lelaki itu meninggalkan Kiara tanpa pamit atau alasan di sebuah kafe di mana mereka menikmati makan malam. Di hari selanjutnya, dia bertemu dengan Alaric Kanigara, sutradara kelahiran Indonesia yang bermukim di Paris. Lelaki itu menarik tapi pengalaman Kiara dengan Bertrand membuatnya sangat berhati-hati.

Setahun kemudian, Kiara mendapatkan peran utama di sebuah film yang menggunakan Monte Carlo sebagai salah satu setting-nya. Kiara ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari jawaban atas kepergian Bertrand yang misterius. Namun Kiara malah bertemu dengan Alaric, yang didapuk menjadi sutradara film tersebut. Baik Kiara dan Alaric sempat kaget dengan pertemuan kedua itu. Kiara menemukan sisi menyebalkan dari Alaric saat mereka mulai menjalani syuting di Monte Carlo. Kiara memutuskan untuk kabur sejenak. Dia memutuskan untuk mengunjungi kafe yang dia kunjungi bersama Bertrand.

"Monte Carlo adalah tempat yang indah untuk menyaksikan matahari tenggelam. Ayolah, itu tidak jauh dari sini. Dengan kereta, kita bisa cepat sampai. Setelah itu mungkin kita bisa makan malam sebentar, lalu kembali lagi ke Nice, atau bisa juga langsung ke Cannes. Dari Monte Carlo ada kereta yang langsung menuju Cannes, hanya satu setengah jam perjalanan." – halaman 4-5

Aku beruntung sekali tidak memaksakan diri membeli novel ini karena Monte Carlo: Skenario ternyata sangat, sangat mengecewakan! Aku memang sudah baca banyak review penuh kekecewaan di Goodreads. Semua itu sedikit kuabaikan karena aku ingin mencobanya sendiri. Siapa tahu ini hanya masalah perbedaan selera. Ternyata aku salah besar. Semua yang tertulis di laman Goodreads itu mewakili apa yang kudapat dari novel ini, ceritanya datar, setting Monte Carlo-nya tidak terasa,  ditambah beberapa hal lain yang tak kalah mengecewakan dan menyebalkan seperti mengulangan informasi yang berlebihan dan kadang malah saling berlawanan, perubahan perasaan para karakter yang tidak mengundang simpati pembaca dan sangat drastis. Padahal awalnya ceritanya menarik dan aku tidak merasakan ada yang salah. Premis Kiara yang pertama kali berkunjung ke kota asing dan dipandu lelaki asing sedikit mengingatkanku pada Just One Day. Lalu kemunculan Alaric yang gampang dikaitkan dengan pengalaman Kiara dan Bertrand membuatku menebak alur selanjutnya. Mungkin Alaric ini akan jadi rebound-nya Kiara, seperti yang sinopsis di atas gambarkan, atau Bertrand akan muncul lagi, menjadi penghalang dua orang atau dia tidak akan muncul sama sekali. Semuanya salah. Baca review selengkapnya di sini :)

***

Yap, jumlah novel di seri kedua STPC hanya setengah dari seri pertamanya. Tidak hanya soal kuantitas, banyak yang menilai kualitas ceritanya menurun dan mengecewakan pembaca yang sudah jatuh cinta dengan STPC sebelumnya. Aku adalah salah satu dari pembaca tersebut. Tapi aku lumayan terhibur dan menikmati seri ini. Novel kesukaanku adalah Casablanca. Novel itu bikin aku pengen baca dan mungkin mengoleksi karya Dahlian lainnya ;D

How about you? Ada yang suka juga dengan seri STPC ini? Atau ada yang baru mau mulai? Semoga recap post ini bisa membantu kamu memilih dan membaca novel yang sesuai dengan selera kamu. Have a good day y’all :)

2 comments:

  1. Pengen yg montecarlo am casablanca. Di gramed sini gakada.hmm

    ReplyDelete
  2. @ Sinta: mungkin bisa coba beli lewat toko buku online :)

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D